A. Z. Muttaqin Rabu, 14 Zulqa'dah 1434 H / 18 September 2013
Oleh: Harits
Abu Ulya
(Pemerhati Kontra Terorisme dan
Direktur CIIA)
(Arrahmah.com) – Pemirsa ILC tahu
bahwa topik utama yang diangkat adalah “Kini polisi yang diteror”. Dan ketika
mengikuti dengan seksama, pemirsa juga tahu akhirnya dialog mengerucut bahwa
kelompok teroris dengan ideologinya menjadi sumber dan akar masalahnya. Modus
TV One ini sudah yang kesekian kalinya, melakukan penggiringan opini atas satu
fakta tindak kejahatan lepas dari TKP. Cenderung membuat kesimpulan gegabah dan
dipaksakan berdasarkan opini dan asumsi semata dengan beragam argumentasi yang
dipaksakan.
Dari komposisi peserta ILC saja yang
hadir, terlihat sekali hampir 80 persen mereka yang sudah dalam frame pemikiran
tendensius bahwa terorislah biang kerok semua aksi-aksi teror belakangan ini. Dari
sini saja sangat bisa dipahami kemana arah kesimpulan dialog dan kemana
persepsi publik digiring. Jika publik bertanya-tanya kenapa bisa demikian? Analisa
saya dibalik itu semua ada faktor yang sangat mempengaruhi.
Pertama, TV One punya komitmen
dengan BNPT untuk menjadi “Public Relation” dalam kepentingan kontra terorisme.
Wajar kalau kemudian diberbagai kasus “terorisme” TV One menjadi salah satu TV
terdepan melakukan liputan ditempat operasi Densus 88 dan Satgas BNPT. Dan itu
menjadi “kompensasi” yang didapatkan TV One, termasuk menjadi terdepan untuk memblowup
isu-isu terkait terorisme.
Kedua, dalam kasus teror di dua
bulan terakhir ini sikap Mabes Polri cukup proporsional, tidak mudah menarik
kesimpulan bahwa ini adalah kasus terorisme. Mereka berangkat dari TKP dan
membuka semua perspektif dan kemungkinan. Melakukan analisa berbagai
kemungkinanya. Mabes lebih banyak memaksimalkan peran Resmob. Kita yang inten
mencermati isu terorisme akan bisa melihat perubahan signifikan sikap Polri
yang tidak murah obral tuduhan terorisme dalam dua bulan terakhir ini. Saya
melihat Densus 88 saat ini “terkunci” langkahnya. Apalagi Satgas BNPT yang
dipimpin oleh Petrus Golose, seperti tidak punya panggung atas berbagai kasus
teror yang terjadi.
Ketiga, ada pengurangan dana yang
signifikan bagi Densus 88 dan khususnya untuk Satgas BNPT, dan ini memberi
pengaruh mereka makin sulit untuk “bergerak” dan bermanufer sesukanya.
Maka wajar jika kemudian pihak BNPT
dan kru perlu memainkan “mindset contro“, yaitu media seperti TV One untuk
membangun propaganda dan tekanan opini agar bisa melabeli aksi-aksi teror
selama ini benar adanya adalah terorisme.
Jadi dengan langkah seperti itu bisa
diharapkan tergelarnya “karpet merah” bagi Densus 88 dan Satgas BNPT untuk
kembali eksis dan mendapat panggung kemudian berikutnya adalah kucuran dana
yang lebih besar lagi. Dibalik hiruk pikuk berita aksi penembakan polisi, di
sana ada “pertarungan” yang tidak wajar dari pihak BNPT dan Densus 88 yang
intinya mereka harus punya “panggung eksistensi”.
Akhirnya diluar upaya pengungkapan
kasus yang dilakukan oleh Mabes, justru BNPT diluar sangat kontrproduktif
bernafsu membangun opini dan propaganda dengan beragam statemen. Ini dilakukan
para pejabat teras BNPT sampai para pengamat binaan mereka dan pengamat patner
mereka bahkan para kombatan yang loyal menjilat semua kata mereka.
Wajar saja, karena kerjanya kontra
terorisme akhirnya setiap kasus kejahatan dan teror diruang publik disimpulkan
adalah aksi terorisme.Padahal dalam kasus teror, tidak menutup kemungkinan
adanya langkah-langkah intelijen “ilegal” reproduksi “teror” yang digunakan
sebagai pembenaran dan keberlangsungan proyek kontra terorisme.
Di Indonesia, terorisme versi BNPT
dan Densus 88 sudah bergeser sedemikian rupa, yang terjadi lebih banyak adalah
“teroris opini” dibandingkan teroris sebagai sebuah aksi yang sesungguhnya
layak disemati secara obyektif dengan label terorisme. Moga masyarakat makin
cerdas bisa membedakan manakah media TV yang obyektif dan manakah yang
subyektif tendensius menjadi corong kepentingan-kepentingan tertentu yang
opuntunir.
(arrahmah.com)
Komentarku ( Mahrus ali):
Kesan saya adalah makar yang
dilakukan kalangan kafirin terhadap kaum mukminin yang sungguh bukan munafikin terus
berlanjut. Rupanya tidak berhenti dan
tidak takut kepada mayoritas kaum muslimin sekalipun mereka minoritas. Malah
kesannya menganggap remeh sekali menghadapi mayoritas yang berpecah belah ini
berhadapan dengan minoritas yang bersatu. Ini dikarenakan jiwa jihad kaum mayoritas sudah mati, di ganti dengan ayo menuduh orang
– orang yang berjihad sebagai muslim extrimis yang harus di singkiri. Kita kini
digiring dengan media massa
yang kebanyakan anti kepada ajaran Quran
dan mendukung ajaran setan – setan manusia. Lihatlah ayat ini:
وَلَنْ
تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS.
Al Baqarah: 120)
وَدَّتْ
طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا
أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal
mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka
tidak menyadarinya.” (QS. Ali Imran: 69)
وَدَّ
كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ
كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ
الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Al Baqarah: 109)
Pergilah ke
blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Peringatan:Mesin pencari diblog tidak berfungsi,
pergilah ke google lalu tulislah: mantan
kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfreand ). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfreand )
088803080803( Smartfreand ). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfreand )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan