Ada artikel sbb:
Syahidkah Wanita yang Meninggal karena Melahirkan?
Pertanyaan:Assalamu’alaikum.
Saya ingin tanya, kalau wanita melahirkan dan meninggal maka dia mati syahid kan ya? Tapi kalau melahirkannya secara caesar gimana? Apa tetap mati syahid?
Dari: Silvia
Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Wanita yang meninggal karena anaknya, baik ketika anaknya masih di perutnya, atau ketika proses melahirkan, atau setelah melahirkan di masa nifas, semua kejadian ini menjadikan kematiannya sebagai syahid. Baik melahirkan normal atau dengan operasi caesar.
Berikut beberapa dalilnya,
1. Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguknya ketika Ubadah sedang sakit. Di sela-sela itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
أتعلمون
من الشهيد من أمتي ؟
“Tahukah kalian, siapa orang yang mati syahid di kalangan
umatku?”Ubadah menjawab: ‘Ya Rasulullah, merekalah orang yang sabar yang selalu mengharap pahala dari musibahnya.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan,
شهداء
أمتي إذاً لقليل ، القتل في سبيل الله عز وجل شهادة ، والطاعون شهادة ، والغرق شهادة ، والبطن
شهادة ، والنفساء يجرها ولدها
بسرره إلى الجنة
Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma
sedikit. Orang yang mati berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati
karena Tha’un, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati
karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang mati karena nifas, dia akan ditarik
oleh anaknya menuju surga dengan tali pusarnya. (HR. Ahmad dalam musnadnya
15998. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menilai hadis ini: Shahih li Ghairih).2. Hadis dari Jabir bin Atik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk Abdullah bin Tsabit, ketika itu beliau sedang pingsan karena sakit. Di tengah-tengah itu, ada orang yang menyinggung masalah mati syahid. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang kalian anggap sebagai mati syahid?”
Merekapun menjawab, ‘Orang yang mati di jalan Allah.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pengarahan,
الشَّهَادَةُ
سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ:
الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ،
وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ
شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ
الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي
يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ،
وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ
شَهِيدٌ
“Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah:
Orang yang mati karena thaun, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang
yang mati karena ada luka parah di dalam perutnya, syahid. Orang yang mati
sakit perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid. Orang yang mati karena
tertimpa benda keras, syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada janin dalam
kandungannya.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani).Tetap Wajib Dimandikan
Kaum muslimin yang meninggal dengan kondisi di atas, tetap wajib dimandikan, dikafani, dan dishalati, sebagaimana umumnya jenazah. Orang yang mati syahid dan jenazahnya tidak boleh dimandikan, adalah orang yang mati syahid di medan perang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menshalati jenazah wanita yang mati ketika nifas. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Qudamah mengatakan,
فأما
الشهيد بغير قتل , كالمبطون , والمطعون , والغرق
, وصاحب الهدم , والنفساء , فإنهم يغسلون , ويصلى
عليهم ; لا نعلم فيه خلافا , إلا
ما يحكى عن الحسن .. وقد صلى المسلمون على عمر وعلي رضي الله عنهما , وهما
شهيدان
Orang yang mati syahid, selain yang terbunuh di medan perang, seperti
orang yang sakit perut, orang yang mati karena thaun, karena tenggelam,
tertimpa, atau yang mati karena nifas, mereka semua dimandikan dan dishalati.
Saya tidak menjumpai pendapat yang bertentangan dengan hal ini, selain pendapat
yang diriwakatkan dari Hasan Al-Bashri… kaum muslimin juga menshalati jenazah
Amirul mukminin, Umar bin Kahatab dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma,
padahal keduanya mati syahid (tipi tidak di medan perang) (al-Mughni, 2:399)Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Komentarku ( Mahrus ali):
إِنَّ
شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْغَرَقُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ شَهَادَةٌ
وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ
Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma
sedikit. Orang yang mati berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati
karena Tha’un, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati
karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang mati karena nifas, dia akan ditarik
oleh anaknya menuju surga dengan tali pusarnya. (HR. Ahmad dalam musnadnya
15998. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menilai hadis ini: Shahih li Ghairih).Sanadnya sbb:
قَالَ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ
الصَّنْعَانِيِّ عَنْ رَاشِدِ بْنِ حُبَيْشٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Bercerita kepada kami
Muhammad bin Bakar , lalu berkata: Bercerita kepada kami Sa`id bin Abu Arubah dari Qatadah dari Muslim bin Yasar dari Abul asy ats al
shon`ani dari Rasyid bin Hubaisy………….Menurut al albani :
صحيح الترغيب والترهيب - (ج 2 / ص 72)
1396 - (
حسن صحيح )
Hadis tsb adalah hasan Sahih.
رواه أحمد بإسناد حسن وراشد بن حبيش صحابي
معروف
Ia diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dengan sanad yang baik. Dan Rasyid bin Hubaisy adalah sahabat yang terkenal.
Komentarku ( Mahrus ali):
Setahu saya, perawi bernama Rasyid bin Hubaisy adalah masih
diperselisihkan apakah dia sahabat atau tidak. Ibnu Hajar berkata dalam kitab
al Ishobah fii ma`rifatis shohabah
343/1
الإصابة في معرفة الصحابة - (ج 1 / ص 343)
ذكره أحمد وابن خزيمة والطبراني وغيرهم في
الصحابة. وقال البغوي: يشك في سماعه وذكره في التابعين البخاري وأبو حاتم والعسكري
Imam Ahmad , Ibn Huzaimah Thabrani
dll menyebut Rasyid bin Hubaisy termasuk sahabat Nabi SAW.
Al Baghowi meragukan bahwa Rasyid tsb mendengar hadis dari Nabi SAW
Bukhari , Abu Hatim dan al askari menyebutnya sebagai tabiin bukan sahabat.
Komentarku ( Mahrus ali):
Hadis tsb lemah. Dan ia diriwayatkan pula
oleh Thabrani dengan sanad sbb:
روى الطبراني في الكبير 11686 - حدثنا محمد بن
العباس المؤدب ثنا
محمد بن بشير الكندي ثنا عمرو بن عطية بن الحارث الوادعي عن أبيه عن عكرمة عن ابن
عباس
Thabrani meriwayatkan dalam kitab al
Kabir 11686 Bercerita kepada kami Muhammad bib al abbas - al muaddib , Bercerita kepada kami Muhammad
bin Basyiral Kindi , Bercerita
kepada kami Amar bin Athiyah bin Al Harits al wadi`I dari ayahnya
dari Ikrimah dari Ibn Abbas .
Komentarku ( Mahrus ali):
Ada
perawi bernama Amar bin Athiyah
عمرو بن أبي روق ، عطية ، بن الحارث الوادعي.
قال الدَّارَقُطْنِيّ ضعيف.
قال البخاري: في حديثه نظر. كما في اللسان.
Menurut Daroquthni, dia adalah lemah . Imam Bukhari
berkata: Hadisnya masih perlu di kaji ulang sebagaimana dalam kitab al lisan.
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Dengarkan pengajian - pengajianku
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan