Jumat, Desember 02, 2016

Cerita Inspiratif tentang Demo 212

Tulisan Joni A Koto, Arsitek, Urban Planner, alumni ITB 1993- 1 Desember 2016

Cerita Inspiratif 

Adalah saya akan tak ikut lagi aksi 212..?

Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan.. bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dgn apa yg dipunya dan sedikit jalan2 menikmati dunia..

Saya anggap orang yg maju dalam agama itu adalah yg berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool.. Janganlah sesekali dan ikut2an jadi orang norak.. ikut kelompok jingkrang2 dan entah apalah itu namanya..

Saya tak ikut aksi bela agama ini itu. Kalian jgn usil, jgn pikir dgn kalian-ikut dan saya-tidak artinya kalian masuk syurga dan saya tidak..! Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal.. Saya bantu orang2, bantu saudara2 saya juga,, jgn kalian tanya2 soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang2 respek pada saya, temanpun aku banyak.. tiap kotak sumbangan aku isi..

Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok..? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi hatinya baik kok, saya hargai apa yg sudah dia buat bagi Jakarta.. 

Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan ada Pilkada. Saya tak mau terbawa2 arus seperti teman2 kantor yg tiba2 juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari2 sensasi.. paling juga mau selfie2..

Sampai satu saat..

Sore ini dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dgn rombongan pejalan kaki, saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih2, rompi hitam dan hanya beralas sendal, muka mereka letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah2 itu.. mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yg mau melintas, tidak ada yg teriak, berlaku arogan dan aneh2 atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yg ugal2an.. Ini aneh, biasanya kalau sdh bertemu orang ramai2 di jalan, aromanya kita sudah paranoid, suasana panas dan penuh tanda tanya negatif.. 

Sore ini, di jalan aku merasa ada kedamaian yg kulihat dan kurasa melihat wajah2 dan baju putih mereka yg basah terkena gerimis.. 

Papasan berlalu, aku setel radio lain..6 ada berita, rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota2 lain sudah memasuki kota, ada nama jalan yg mrk lalui.. Aku sambungkan semua informasi, ternyata yg aku berpapasan tadi adalah rombongan itu.. Aku tertegun.. 

Lama aku diam, otakku serasa terkunci, analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan. Tak kutemukan apa pun yg sesuai dgn pemikiranku. Apa yg membuat mereka rela melakukan itu semua..? Apa kira2..? aku makin sibuk berfikir.. Apa menurutku mereka itu berlebihan..? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka2 ikhlas itu.. Apa mereka ada tujuan2 politik..? Aku rasa tidak, kebanyakan orang sekarang mencapai tujuan bukan dgn cara2 itu..

 Apakah orang2 dgn tujuan politik yg gerakkan mereka itu..? Aku hitung2 dari informasi, akan ada jutaan peserta aksi, berapa biaya yg harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu.. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yg mau ongkosi krn nilainya sangatlah besar..

Aku 'dalam' berfikir, di mobil, masih dalam gerimis, kembali berpapasan dgn kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga.. Terlihat di pinggir2 jalan, anak2 sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas, sedikit kue2 warung ke mereka, sepertinya itu dr uang jajan mereka yg tak seberapa..

 Aku terdiam makin dalam.. Ya Allah, kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini..? 
Kenapa hanya hal2 jelek yg mau aku lihat tentang agamaku.. Kenapa dgn cara pandangku soal agamaku..? 

Aku mampir ke masjid, mau sholat Ashar.. aku lihat sendal2 jepit lusuh banyak sekali berbaris.. aku ambil wudhu..

Kembali di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yg tercecer. Muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yg minum, ada yg rebahan, dan lebih banyak yg lagi baca Qur'an..  Hmmm..

Aku sholat sendiri,. Tak lama punggung ku dicolek dari belakang, tanda minta aku jd imam, aku cium aroma tubuh2 dan baju basah dari belakang.. Aku takbir sujud, ada lagi yg mencolek. Nahh.. Kali ini hatiku yg dicolek.. 

Entah kenapa,  hatiku bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam.. Aku bangkit duduk, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku.. 

Ya Allah.. Aku tak pantas jadi imam mereka. Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka.. Bagiku agama hanya hal2 manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style.. bla bla bla.. Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran terbuka..  Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah, kenapa  Kau jadikan aku imam sholat mereka..? Apa yg hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku..?

Hanya 3 raka'at aku imami mereka. Hatiku luluh ya Allah.. Mataku panas nahan haru.. Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum.. agak malu2 aku peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali.. Ini bisa jadi dia anakku juga. Apa yg telah kuajarkan anakku soal Islam..? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini..? Gerimis saja aku suruh anakku berteduh.. dia demam sedikit aku panik.. 

Aku nangis dalam hati.. di baju putihnya ada tulisan nama sekolah, SMP Ciamis.. Ratusan kilo dari sini.. Kakinya bengkak karena berjalan sejak dari rumah. Dia cerita bapaknya tak bs ikut karena sakit, dan hanya hidup dr membecak, bapaknya mau bawa becak ke Jakarta bantu nanti kalau ada yg capek, tapi dia larang.. 
Aku dipermalukan berulang2 di masjid ini.. Aku sudah tak kuat, ya Allah..

 Mereka bangkit, ambil tas2 dan kresek putih dr sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid, rasa2nya melihat punggung2 putih itu hilang dr pagar masjid, aku seperti sudah ditinggal mereka yg menuju syurga..
 Kali ini aku yg norak, aku sujud, lalu aku sholat sunat dua rakaat, air mataku keluar lagi.. kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian..

Sudah jam 5an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini.. miting dgn klien sptnya batal.. aku mikir lagi soal ke Islamanku, soal komitmenku ke Allah, Allah yg telah ciptakan aku, yg memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini.. dimana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini..? Ada dimana..? Imanku sudah aku buat nyasar di mana..?

Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yg telah lepas dalam benakku selama ini.. Ada satu kata.. Sederhana sekali tanpa bumbu2.. Ikhlas dalam bela agama itu memamg nyata ada..

Aku mampir di Minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap.. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional..
 Ini kebangganku yg pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali.. Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalanMu yg lurus, yg lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati..

Ya Allah ijinkan aku besok ikut Shalat Jum'at dan berdoa bersama saudara2ku yg sebenarnya.. Orang2 yg sangat ikhlas membela Mu.. 
Besok, tak ada jarak mereka dgnMu ya Allah.. Aku juga mau begitu, ada di antara mereka, anak kecil yg basah kuyup hari ini.. tak ada penggargaan dr manusia yg kuharap, hanya ingin Kau terima sujudku.. Mohon Kau terima dgn sangat.. Bis[disingkat oleh WhatsApp]
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan