Media Pribumi - Kepala Badan Kemanusiaan PBB menyesalkan
sterjadinya penderitaan yang meluas
di Suriah, di mana orang menghadapi
kondisi kesedihan dan kelaparan yang menakutkan.
Kepala Badan Kemanusiaan PBB telah mengeluarkan seruan keras dan menggalang kekuatan dunia untuk
menghidupkan kembali gencatan senjata di Suriah untuk mengakhiri penderitaan
luar biasa yang telah menyebabkan jutaan orang menghadapi kehancuran, kematian
dan kelaparan.
Stephen O'Brien, koordinator urusan kemanusiaan dan bantuan
darurat PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk perdamaian di Suriah,
"Kita semua harus malu ini terjadi di bawah pengawasan
kita," kata Stephen O'Brien kepada Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan
mengenai krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang yang sudah berlangsung selama
lima tahun ini.
Sementara, meskipun jumlah konvoi kemanusiaan melintasi
perbatasan dan garis batas peperangan telah meningkat, O'Brien mengatakan bahwa
hal tersebut belum cukup untuk membantu mengurangi penderitaan warga Suriah.
Baca juga : Syiah Iran Dukung Penuh Pembantaian Aleppo, Kenapa
Jokowi Malah Main ke Iran
?
"Akses yang sulit menyebabkan warga sipil menderita
kelaparan dan tidak ada bantuan medis,"
ungkap O'Brien.
O'Brien juga mengkritik pemerintahan Bashar al-Assad yang
melarang masuknya truk pembawa obat-obatan dan perangkat medis. Ia menyebut
rezim al-Assad telah melakukan praktek tidak manusiawi dan memberi peringatan
keras rezim Presiden Bashar al-Assad
bahwa mereka bertanggung jawab atas apa yang disebut PBB sebagai pelanggaran HAM
berat.
Pihak Dewan Keamanan PBB sendiri, telah mengeluarkan
resolusi untuk mendukung penghentian permusuhan dan menyerukan dimulainya
kembali pembicaraan politik . Dalam resolusi bernomer registrasi S/RES/2268
tertanggal 26 Februari 2016 tersebut, jelas tertulis PBB mendukung segala upaya
maksimal untuk menghentikan krisis di Suriah.
Sayangnya, upaya dan seruan Dewan Keamanan PBB tersebut
tidak mendapat respon cukup baik dari pemerintah Indonesia.Bahkan, dalam sebuah
voting yang dilakukan PBB terkait pelanggaran HAM berat di Suriah, pemerintah Indonesia
mengambil sikap abstain.
Abstainnya Indonesia
dalam voting tersebut seperti sebuah tamparan keras bagi rakyat Suriah yang
selama ini secara sporadis mendapat bantuan kemanusiaan dari berbagai kelompok
masyarakat di Indonesia .
Selama ini, Indonesia
sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim yang besar dikenal sangat aktif
memberikan bantuan kemanusiaan ke berbagai negara yang tengah mengalami konflik
kemanusiaan. Sehingga, tentu tidak terbayangkan jika ternyata sikap pemerintah Indonesia di Dewan Keamanan PBB tidak
merepresentasikan tindakan umat muslim dan rakyat Indonesia .
Gembar gembor janji Jokowi untuk membantu memerdekakan
Palestina, hingga kini masih berupa isapan jempol belaka. Apalagi untuk Suriah.
Jauh panggang dari api.
Apapun alasannya, yang jelas, sikap pemerintah Indonesia telah membuat Indonesia dicap
sebagai negara pendukung kekejaman rezim al-Assad. Mengutip pernyataan
Malcomite, sebuah akun yang melaporkan perkembangan Suriah terkini, Indonesia adalah sekutu bagi rezim
Bashar al-Assad. Sebuah julukan yang mengerikan.
Baca juga : Kenapa Jokowi Presiden Negara Penduduk Muslim
Terbesar Masih Bungkam Tentang Aleppo ?
"Sikap pemerintah ini mencerminkan sikap presidennya, bukan
sikap rakyatnya...," tulis aktivis sosial media @HartotoS.
"Pak @jokowi ttg pelanggaran HAM syria ini kalo
abstain ya KETERLALUAN SEKALI!! kejadian di syria sangat kejam dan biadab!!! INGAT
ITU!!!" kritik netizen @champbrb.
"Indonesia
kini penguasanya tdk punya nurani..jd apa yg terjadi di Suriah..tdk pernah
peduli.." kata netizen @susan1612.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan