Perjalanan Cahaya Muhammad SAW
Dalam saptadayabanten.blogspot.com terdapat keterangan sbb:
Orang-orang
yang beriman kepada Allah SWT dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka, kelak Allah SWT akan memberikan kepada mereka
pahalanya. [4:152]
Sebelum Allah SWT menciptakan segala sesuatu, Dia menciptakan cahaya Muhammad SAW dari Cahaya-Nya. Pada saat itu tak ada satu pun yang ada, surga tidak ada, begitu pula dengan neraka, bintang-gemintang, bumi, matahari, bulan, malaikat dan manusia pun belum ada. Hanya cahaya ini yang ada.
Kemudian Allah SWT menghendaki agar seluruh makhluk tercipta, dan dalam waktu enam hari, Dia menciptakan seluruh dunia yang kita kenal dan juga makhluk-makhluk lain yang tidak kita ketahui. Allah SWT meletakkan sebagian dari cahaya Muhammad SAW ini kepada setiap makhluk. Langit mendapat bagiannya. Malaikat mendapat bagian. Tanah, pohon, binatang, tumbuh-tumbunan, bebatuan, semuanya mendapat bagian dari cahaya itu.
Cahaya yang tersisa ditempatkan di dalam sebuah lampu jamrud hijau yang Dia gantungkan pada pohon yang disebut “Kepastian” di dalam taman surga.
Kemudian Dia berhenti untuk mendengarkan. Ternyata seluruh dunia bergetar dengan kecintaan terhadap Tuhan yang menciptakan mereka. Dan Allah SWT Mahatahu bahwa Dia memerlukan penjaga untuk mengawasi dunia yang berharga itu dan makhluk yang beragam di sana.
Lalu Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail AS untuk membawakan tanah dari permukaan bumi. Malaikat itu mematuhi-Nya dan mengumpulkan sejumlah tanah dari segala penjuru bumi. Izrail AS membawa tanah berwarna merah, coklat, hitam, putih, kuning dan oranye, dan meletakkan semuanya di hadapan Sang Pencipta, Allah SWT. Allah SWT menambahkannya dengan sedikit air dari mata air surga sehingga tanah itu menjadi tanah liat. Dari tanah liat ini, Dia menjadikan bentuk yang indah dari Nabi Adam AS.
Allah SWT meniupkan napas ke dalam bentuk yang belum bernyawa ini sehingga ia menjadi lunak dan hidup. Kemudian Dia meletakkan sebagian dari cahaya Muhammad SAW pada dahi Adam AS, dan memberinya pengetahuan tentang nama-nama seluruh makhluk.
Adam AS melihat dan memperhatikan cahaya yang memancar di depannya seperti lampu sorot dan ia menanyakan hal itu kepada Sang Penciptanya. Allah SWT mengatakan kepadanya bahwa cahaya itu diberikan kepadanya sebagai amanat. Adam AS harus menjaganya dan menghormatinya. Cahaya ini akan diteruskan dari dirinya kepada anak-anaknya dan dari mereka kepada anak-anak mereka dan seterusnya. Tetapi masing-masing harus menjaga cahaya yang sangat berharga ini, menjaganya agar tetap murni dan tetap cemerlang dengan jalan menjaga kemurnian dan kecemerlangan mereka selaras dengan Kehendak Allah SWT. Dari orang tua yang suci kepada anak yang suci, cahaya itu akan berpindah, dari generasi yang satu ke generasi berikutnya hingga akhirnya mencapai tujuannya, yaitu dahi dari jiwa yang suci, Nabi Muhammad SAW.
Kita semua mengemban sebagian dari cahaya ini, diwariskan dari kakek kita, Adam AS jauh di dalam diri kita. Tetapi hanya melalui para nabi dan para sahabatnya, para wali, cahaya itu bersinar di dahi seperti lampu suar dan menerangi semua kegelapan di sekeliling mereka.
Dan karena tanpa cahaya, hanya akan ada kegelapan yang pekat, kita harus selalu mencari cahaya ini di depan dan di belakang kita, di dalam dan di luar kita; menjaganya dan menghormatinya sampai hari kiamat.[1]
Sebelum Allah SWT menciptakan segala sesuatu, Dia menciptakan cahaya Muhammad SAW dari Cahaya-Nya. Pada saat itu tak ada satu pun yang ada, surga tidak ada, begitu pula dengan neraka, bintang-gemintang, bumi, matahari, bulan, malaikat dan manusia pun belum ada. Hanya cahaya ini yang ada.
Kemudian Allah SWT menghendaki agar seluruh makhluk tercipta, dan dalam waktu enam hari, Dia menciptakan seluruh dunia yang kita kenal dan juga makhluk-makhluk lain yang tidak kita ketahui. Allah SWT meletakkan sebagian dari cahaya Muhammad SAW ini kepada setiap makhluk. Langit mendapat bagiannya. Malaikat mendapat bagian. Tanah, pohon, binatang, tumbuh-tumbunan, bebatuan, semuanya mendapat bagian dari cahaya itu.
Cahaya yang tersisa ditempatkan di dalam sebuah lampu jamrud hijau yang Dia gantungkan pada pohon yang disebut “Kepastian” di dalam taman surga.
Kemudian Dia berhenti untuk mendengarkan. Ternyata seluruh dunia bergetar dengan kecintaan terhadap Tuhan yang menciptakan mereka. Dan Allah SWT Mahatahu bahwa Dia memerlukan penjaga untuk mengawasi dunia yang berharga itu dan makhluk yang beragam di sana.
Lalu Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail AS untuk membawakan tanah dari permukaan bumi. Malaikat itu mematuhi-Nya dan mengumpulkan sejumlah tanah dari segala penjuru bumi. Izrail AS membawa tanah berwarna merah, coklat, hitam, putih, kuning dan oranye, dan meletakkan semuanya di hadapan Sang Pencipta, Allah SWT. Allah SWT menambahkannya dengan sedikit air dari mata air surga sehingga tanah itu menjadi tanah liat. Dari tanah liat ini, Dia menjadikan bentuk yang indah dari Nabi Adam AS.
Allah SWT meniupkan napas ke dalam bentuk yang belum bernyawa ini sehingga ia menjadi lunak dan hidup. Kemudian Dia meletakkan sebagian dari cahaya Muhammad SAW pada dahi Adam AS, dan memberinya pengetahuan tentang nama-nama seluruh makhluk.
Adam AS melihat dan memperhatikan cahaya yang memancar di depannya seperti lampu sorot dan ia menanyakan hal itu kepada Sang Penciptanya. Allah SWT mengatakan kepadanya bahwa cahaya itu diberikan kepadanya sebagai amanat. Adam AS harus menjaganya dan menghormatinya. Cahaya ini akan diteruskan dari dirinya kepada anak-anaknya dan dari mereka kepada anak-anak mereka dan seterusnya. Tetapi masing-masing harus menjaga cahaya yang sangat berharga ini, menjaganya agar tetap murni dan tetap cemerlang dengan jalan menjaga kemurnian dan kecemerlangan mereka selaras dengan Kehendak Allah SWT. Dari orang tua yang suci kepada anak yang suci, cahaya itu akan berpindah, dari generasi yang satu ke generasi berikutnya hingga akhirnya mencapai tujuannya, yaitu dahi dari jiwa yang suci, Nabi Muhammad SAW.
Kita semua mengemban sebagian dari cahaya ini, diwariskan dari kakek kita, Adam AS jauh di dalam diri kita. Tetapi hanya melalui para nabi dan para sahabatnya, para wali, cahaya itu bersinar di dahi seperti lampu suar dan menerangi semua kegelapan di sekeliling mereka.
Dan karena tanpa cahaya, hanya akan ada kegelapan yang pekat, kita harus selalu mencari cahaya ini di depan dan di belakang kita, di dalam dan di luar kita; menjaganya dan menghormatinya sampai hari kiamat.[1]
Artikel itu dari Saptadaya banten.
Komentarku (
Mahrus ali ):
Dalam artikel
itu di jelaskan sbb:
Sebelum Allah SWT menciptakan segala sesuatu, Dia menciptakan cahaya
Muhammad SAW dari Cahaya-Nya. Pada saat itu tak ada satu pun yang ada, surga
tidak ada, begitu pula dengan neraka, bintang-gemintang, bumi, matahari, bulan,
malaikat dan manusia pun belum ada. Hanya cahaya ini yang ada.
Landasan keterangan tsb hanya hadis lemah yang pernah saya terangkan di
atas dan rasanya tidak perlu di ulang lagi.
Ia bertentangan dengan hadis:
إِنَّ
أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ اْلقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اُكْتُبْ قَالَ رَبِّ وَمَاذَا
أَكْتُبُ قَالَ اُكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ)). رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِي.
Sesungguhnya
permulaan mahluk Allah adalah pena, lalu Allah berfirman: Tulislah. Pena berkata: Wahai Tuhanku ! Apa yang ku tulis ?
Allah
berfirman: Takdir segala sesuatu hingga
kiamat terjadi.
HR Abu
Dawud dan Tirmidzi.
Bersambung............
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803.(
Smartfren) 081935056529 ( XL )
Dengarkan pengajian - pengajianku
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.
Artikel Terkait
KItab Berzanji
- Kesesatan berzanji ke 6
- Kesesatan kitab berzanj - kajianku ke 5
- Kesesatan kitab Berzanji ke 3
- Kesesatan berzanji - kajianku ke 2
- Kesesatan kitab Berzanji - kajianku ke 1
- Baca Berzanji motivator saat perang salib dusta atau benar
- Kematian Abu Thalib dan Khadijah yang penuh dusta
- Kedustaan barita dari suara gaib tentang maulid
- Kedustaan kisah Jin di beri tahu bahwa nabi segara di lahirkan
- Kedustaan dalam riwayat hidup Nabi SAW
- Kedustaan sekitar kitab Berzanji
- Kesesatan- kesesatan dalam kitab Berzanji .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan