JAKARTA
(voa-islam.com) - Ratusan Muslimah di Pangandaran mendatangi lokasi pelacuran di daerah
pantai itu. Ibu-ibu memasuki setiap pintu kamar pelacur, dan membawa para
pelacur keluar dari kamar mereka, dan menyerahkan kepada polisi.
Dinaikkan keatas truk. Mereka dibawah ke kantor polisi, dan selanjutnya
di serahkan ke pembinaan panti sosial.
Ini reaksi
Muslimah di Pangandaran yang resah terhadap praktek pelacuran di
Pangandaran. Mereka sangat terganggu, dan takut terhadap masa depan anak-anak
mereka, bukan hanya dengan penyakit HIV, tetapi kerusakan moral akan akan
meluas, dan menghancurkan kehidupan masa depan mereka.
Kesadaran
Muslimah yang bersifat kolektif di daerah, terhadap ancaman riil bagi
kehidupan mereka secara massal. Sangat penting. Praktek pelacuran sudah
menyebar di mana-mana.
Betapa, jika
setiap Muslimah memiliki kesadaran yang bersifat kolektif ini bersifat
nosional, kemudian mereka membuat gerakan seperti Muslimah di Pangandaran,
pasti kehidupan akan semakin baik.
Muslimah di
manapun tidak lagi perlu menunggu kebijakan pemerintah yang akan ber
tindak terhadap praktek pelacuran. Karena tidak semua pemimpin daerah memiliki
kesadaran yang sama akan bahayanya praktek pelacuran ini terhadap kehidupan.
Banyak para pemimin daerah yang membiarkan praktek asusila, dan dijadikan objek
pemasukan pendapatan daearah (PAD).
Apalagi
pelacuran di era sekarang ini sudah menjadi industri. Ada perusahaan yang
notabene usahanya dibidang penyedia pelacur. Dengan pelanggaan yang sangat
luas. Memiliki sindikasi jaringan skala nasional dan internasional. Melibatkan
pejabat, politisi, dan termasuk penegak hukum. Tidak heran, memberantas
praktek pelacuran begitu sangat sulit.
Tentu semua
itu tergantung dari kemauan baik politik (political will). Jika ada kemauan
politik yang baik dari elemen-elemen bangsa ini pasti akan dapat dihapus
praktek pelacuran di Indonesia.
Seperti
sudah diberikan tauladan yang baik oleh Walikota Surabaya Sri Rismaharani
yang sudah bersumpah, pada hari Pahlawan 10 Nopember, di Taman Bungkul,
Surabaya, bahwa tahun 2014, kota Surabaya akan bebas pelacur dan praktek
pelacuran. Seiring dengan Gubernur Jawa Timur, Sukarwo yang membebaskan Jawa
Timur dari pelacur dan pelacuran.
Di Surabaya
ada lokalisasi kompleks pelacuran terbesar di Asia Tenggara, Dolly. Kompleks
pelacuran tertua di Indonesia. Sudah ada sejak zaman Belanda. Dolly adalah
mucikari berdarah Belanda.
Sekarang ada
tokoh Surabaya, kebetulan memiliki jabatan dan kekuasaan, kemudiaan kekuasaan
dan jabatannya itu, digunakannya menghapus dan menghilangkan penyakit sosial,
dan berdampak kepada kehancuran kehidupan.
Betapa
mulianya Tri Rismaharani yang dengan segala kesungguhan berkehendak dan
bertujuan menghapus praktek yang sudah sangat tua itu. Tidak pernah ada
sebelumnya pejabat yang memiliki tekad menghapus praktek-praktek atau bisnis
maksiat, dan baru Sri Trimaharani ini.
Bila kelak
Dolly tutup, dan kehidupan berubah, Walikota Surabaya, Sri Rismaharani layak
akan dikenang sepanjang sejarah kehidupan manusia atas usaha yang menutup
tempat maksiat Dolly.
Sebaliknya,
di acara Metro TV, Sabtu malam menjelang dini hari, yang melakukan wawancara
dengan Wakil Gubernur DKI, Ahok dengan menggunakan baju koko, peci
hitam dikepala, selendang dipundaknya, seperti Muslim Betawi, justru
secara tegas ingin membuat kebijakan lokalisasi pelacuran di daerah kebayoran
(di Jakarta).
Alasannya
melakukan lokalisasi pelacur di sebuah komplek, sebagai langkah preventif
menghindari menyebarnya penyakit menular seperti HIV, dan penyakit kotor
lainnya. Dengan adanya kompleks lokalisasi pelacuran akan dapat dikontrol para
pelacur yang melakukan praktek seks, sekaligus kesehatan mereka dari
kemungkinan penyakit menular.
Di Jakarta
pernah ada kompleks pelacuran terbesar di kota ini, dan kemudian di tutup di
zamannya Gubernur Sutiyoso, dan sekarang dijadikan Islamic Center, dan berbagai
kegiaran dakwah berlangsung di bekas tempat kompleks pelacuran itu.
Ahok
berulangkali praktek pelacuran sudah menyebar luas di Jakarta, dan ada di
mana-mana. Mestinya, Ahok dengan kesadaran itu, berusaha menghilangkan praktek
kotor yang pasti akan menghancurkan kehidupan manusia. Mestinya, Ahok tidak
mentolelir segala bentuk dan praktek pelacuran yang ada. Menggunakan kekuasaan
dan jabatannya meghapusnya dengan kewenangan yang dimilikinya.
Walikota
Surabaya Sri Rismaharani memiliki tekad menudutp kompleks Dolly, sebuah
kompleks pelacuran terbesar di Asia Tenggara, dan sebalumnya menutup kompleks
pelacuran yang ada di kota Surabaya, dan itu bisa dilakukannya. Tetapi, mengapa
Ahok, justru bersikap sebaliknya, dan kukuh dengan pendiriannya perlu
lokalisasi kompleks pelacuran?
Tentu, bagi
kaum Muslimin di Jakarta, dan dimanapun, “clossing statement” Ahok,
selalu mengatakan bahwa Indonesia bukan negara “agama”, tetapi Indonesia
negara “sekuler”, ini sungguh sangat menyakitkan bagi Muslimin.
Soeharto
yang menjadi dedengkot Orde Baru, sejak berkuasa sampai turun, tidak pernah
keluar dari mulutnya, mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara “sekuler”.
Ahok sudah
berulangkali mengatakan, bahwa Indonesia negara “sekuler”, dan
bukan negara "agama", maksudnya bukan negara Islam, dan tidak berhak
Muslim mempraktekkan Syariah Islam.
Apakah Ahok
menginginkan di setiap sudut kota Jakarta dibangun kembali kompleks pelacuran?
Apakah Ahok menginginkan legalisasi praktek-praktek pelacuran? Apakah Ahok
menginginkan praktek pelacuran menjadi praktek bisnis, seperti bisnis yang
lainnya, seperti sekarang yang berkembang di daerah Gajah Mada, Hayam Wuruk,
dan Kota?
Apakah
Ahok menginginkan kota Jakarta seperti Macau, menjadi pusat judi dan
pelacuran dunia? Hanya karena Indonesia menurut Ahok, bukan negara “agama”.
Wallahu’alam. *mashadi.
- See more
at: http://www.voa-islam.com/read/opini/2013/12/09/28027/ahok-perlu-lokalisasi-pelacuran-dan-indonesia-bukan-negara-agama/#sthash.cLRgQIHd.dpuf
KOmentarku ( Mahrus ali ):
Umat Isam itu
beda sekali dengan kafirin yang hidup layaknya
binatang tanpa kendali dari agama
, bukan hidup layaknya khalifah Allah yang ingin tegakkan aajaranNya.
Karena itu, dalam segala hal, Islam
punya konsep ilahi yang suci bukan konsep karya manusia yang kotor – karya para
dewan perwakilan rakyat yang agamanya
banyak ragam, nafsu dan tujuannya berbeda, liberalis, islamis, anti agama , Kristen, Budha dan Yahudi dll.
Dalam memilih pemimpin, Islam mengharamkan pilih kafirin> Ia mengharuskan pilih sesama mukminin.
Ini rahasia agar tidak bikin kerusakan tapi perbaikan. Kita lihat saja ayat
sbb:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ
مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
مُّبِينًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah
kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? 144 nisa`
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan