JAKARTA (Arrahmah.com) - Salah seorang peserta International Conference on Islamic Media asal Irak
Dr. Ahmed Mahjoub Jubouri, memaparkan kondisi terakhir negerinya khusnya dalam
konflik sunnah dan syiah, di kantor Dewan Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis
(5/12/2013).
Dia mengatakan, sejak penjajahan Amerika pada tahun 2003, kondisi
Irak tidak stabil. Pada masa Sadam Husein, jelas Ahmed, meskipun dengan gaya
kepemimpinan yang begitu otoriter, namun saat itu, kondisi kaum Muslimin di
Iraq sangat solid, hubungan antar mereka tetap baik, termasuk antara kaum
Muslimin Sunni dan agama Syi’ah.
“Saat itu orang Syi’ah seringkali menyerukan
persatuan,” kisahnya.
Seiring waktu perselisihan-perselisihan mulai
muncul. Hal ini, ungkap Ahmed, karena ada
perbedaan pandangan antara Sunni dan Syi’ah terhadap penjajah Amerika.
“Orang Sunni memandang masuknya Amerika
sebagai agresi atau penjajahan, sehingga sikap mereka adalah membela tanah air
dengan perang bersenjata melawan Amerika. Sedangkan orang Syi’ah memandang
sebaliknya, mereka memandang Amerika sebagai penyelamat mereka dari cengkeraman
Sadam Hussein.” terangnya
Sementara orang Kurdi – sesungguhnya mereka
Sunni-, namun karena pada masa rezim Sadam Hussein mereka memiliki masalah
dengan pemerintah, pandangan mereka jadi mirip Syi’ah.
“Mereka menganggap Amerika sebagai pembebas.
Sayangnya sikap mereka ini lebih banyak dipengaruhi oleh fanatisme golongan,”
paparnya.
Akibat perpecahan tersebut, akhirnya saat ini
kantong-kantong pemerintahan di Irak, 90% dikuasi orang-orang Syi’ah. Karena
saat pendudukan Amerika di Irak, orang-orang Syi’ah aktif berpolitik hingga
seperti saat ini. Imbasnya, setelah menguasai pemerintahan, termasuk dalam
tubuh militer, mereka (Syi’ah) berani melakukan pembantaian terhadap orang
Sunni.
”Ribuan orang mereka bantai, ratusan
masjid mereka bakar. Bahkan orang-orang sunni yang tinggal di tempat yang
mayoritas Syi’ah lambat laun di usir. Hingga tempat tinggalmereka bersih tanpa
orang-orang Sunni,” tuturnya
Baru belakangan inilah, muncul kesadaran
dalam diri kaum Muslimin Sunni untuk kembali berjuang melalui jalur politik. Namun, karena mereka
sudah lama meninggalkan
jalur politik, berbagai struktur pemerintahan di departemen-departemen di Irak
sudah dikuasai orang Syi’ah, sehingga orang Sunni mengalami kesulitan untuk
kembali masuk ke pemerintahan.
“Dari mulai bidang militer, kehakiman dan media mereka (orang Syi’ah)
kuasai,” ungkap Ahmed.
Karena tiga hal tersebut menjadi hal yang
begitu penting untuk dikuasai oleh orang Syi’ah. Sehingga banyak
kelicikan-kelicikan yang mereka lakukan. Seperti dibidang militer, kata Ahmed,
mereka berhasil menguasai hingga 97%. Ini menyebabkan orang-orang Sunni tidak
bisa berkutik karena hanya menguasai 3% kekuatan di bidang militer.
“Begitu juga di bidang kehakiman, orang-orang
Syi’ah banyak memutuskan perkara seenak mereka. Sehingga setiap pekan ada
ratusan orang Sunni yang dijatuhi hukuman mati,” katanya
Begitu juga media yang sepenuhnya sudah
dikuasai mereka. Semua acara yang ditayangkan merupakan acara model
syi’ah. “Bahkan Adzan pun, sudah adzan model Syi’ah.” Terangnya
Salahsatu pembohongan p[ublik melalui media
yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah adalah adanya klaim bahwa mayoritas
masyarakat Iraq
adalah Syi’ah.
“Padahal sesungguhnya mayoritas adalah Sunni.
Orang Syi’ah paling banyak 38% saja,” tambahnya
Hal tersebut mereka simpulkan karena membagi
masyarakat Iraq
ke dalam tiga kelompok, yaitu Sunni, Syi’ah dan Kurdi. Padahal orang Kurdi
adalah orang Sunni juga. Untuk meminimalisir hal tersebut, pihak Sunni terakhir
memiliki dua chanel Tv, namun akhirnya dilarang oleh pemerintahan Syi’ah.
“Meskipun demikian, kita (Sunni) masih ada
media Sunni tapi disiarkan dari luar Iraq,” ujarnya
Dalam mengakhiri pertemuannya, Dr. Jubouri
berpesan kepada kaum Muslimin Sunni yang berada di Indonesia.
Pertama, jangan sampai kita tertipu oleh orang-orang Syi’ah meskipun pada
awalnya mereka mengajak untuk bersatu, sebab nanti ketika ada kesempatan mereka
tidak segan-segan membantai orang-orang Sunni. Kedua, Meskipun keadaan
di Irak sudah seperti itu, tapi kami tidak putus asa, kami isiqomah dan terus
berjuang melawan mereka,” pungkasnya. Barokumulloh fikum ajma’in.
(azm/ruslan/arrahmah.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan