BEKASI, Infaq Dakwah Center (IDC) –
 Keceriaan keluarga Ummu Azzam (38) yang baru saja melahirkan anak 
kelima, sontak berubah menjadi kesedihan dan kepedihan yang mendalam. 
Sang suami, Agus Siswanto (38) tiba-tiba diculik Densus 88 usai shalat 
isya berjamaah di masjid. Penculikan dengan cara biadab di hadapan 
anak-anaknya itu tanpa disertai surat penangkapan. Bahkan sampai 
beberapa hari pasca penculikan, keluarga tak mendapat surat 
pemberitahuan di mana keberadaan Agus.
Saat ditemui di rumah kontrakannya, kawasan Kaliabang, Bekasi, Jawa Barat, Ummu Azzam sangat sedih dan kehilangan, karena Agus adalah satu-satunya tulang punggung keluarga.
“Suami saya ditangkap sudah sejak tiga 
malam yang lalu, Rabu malam setelah pulang shalat Isya berjamaah di 
Masjid,” ujar Ummu Azzam kepada relawan IDC, Jum’at (13/12/2013).
Menurut warga, meski hidup sangat sederhana, keluarga Agus terkenal sangat religius. Untuk mendidik anak-anaknya agar
 mencintai masjid dan shalat jamaah, Agus membiasakan shalat jamaah ke 
masjid dengan membawa kedua putranya yang masih kecil. Rabu malam itu, 
usai shalat magrib, Agus tidak langsung pulang tapi menunggu shalat Isya di masjid.
Usai shalat isya Agus ngobrol akrab 
dengan pengurus masjid, lalu pulang naik motor membonceng kedua anaknya.
 Di perjalanan, ia distop orang tak dikenal. Orang berbaju hitam itu 
mengaku katanya tangannya sakit. Dengan polos
 agus menyarankan supaya pria tak dikenal itu berobat. Dia mengaku sudah
 berobat tapi belum sembuh, lalu Agus menyarankan supaya pria tak 
dikenal itu berbekam.
Setelah itu dia itu langsung menepuk tangan kemudian datanglah pasukan dua mobil.
 Dengan sigap tanpa perlawanan apapun, mereka memborgol dan memasukkan 
Agus ke dalam mobil. Kedua anak Agus yang tidak tahu-menahu itu juga 
ikut digelendang Densus.
“Malam itu, habis shalat Isya kita 
ngobrol-ngobrol biasa di teras masjid, eh nggak tahunya pulang dari sini
 dia dan kedua anak kecilnya ditangkap,” ujar Abdullah salah seorang 
jamaah masjid.
Dalam proses penangkapan, lagi-lagi 
Densus 88 tak berperikemanusiaan. Kedua anak Abu Azzam yang bernama 
Abdullah Azzam (8) dan Ibnu Mubarok (6) juga turut diangkut Densus 88 
sehingga meninggalkan trauma mendalam bagi kedua bocah yang sangat lugu itu.
“Saya nggak kenal siapa yang nangkap 
Abi, orangnya pakai baju warna hitam. Abi digotong pakai borgol” kenang 
Abdullah Azzam yang masih duduk di kelas 1 sebuah pondok pesantren di 
daerah Babelan, Bekasi ini. “Saya sedih dan takut sekali,” tambahnya 
sambil menundukkan kepala dengan mata berkaca-kaca.
Menurut Ummu Azzam, selama ini tidak ada
 yang mencurigakan dari perilaku suaminya itu. Ia biasa bergaul dengan 
warga dan tidak pernah pergi ke luar daerah dalam waktu yang lama. Warga
 Kaliabang pun mengenal Agus sebagai orang supel, baik, ramah dan 
aktivis masjid. Pengajian yang diikuti Agus pun kajian umum. Warga 
sangat mengenal Agus lantaran ia berprofesi sebagai tukang serabutan 
yang serba bisa, dari tukang batu, membuat rak piring aluminium, meubel 
hingga supir.
“Suami saya ngga pernah ke mana-mana. 
Kerjanya serabutan, kadang jadi tukang, bikin rak piring dari alumunium 
terus meubel, nyupir juga ,” tutur Ummu Azzam
Di tengah kesibukan mencari nafkah, Agus
 menyisihkan waktunya untuk memperdalam Islam dengan mengikuti kursus 
Bahasa Arab. “Kajian yang sekarang diikuti Abi hanya kursus Bahasa 
Arab,” lanjutnya sembari menunjukkan kitab Durusul Lughatil Arabiyyah milik Agus.
Ummu Azzam sangat heran jika suaminya 
tiba-tiba ditangkap. Apalagi hingga hari ketiga belum ada surat 
penangkapan dari kepolisian. “Sampai saat ini belum ada surat 
penangkapan, tapi sore tadi saya sama pak RT ke Polsek Bekasi Utara tapi
 ternyata tidak ada suami saya, katanya langsung dibawa ke tempatnya 
Densus 88 di Mabes Polri. Waktu ditanya kenapa pak kok tidak ada surat 
penangkapan, kata polisi soalnya nanti takut heboh,” ujarnya.
SOLIDARITAS PEDULI MUJAHID ISLAM
Pasca penculikan sang suami, beban Ummu 
Azzam menjadi semakin berat. Ia tak bisa berbuat banyak karena 
kondisinya masih lemah pasca melahirkan Muhammad Ihsan, anak kelimanya. 
Selama ada suami saja, kondisi keluarga Ummu Azzam terbilang pas-pasan. 
Tinggal di rumah kontrakan, hanya mengandalkan nafkah dari suami sebagai
 tenaga kerja serabutan.
Ummu Azzam makin bingung menghadapi 
kasus ini, karena sebagai orang awam ia sama sekali tak mengerti 
bagaimana mengurus penangkapan suaminya melalui jalur hukum.
Tanpa nafkah dari sang suami, ia hanya 
bisa bertawakkal kepada Allah Ta’ala untuk masa depan keluarga dan 
kelima anaknya. Hanya itu modal berharga Ummu Azzam untuk menghadapi 
besarnya biaya hidup untuk keperluan sehari-hari, untuk biaya kontrakan 
rumah, dan biaya pesantren kedua anaknya.
“Harapan saya, saya cuma pingin suami 
saya bebas, biar bisa cari nafkah lagi. Kemarin-kemarin masih ada sisa 
uang untuk beberapa hari, tapi kalau jangka panjang ke depan ya, wallahu
 a’lam,” tutupnya.
Seiring dengan uzurnya sang suami di 
tangan aparat thaghut dan sikap tawakkal Ummu Azzam kepada Allah, 
solidaritas kaum muslimin sangat diharapkan. Berapapun donasi yang 
disalurkan insya Allah sangat membantu keluarga dhuafa dan pendidikan 
para generasi mujahid itu.
Dengan membantu saudara kita yang 
tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan
 kemudahan di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan
 seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada 
hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda 
kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).
Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk
 membantu meringankan beban Ummu Azzam bisa mengirimkan donasi melalui 
program Solidaritas Keluarga Mujahidin:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34 7000 3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293 985 605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Syariah Mandiri (BSM), No.Rek: 7050 888 422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 6310230497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 6.000 (enam ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.006.000,- Rp 506.000,- Rp 206.000,- Rp 106.000,- 56.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqDakwahCenter.com.
- Bantuan kepada Ummu Azzam disampaikan dalam bentuk: santunan bulanan dan beasiswa anak-anaknya sampai suaminya dibebaskan penjara thaghut.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050; PIN BB: 26FF7555
- 
Komentarku ( Mahrus ali):Jelas dan tidak samar lagi, program Densus ini sangat misterius, tapi bisa ditebak bahwa program itu di gerakkan oleh tangan – tangan kristen dan Yahudi untuk memusuhi aktivis muslim tanpa tanya jawab, tanpa pengadilan yang adil. Hal inilah yang membuat manusia di samakan dengan hewan lalu hukum rimba berjalan dan hukum adil berhenti, dan hukum serong yang dilakukan.Mirip sekali dengn penjajah Belanda di alam Indonesia yang merdeka ini.
Artikel Terkait
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan