Senin, Desember 16, 2013

Kesesatan kitab Berzanji - kajianku ke 1


Cahaya Muhammad yang qadim kedustaan belaka


Allah tidak punya sifat qadim, kritik buat Syaikh Saleh al fauzan dan buat Karima Sperling seorang Doktor di bidang Antropologi dari Universitas Stanford, Amerika Serikat dalam, Kisah Perjalanan Cahaya Muhammad SAW



Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji berkata:
وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَاْلأَوَّلِيَّةِ ، الْمُتَنَقِّلِ فِي اْلغُرَرِ اْلكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاهْ
Dan aku membaca shalawat dan salam untuk  cahaya yang di sifati dengan permulaan atau awal segala  sesuatu yang berpindah – pindah di dahi – dahi yang mulia.

Mungkin  Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji menyatakan bahwa  cahaya Muhammad di beri sifat permulaan yang berpindah pindah dari dahi satu orang ke orang lain. Ada  dua kemungkinan,. Bila  artinya   cahaya  Muhammad punya sifat permulaan secara mutlak atau general, maka  sudah tentu pengarang Barzanji ini harus bertobat dan merevisi kitab karyanya tersebut. Karena  sifat itu bukan milik Muhammad atau cahayanya  tapi milik Allah  sebagaimana  firmanNya:   
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.[1]

Sifat awwal adalah  sifat Allah  bukan sifat qadim, kalau sifat qadim, Allah  tidak memilikinya, Ia  sekedar omongan orang bahwa Allah punya sifat qadim. Bahkan Allah punya sifat qadim itu akidah aswaja dan lain aswaja di Indonesia ini, bahkan  saya sering dengar melalui speaker di langgar dan masjid  beberapa orang yang merdu suaranya melantunkan Allah wujud, qidam baqa`…………………………, mulai  saya di Giri  Gresik sampai  saya di Tambak Sumur Waru Sidoarjo – ya`ni  mulai kanak – kanak sampai tua ini. Dan akan berlanjut sampai kapanpun.  
Syaikh Saleh al fauzan pernah berkata:  

لَيْسَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى اْلقَدِيْمُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ اْلأَوَّلُ، وَكَذَلِكَ لَيْسَ مِنْ أَسْمَائِهِ الْفَرْدُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ الْوَاحِدُ اْلأَحَدُ؛ فَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ‏:‏ يَا قَدِيْم‏!‏ أَوْ‏:‏ يَا فَرْدُ‏!‏ اِرْحَمْنِي‏!‏ وَإِنَّمَا يُقَالُ‏:‏ يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ‏!‏ يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ‏!‏ اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي‏.‏‏.‏‏.‏ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ؛ ِلأَنَّ أَسْمَاءَ اللهِ تَعَالَى تَوْقِيْفِيَّةٌ، لاَ يَجُوْزُ ِلأَحَدٍ أَنْ يُثْبِتَ شَيْئًا مِنْهَا إِلاَّ بِدَلِيْلٍ‏.‏ وَاللهُ أَعْلَمُ‏.‏

Al qadim bukan termasuk asma` Allah, tapi Allah punya  nama al awwalu, juga Allah tidak punya nama al fard, tapi Al wahid, al ahad ( Esa ). Jadi tidak boleh di katakan ya qadim ( wahai Tuhan yang  dulu / lama ) atau ya fard, belas kasihanilah aku. Tapi katakan:  
‏:‏ يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ‏!‏ يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ‏!‏ اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي‏.‏‏.
Wahai Tuhan yang awal, akhir, dhohir, bathin,  esa, fard dan tempat mahluk bergantung, belas kasihanilah aku  dan tunjukkan aku.          dll.
Sebab nama – nama Allah itu taukifiyah, seseorang tidak boleh menetapkan  salah satu dari nama untuk Allah  kecuali dengan dalil, wallahu a`lam [2].
Komentarku ( Mahrus ali ):

 Tapi  mengapa kalimat fard masih di sebut, dan mana dalilnya, katanya nama – nama Allah  harus taukifiyah  atas dalil yang jelas, lalu  fard di cantumkan di dalamnya  adalah sesuatu yang  membutuhkan dalil dan dalilnya  belum di temukan, lebih baik  dan harus di tinggalkan dan hindarilah kebid`ahan. Jangan  sampai  kita membuat kedustaan kepada Allah yang membikin kita termasuk orang zalim. Allah  tidak punya nama  Fard lalu kita  cantumkan kalimat fard sebagai namaNya, apakah bisa di benarkan hal ini tanpa dalil lalu  tidak di katakan kedustaan kepada Allah  dan membenarkan ajaran setan yang suka bid`ah. Allah  berfirman:  

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan kebenaran  tatkala  datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?[3]  Dan saya telah menjelaskan hal itu dalam salah  satu karya saya


[1] Al Hadid 3
[3] Al ankabut  68
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan