Cahaya Muhammad yang qadim
kedustaan belaka
Allah tidak punya sifat qadim, kritik buat Syaikh
Saleh al fauzan dan buat Karima Sperling seorang Doktor di bidang
Antropologi dari Universitas Stanford, Amerika Serikat dalam, Kisah Perjalanan
Cahaya Muhammad SAW
Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji berkata:
وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ
بِالتَّقَدُّمِ وَاْلأَوَّلِيَّةِ ، الْمُتَنَقِّلِ فِي اْلغُرَرِ اْلكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاهْ
Dan aku membaca shalawat dan salam untuk cahaya yang di sifati dengan permulaan atau
awal segala sesuatu yang berpindah –
pindah di dahi – dahi yang mulia.
Mungkin Syaikh Ja’far bin Abdul
Karim al-Barzanji menyatakan bahwa
cahaya Muhammad di beri sifat permulaan yang berpindah pindah dari dahi
satu orang ke orang lain. Ada dua kemungkinan,. Bila artinya
cahaya Muhammad punya sifat
permulaan secara mutlak atau general, maka
sudah tentu pengarang Barzanji ini harus bertobat dan merevisi kitab
karyanya tersebut. Karena sifat itu
bukan milik Muhammad atau cahayanya tapi
milik Allah sebagaimana firmanNya:
هُوَ
الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal
dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.[1]
Sifat awwal adalah sifat
Allah bukan sifat qadim, kalau sifat
qadim, Allah tidak memilikinya, Ia sekedar omongan orang bahwa Allah punya sifat
qadim. Bahkan Allah punya sifat qadim itu akidah aswaja dan lain aswaja di Indonesia
ini, bahkan saya sering dengar melalui
speaker di langgar dan masjid beberapa
orang yang merdu suaranya melantunkan Allah wujud, qidam baqa`…………………………,
mulai saya di Giri Gresik sampai
saya di Tambak Sumur Waru Sidoarjo – ya`ni mulai kanak – kanak sampai tua ini. Dan akan
berlanjut sampai kapanpun.
Syaikh Saleh al
fauzan pernah berkata:
لَيْسَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى اْلقَدِيْمُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ اْلأَوَّلُ، وَكَذَلِكَ لَيْسَ مِنْ
أَسْمَائِهِ الْفَرْدُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ الْوَاحِدُ
اْلأَحَدُ؛ فَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ: يَا قَدِيْم! أَوْ: يَا فَرْدُ! اِرْحَمْنِي! وَإِنَّمَا يُقَالُ: يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ
وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ! يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ!
اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي... إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ؛ ِلأَنَّ أَسْمَاءَ اللهِ
تَعَالَى تَوْقِيْفِيَّةٌ، لاَ يَجُوْزُ ِلأَحَدٍ أَنْ يُثْبِتَ شَيْئًا
مِنْهَا إِلاَّ بِدَلِيْلٍ. وَاللهُ أَعْلَمُ.
Al qadim bukan termasuk asma` Allah, tapi Allah punya nama al awwalu, juga Allah tidak punya nama
al fard, tapi Al wahid, al ahad ( Esa ). Jadi tidak boleh di katakan ya qadim (
wahai Tuhan yang dulu / lama ) atau ya
fard, belas kasihanilah aku. Tapi katakan:
: يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ
وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ! يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ! اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي..
Wahai Tuhan yang awal, akhir, dhohir, bathin, esa, fard dan tempat mahluk bergantung, belas
kasihanilah aku dan tunjukkan aku. dll.
Sebab nama – nama Allah itu taukifiyah, seseorang tidak
boleh menetapkan salah satu dari nama untuk
Allah kecuali dengan dalil, wallahu
a`lam [2].
Komentarku (
Mahrus ali ):
Tapi
mengapa kalimat fard masih di sebut, dan mana dalilnya, katanya nama –
nama Allah harus taukifiyah atas dalil yang jelas, lalu fard di cantumkan di dalamnya adalah sesuatu yang membutuhkan dalil dan dalilnya belum di temukan, lebih baik dan harus di tinggalkan dan hindarilah
kebid`ahan. Jangan sampai kita membuat kedustaan kepada Allah yang
membikin kita termasuk orang zalim. Allah
tidak punya nama Fard lalu
kita cantumkan kalimat fard sebagai
namaNya, apakah bisa di benarkan hal ini tanpa dalil lalu tidak di katakan kedustaan kepada Allah dan membenarkan ajaran setan yang suka bid`ah.
Allah berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ
بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala
datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi
orang-orang yang kafir?[3] Dan saya telah menjelaskan hal itu dalam
salah satu karya saya
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan