DAMASKUS (voa-islam.com) - Menurut Sumber-sumber DD - Sunnah melaporkan
tentang situasi yang berkembang di pinggiran Damaskus, Ghouta. Di mana
pertempuran sengit berlangsung antara Mujahidin dan pasukan Assad yang didukung
oleh milisi Syiah dari Lebanon,
Irak, dan Iran,
Rabu, 11/12/2013.
Kerugian besar dikelompok pasukan Syiah
mengakibatkan terjadinya perpecahan dan konflik di internal serta kritik
terhadap para pendukung rezim Assad. Hal itu berdampak dua kelompok bersenjata
itu, satu sama lain saling menyerang dan berperang.
Dalam pertempuran ini, antara kelompok
pasukan yang dipimpin oleh adik Bashar Assad - Maher al - Assad , dan
sekelompok milisi Hizbullah, yang dipimpin oleh Mustafa Badr al-Din. Dua
kelompok pasukan ini, antara pasukan yang dipimpin Maher al-Assad dengan
Mustafa Badr al-Din menggunakan senjata berat, dan menimbulkan korban yang
besar antara kedua belak fihak.
Sumber-sumber dari Hizbullah, melaporkan
bahwa Mustafa Badr Diyn menuduh saudara Assad – Maher al-Assad menempatkan
pejuang Hizbullah mengirim mereka ke garis depan, dan Hizbullah harus langsung
menghadapi langsung Mujahidin, dan tidak adanya dukungan dari pasukan
Assad, serta mengakibatkan banyaknya jatuh korban pada fihak Hizbullah,
milisi Syiah dari Libanon mengalami kerugian besar .
Konflik antara pasukan Maher al-Assad dengan
milisi Syiah dari Lebanon,
Irak, dan Iran,
bukan pertamakalinya. Sering terjadi perselisihan diantara milisi Syiah. Salah
satu kasus ini terjadi sekitar sebulan yang lalu, ketika sekelompok Syiah Irak
yang dipimpin oleh Abu Fadl Abbas menyerang milisi Syiah Hizbullah dari Lebanon, dan
dari membunuh beberapa anggota pasukan milisi Syiah termasuk komandannya.
Milisi Syiah Hizbullah menyebut milisi Syiah
Irak sebagai “Penjahat dan tentara bayaran”. Ini menggambarkan betapa buruknya
perpecahan di internal kelompok Syiah yang sekarang ini mendukung rezim Bashar
al-Assad, mereka saling membunuh di medan
perang Suriah.
Pekan lalu, milisi Hizbullah kehilangan
komandan tempurnya yang paling terkemuka dan tangguh, saat berlangsung
pertempuran dengan Mujahidin, di mana komandan terbaik Hizbullah,
Wissam Sharaf al - Din, terbunuh di pinggiran Damaskus.
Deikian pula, keponakan Menteri Pertanian Lebanon, Ali Rida
Fuad Hassan Haji, juga terbunuh baru-baru ini. Begitu pula Abbas Mohamed Idriss
dan Hassan Raqda, tokoh dan pemimpin Syiah Lebanon telah tewas saat dikirim ke
Suriah.
Menurut sumber informasi dari milisi Syiah
mengalami kerugian besar, terutama milisi Hizbullah, dan kondisi ini
diperburuk oleh konflik dalam partai, akibat keputusan mengirim
pasukan milisi Syiah ke “perang di Suriah” .
Sekarang kalangan pemimpin Syiah Lebanon, seperti Hasan Nasyrullah, sedang
mempertimbangkan situasi di Suriah, dan berusaha menenangkan kritik dan
menghentikan kepanikan di barisan kalangan internal Hizbullah, termasuk para
pimpinan Hizbullah, dan berusaha menghentikan perang diantara mereka yang
sekarang berlangsung Homs
dan Damaskus.
Sumber-sumber Mujahidin menyebutkan, sekitar
sebulan lalu, kelompok Habashites Lebanon, mengumumkan bahwa tiga ribu
“sukarelawan Syiah” telah direkrut untuk membantu milisi Syiah Hizbullah yang
sekarang terdesak di Suriah.
Sebelumnya, pemimpin Chechnya, Kadyrov, yang
sudah murtad, mengancam akan mengirim “Unit khusus” ke Suriah membantu milisi
Syiah memerangi kaum Muslimin. Kadyrov pemimpin Chechya yang sudah membelot dan
menjadi boneka Moskow.
Berbagai aliansi dan kekuatan yang ada
sekarang, meski dibungkus dengan pakaian apa pun yang mereka gunakan,
mungkin bersembunyi dibalik “pakaian” Habashites, sekte Sufi atau lainnya
- mereka selalu bersatu melawan Islam dan masuk ke dalam aliansi dengan
kekuatan kaum murtad, munafik, dan kafir melawan Muslim sejati.
Kemenangan Mujahidin dalam perang di Suriah
akan berdampak dan mengubah secara geo- politik, dan keseimbangan militer di
Timur Tengah dan Teluk. Faktor perubahan baru dengan kemenangan Mujahidin,
membalikkan seluruh situasi di Timur Tengah, termasuk aliansi baru antara Washington - Teheran.
Hanya ada jalan perang satu-satunya
penyelesaian di Suriah, bukan perundingan, dan Bashar al-Assad harus pergi,
atau bernasib seperti Muammar Qaddafi. Wallahu'alam. *mashadi.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan