Kebodohan
tentang sejarah
Muhammad
Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus menyatakan sbb:
Komentarku
( Mahrus ali):
Setahu saya, Ibn
Qayyim al Jauziyah hidup pada abad ke 6 atau ke tujuh , Dia lahir pada tahun 691
H bertepatan 1292 M bukan abad ke lima.
Anehnya mereka berdua menyatakan
munculnya Ibn Qayyim pada abad ke lima . Ini sesuatu tanpa dipikir dulu, tapi
asngo atau asal ngomong saja, di anggap bahwa pembaca ini bodoh atau akan
membodohi pembaca yang bodoh. Jadi orang
bodoh malah di bodohi bukan di arahkan kepada ke ilmuan tapi kepada kebodohan juga. Atau
mereka berdua punya anggapan bahwa mereka paling pintar dan orang lain di bawahnya,
hingga menyampaikan sesuatu seenaknya
bukan di kaji dan dipahami dulu, tapi tanpa di kaji dan dengan pemahaman yang
salah. Lihat biografi IbnQayim al Jauziyah
sbb:
Muhammad bin Abi
Bakr (محمد بن أبي بکر), bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i,
al-Dimashqi (الدمشقي),
bergelar Abu Abdullah Syamsuddin (أبو عبد الله شمس الدین), atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah,
dinamakan karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah
lokal yang bernama Al-Jauziyyah. Dalam Bahasa Arab
namanya tertulis: شمس الدين محمد بن أبي كر بن أيوب ،ابن القيم الجوزية
ابن القيم.
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal
4 Februari
1292, dan meninggal
pada 23
September 1350)
adalah seorang Imam Sunni,
cendekiawan, dan ahli fiqh
yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali.
Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran, ahli
ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
1. Anak beliau
sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
2. Anaknya yang
lain bernama Ibrahim,
3. Ibnu Katsir
ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
4. Al-Imam
al-Hafizh Abdurrahman
bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
Manhaj serta hadaf
Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang
suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat)
Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu
daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah
beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang
yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris
nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di samping itu,
Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid. Kendatipun
beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan
pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab
yang masyhur.
Ibnu Qayyim
al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751 Hijriyah. Ia
dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah;
kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.[1]
Komentarku
( Mahrus ali):
Dalam
biografi Ibn Qayyim al Jauziyah adalah lahir pada 69 1 Hijriyah ya`ni sekitar
abad ke tujuh bukan ke lima sebagaimana
di klaim oleh Muhammad
Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus
Lihat
dlm biagrafi beliau:
Nama lengkapnya;
Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Saad al-Damasyqy
al-Jauziyah. Ia biasa dikenal dengan nama Ibn Qayyim al-Jauziyah. Dilahirkan
pada tahun 691 H bertepatan 1292 M dan wafat ditahun 751 H, bertepatan dengan
tahun 1350 M. Ia adalah seorang faqih dan mujtahid bermazhab Hanbali.[2]
bn Qayyim al-Jauziyah pernah masuk penjara bersama
gurunya Ibn Taymiyah. Ia dimasukkan kepenjara karena mengharamkan berhaji ke
mesjid Ibrahim. Di samping menguasai ilmu fikih, ia menguasai berbagai cabang
ilmu pengetahuan seperti filsafat, hadis, tarikh, serta kalam. Ia terkenal
berpegang teguh dalam membela kemurnian al-Quran dan hadis.
Ibn Qayyim al-Jauziyah menantang keras berbagai
paham sufi yang menurutnya bertentangan dengan al-Quran dan hadis, seperti; wahdatul
wujud, ittihad maupun hulul. Paham-paham tersebut menurutnya lebih banyak
menggunakan konsepsi akal, karena tidak jelas rujukan sumbernya. Pendapatnya
cukup tegas karena tidak saja bersifat kritis terhadap berbagai aliran
tersebut. bahkan juga terjadi perbedaan pendepat dengan ulama fikih mazhab
Hanbali.
Ibn Qayyim al-Jauziyah berusaha mengajak kembali
berpegang teguh kepada al-Quran dan al-Sunnah sebagaimana yang yang dilakukan
oleh para ulama salaf. Ia juga mengajak untuk meninggalkan perbedaan dan
pertikaian aliran. Di samping itu, ia mengajak pula kepada kebebasan berpikir
dan memahami jiwa syariah dan menjauhi taklid, tidak hanya dibidang fikhi
tetapi juga dibidang ilmu kalam dan tasawwuf. Dalam priode tasyri’, Ibn Qayyim
al-Jauziyah termasuk dalam priode keenam. Priode ini ditandai dengan meluasnya
paham fanatik dan taklid kepada imam yang empat. Ia menolaknya dengan membuka
pintu ijtihad dan kebebasan berpikir.
Ibn Qayyim al-Jauziyah juga termasuk penulis
produktif, dan karya-karyanya banyak diminati kalangan muslimin. Hingga kini
ditemukan beberapa hasil karyanya mengenai tauhid, seperti Syifa al-Alil fi
masail al-Qadha wa al-Qadar, Ar-Ruh, dll. Dalam masalah fikhi dan ushul fikhi,
seperti I’lam al-Muwaqqi’in, Bayan ad-dalil ala Istiqna al-Musabaqat ‘an
at-Tahlil, dll. Dalam ilmu tasawwuf, seperti Iddat as-Sabirin, Al-Fawaid, dll.
Dalam ilmu sejarah, seperti Akhbar an-Nisa, Zaad al-Ma’ad, dll.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abdul Mun’im al-Hifny, Mausu’at al-Sufiyah (Cet I;
Kairo: Dar ar-Rasyad, 1992). Abdillah F. Hasan, Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam (Cet.
I; Surabaya: Jawara, 2004). Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 1992
).[3]
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Qayyim_Al-Jauziyyah
[2] http://www.referensimakalah.com/2012/08/biografi-ibn-qayyim-al-jauziyah.html
[3] http://www.referensimakalah.com/2012/08/biografi-ibn-qayyim-al-jauziyah.html
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan