SMS dari Jombang
Assalamu'alaikum,,perkenalkan nama saya samsul dr jombang..mau tanya tadz
,,kl zakat mal diberikan kepada nenek/kakek saya yg sudah lansia apa boleh?,
kl diberikan masjid apa juga bisa.? Mohon keterangan nya dr alqur'an+al hadits
. Jazakallah khairan katsir.
Saya jawab:
wss boleh keduanya . lihat tobat 60
Saya kutip artikel sbb:
Hukum Menyerahkan Zakat Kepada Saudara Kandung atau Paman
Soal: Bolehkah menyerahkan zakat kepada saudara kandung
yang membutuhkan (miskin, punya pekerjaan namun penghasilannya tidak mencukupi)
dan bolehkah menyerahkan zakat tersebut kepada paman yang miskin? Apakah boleh
seorang wanita menyerahkan zakat hartanya kepada saudaranya laki-laki atau
perempuan atau kepada pamannya?
Jawab: Tidak masalah seorang menyerahkan zakatnya kepada
saudara, paman atau bibi yang fakir, saudara lelaki maupun perempuan. Demikian
juga boleh menyerahkannya kepada segenap kerabat yang fakir berdasarkan
dalil-dalil umum. Bahkan menyerahkan zakat kepada kaum kerabat terhitung
sedekah dan penyambungan tali silaturahim. Dan berdasarkan sabda nabi shallallahu
'alaihi wasallam: “Bersedekah kepada fakir miskin hanya terhitung sedekah,
namun bersedekah kepada kerabat terhitung sedekah dan penyambungan tali
silaturrahim”. Kecuali kedua orang tua, termasuk kakek nenek dan seterusnya,
anak lelaki maupun perempuan serta cucu dan seterusnya, ia tidak boleh
menyerahkan zakat kepada mereka. Meskipun mereka fakir. Namun kewajibannya
terhadap mereka adalah memberi nafkah kepada mereka dari hartanya jika ia
sanggup dan tidak ada orang yang lain menanggung nafkah mereka kecuali dia
seorang. (Syaikh Ibnu Baz)
Mazhab Imam Malik dan Syafi’i
melarang pemberian zakat mal kepada orang tua yang menjadi tanggung jawabnya
dalam mencukupi rezkinya (termasuk juga kelompok ini yaitu orang yang tidak
berhak menerima zakat tersebut misalnya anak dan istri). Jumhur ulama juga
menjelaskan ada kategori siapa saja orang-orang yang tidak boleh menerima zakat
di antaranya bapak, ibu atau kakek, nenek hingga ke atas atau anak-anak hingga
ke bawah atau isteri dari orang yang mengeluarkan zakat, karena nafkah mereka
di bawah tanggung jawab kita sebagai anak/menantu. Rasulullah Saw bersabda: “Kamu dan
hartamu itu untuk ayahmu” (HR. Ahmad dari Anas bin Syu’aib)
Komentarku ( Mahrus ali):
Hadis “Kamu dan hartamu itu untuk ayahmu” (HR. Ahmad
dari Anas bin Syu’aib)
......., itu di sahihkan oleh al bani dalam kitab Misykat al mashabih sbb;
مشكاة المصابيح - (ج 2 / ص 263)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمِنْهَالِ
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا حَبِيبٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ عَمْرِو
بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا
وَوَلَدًا وَإِنَّ وَالِدِي يَحْتَاجُ مَالِي قَالَ أَنْتَ وَمَالُكَ لِوَالِدِكَ
إِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ فَكُلُوا مِنْ كَسْبِ أَوْلَادِكُمْ
. رواه أبو داود وابن ماجه
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Minhal telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah
menceritakan kepada kami Habib Al Mu'allim dari 'Amru bin Syu'aib dari Ayahnya
dari Kakeknya bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya memiliki harta dan anak,
sementara orang tuaku membutuhkan hartaku?" Beliau bersabda: "Kamu
dan hartamu adalah milik orang tuamu, sesungguhnya anak-anak kalian termasuk
hasil usaha kalian yang terbaik. Maka makanlah dari usaha anak-anak
kalian."
Sebetulnya hadis tsb untuk larangan pembagian zakat untuk orang tua yang
fakir menurut saya masih kurang tepat.
Hadis tsb tidak di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab
sahihnya. Dan hal ini sebagaian ulama menyatakan sudah cukup menandakan kelemahannya.
Orang tua yang fakir lebih layak
untuk diberi zakat, apalagi kalangan orang tua
banyak yang mandiri dan di tinggal anaknya bersama istri dan
keluarganya.
Saya sendiri sudah punya anak dan cucu, tapi saya sendiri malu mau ikut
anak atau biaya hidup yang di tanggung anak. Pada hal anak – anak saya sudah berkeluarga. Saya sebagai kakek masih
mandiri, malah anak – anak yang kadang – kadang masih membutuhkan bantuan saya.
Bila Saya fakir , mengapa tidak boleh di
kasih zakat. Saya berpegangan kepada ayat:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ
وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي
الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ
فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ
Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Tobat 60
Begitu juga
ayat:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ
وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Al isra` 26.
Nenek dan kakek atau orang tua yang mandiri dan tidak ikut di
rumah anak lebih layak diberi sedekah bila fakir.
ورواه عنه الطبراني في الأوسط<صفحة
239> والطحاوي،
ورواه البزار عن هشام بن عروة مرسلا
وصححه ابن القطان من هذا الوجه،
Hadis “engkau dan hartamu milik
ayahmu “ tsb menurut ruwayat Thabrani
hal 239, Thahawi dan Bazzar dari Hisyam bin Urwah mursal ( lemah ) . Ia
juga di sahihkan oleh Ibn Qatthan dari jalur ini.
وله طرق أخرى عند البيهقي في الدلائل، والطبراني في الأوسط والصغير بسند فيه المكندر ضعفوه عن جابر،
Ia punya jalur lain menurut
Baihaqi dalam kitab Dalail dan Thabrani
dalam kitab al ausat dan shaghir
dengan sanad yang terdapat perawi bernama al Munkadir yang dilemahkan oleh kalangan ulama dari Jabir.
وقال الدارقطني : تفرد
به عيسى بن يونس بن أبي إسحاق كذا في النيل
.
Daraquthni berkata: Hanya Isa bin Yunus bin Abu Ishak
yang meriwayatkannya , lihat Nail al authar[1]
Dalam kitab al musnadul jami` dijelaskan sbb:
المسند الجامع - (ج 26 / ص 201)
8- عَنْ
شُعَيْبٍ ، عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْروٍ؛
أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه
وسلم ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّ لِي مَالاً وَوَلَدًا ، وَإِنَّ
وَالِدِي يَجْتَاحُ مَالِي . قَالَ : أَنْتَ وَمَالُكَ لِوَالِدِكَ ، إِنَّ
أَوْلاَدَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ ، فَكُلُوا مِنْ كَسْبِ أَوْلاَدِكُمْ.
- وفي
رواية: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم . فَقَالَ : إِنَّ أَبِي
اجْتَاحَ مَالِي . فَقَالَ: أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ . وَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم : إِنَّ أَوْلاَدَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ ، فَكُلُوا
مِنْ أَمْوَالِهِمْ.
أخرجه أحمد 2/179(6678) قال : حدَّثنا يَحيى ،
حدَّثنا عُبيد الله بن الأخنس . وفي 2/204(6902) قال : حدَّثنا نصر بن باب ، عن
حجاج . وفي 2/214(7001) قال : حدَّثنا عفان ، حدَّثني يزيد بن زريع ، حدَّثنا
حَبيب المُعلم . و"أبو داود" 3530 قال : حدَّثنا محمد بن المنهال ،
حدَّثنا يزيد بن زريع ، حدَّثنا حبيب المعلم . و"ابن ماجة" 2292 قال :
حدَّثنا محمد بن يَحيى ، ويَحيى بن حكيم ، قالا : حدَّثنا يزيد بن هارون ، أنبأنا
حجاج.
ثلاثتهم (عُبيد الله بن الأخنس ، وحجاج بن
أرْطَاة ، وحبيب المعلم ) عن عَمرو بن شُعيب ، عن أبيه ، فذكره.
* * *
Intinya hadis tsb
hanya dati Amar bin Syu`aib secara sendirian . Ia termasuk tabiin yang
yunior , wafat pada tahun 118. [2]
Jadi kebanyakan sahabat sampai mati
tidak kenal hadis itu. Di kalangan tabiin saja hanya Amar bin Syu`aib yang
tahu, apalagi dikalangan sahabat. Ia
tidak usah dibuat pegangan.
Bila harta anak milik ayahnya ber arti ayah boleh mengambil harta anak tanpa izin dari padanya, Dan ini
membingungkan. Dan juga bikin anak
marah. Bukti bahwa anak juga punya hak
milik harta sendiri dan tidak memiliki harta ayahnya, begitu juga ayahnya punya
hak milik atas hartanya sendiri dan tidak ikut milik harta anaknya .adalah orang tua mendapat harta warisan hanya seper enam ketika anak meninggal dunia
dan anak juga mendapat harta warisan
dari orang tua bila meninggal dunia.
Lihat ayat sbb:
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ
لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنثَيَيْنِ ۚ
فَإِن كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ
وَإِن كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ
وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِن كَانَ
لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِن لَّمْ يَكُن لَّهُ وَلَدٌ
وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ
فَإِن كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ
مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ
فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ
كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
Allah mensyari'atkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan
lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika
anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat
sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi
wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu
dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Nisa` 11.
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803.(
Smartfren) 081935056529 ( XL )
Dengarkan pengajian - pengajianku
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan