REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH--Gemerlap dan mencolok. Begitulah penggambaran New York Times tentang kota suci umat Islam, Mekkah. Harian itu menggambarkan Mekkah sebagai bentuk karya elegan peradaban modern yang ditandai dengan sundulan gedung-gedung pencakar langit dan menara jam Makkah yang sangat tinggi. Itu belum termasuk bangunan pusat perbelanjaan mewah ataupun hotel kelas wahid.
Menurut NY Times, penghancuran bangunan peninggalan Ottoman abad ke 18 memang sangat sebanding dengan bangunan terkini meski hal penghancuran itu seharusnya tidak dilakukan. "Ini merupakan bentuk komersialisasi rumah Allah, " papar Sami Angawi, arsitek Saudi yang tengah mengarap riset tentang isu haji.
"Bayangkan saja, bangunan yang berada dekat masjid berdiri apartemen mewah yang disewakan pada pihak swasta selama 25 tahun. Jadi, jika anda ingin melihat pemandangan masjidil Haram maka anda harus membayar tiga kali lipat," katanya seperti dikutip dari NY Times, pekan lalu.
Dalam tulisanya, NY Times juga mengkritik pemerintah Arab Saudi yang dinilai mengabaikan akomodasi pertumbuhan penduduk Mekkah dengan membuat bangunan-bangunan yang justru membuat sempit ruang gerak para calon jamaah haji. "Dari pandangan arsitek, dan pejabat pemerintah, motif dari pembangunan kota Mekkah adalah uang. Buah keinginan untuk mengeruk keuntungan dari kota yang sangat disucikan," kritik NY Times.
Surat kabar itu juga menambahkan ekploitasi secara berlebihan kota Makkah dapat mengancam keberadaan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Mentalitas itu yang dinilai NY Times membagi kota suci Mekkah. "Sepanjang pengamatan dapat terlihat bangunan mewah dan ekslusif mengelilingi masjid suci dan membuat kaum miskin kian terpinggirkan," tulis NY TImes.
NY Time mengakui pembangunan kota Mekkah jauh melebih kota besar negara-negara barat seperti New York. Proyek-proyek pembangunan yang ada tidak pernah dibuat sebelumnya, sebuah karya orisinil dari ahlinya.
Tengok saja gaya arsitektur kota tenda karya Frei Otto yang dibuat tahun 1970-an. Bangunan-bangunan ini terdiri dari struktur ringan dapat dilipat. Karya Otto terinspirasi dari tradisi suku nomaden Badui. Bangunan ini dibuat untuk menampung jamaah haji tanpa merusak ekologi halus bukit yang mengelilingi kota tua. Karya itu bukanlah satu-satunya.
Karya luar biasa juga tercermin dalam pembangunan terminal haji di Skidmore, Owings & Merrill, Bandara Internasional King Abdul Aziz. Bangunan terminal begitu menyentuh tradisi lokal dan kearifan lingkungan tanpa menghilangkan sisi modernitasnya.
Menurut NY Times, penghancuran bangunan peninggalan Ottoman abad ke 18 memang sangat sebanding dengan bangunan terkini meski hal penghancuran itu seharusnya tidak dilakukan. "Ini merupakan bentuk komersialisasi rumah Allah, " papar Sami Angawi, arsitek Saudi yang tengah mengarap riset tentang isu haji.
"Bayangkan saja, bangunan yang berada dekat masjid berdiri apartemen mewah yang disewakan pada pihak swasta selama 25 tahun. Jadi, jika anda ingin melihat pemandangan masjidil Haram maka anda harus membayar tiga kali lipat," katanya seperti dikutip dari NY Times, pekan lalu.
Dalam tulisanya, NY Times juga mengkritik pemerintah Arab Saudi yang dinilai mengabaikan akomodasi pertumbuhan penduduk Mekkah dengan membuat bangunan-bangunan yang justru membuat sempit ruang gerak para calon jamaah haji. "Dari pandangan arsitek, dan pejabat pemerintah, motif dari pembangunan kota Mekkah adalah uang. Buah keinginan untuk mengeruk keuntungan dari kota yang sangat disucikan," kritik NY Times.
Surat kabar itu juga menambahkan ekploitasi secara berlebihan kota Makkah dapat mengancam keberadaan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Mentalitas itu yang dinilai NY Times membagi kota suci Mekkah. "Sepanjang pengamatan dapat terlihat bangunan mewah dan ekslusif mengelilingi masjid suci dan membuat kaum miskin kian terpinggirkan," tulis NY TImes.
NY Time mengakui pembangunan kota Mekkah jauh melebih kota besar negara-negara barat seperti New York. Proyek-proyek pembangunan yang ada tidak pernah dibuat sebelumnya, sebuah karya orisinil dari ahlinya.
Tengok saja gaya arsitektur kota tenda karya Frei Otto yang dibuat tahun 1970-an. Bangunan-bangunan ini terdiri dari struktur ringan dapat dilipat. Karya Otto terinspirasi dari tradisi suku nomaden Badui. Bangunan ini dibuat untuk menampung jamaah haji tanpa merusak ekologi halus bukit yang mengelilingi kota tua. Karya itu bukanlah satu-satunya.
Karya luar biasa juga tercermin dalam pembangunan terminal haji di Skidmore, Owings & Merrill, Bandara Internasional King Abdul Aziz. Bangunan terminal begitu menyentuh tradisi lokal dan kearifan lingkungan tanpa menghilangkan sisi modernitasnya.
Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Reporter: Agung Sasongko
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Dalam artikel itu di katakan ;
Menurut NY Times, penghancuran bangunan peninggalan Ottoman abad ke 18 memang sangat sebanding dengan bangunan terkini meski hal penghancuran itu seharusnya tidak dilakukan. "Ini merupakan bentuk komersialisasi rumah Allah, " papar Sami Angawi, arsitek Saudi yang tengah mengarap riset tentang isu haji.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Manhaj muslim bukan manhaj kafir , keduanya dalam membangun kota atau desa beda sekali – bukan sama atau mirip . Karena manhaj muslim dlm membangun kota bukan merusaknya selalu berlandaskan wahyu ilahi , dan manhaj kafir tidak ada landasan kecuali nafsu setani .
Karena itu peninggalan bangunan bersejarah , apalagi sejarah leluhur yang budha, atheis , tidak perlu dibiarkan , boleh di robohkan dan di ganti dengan yang lain .
Peninggalan bangunan leluhur budha adalah syi`ar budha yang harus di hilangkan . Bila di pugar ,. Sama dengan menghurmat kepada syi`ar – syi`ar setan . Allah berfirman :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.[1]
Tapi bila mengagungkan syi`ar – syi`ar setan , thaghut , wali menurut ahli bid`ah , maka sama dengan memiliki hati yang berani pada Allah dan takut kepada setan atau Thaghut
Dalam artikel itu di katakan :
"Bayangkan saja, bangunan yang berada dekat masjid berdiri apartemen mewah yang disewakan pada pihak swasta selama 25 tahun. Jadi, jika anda ingin melihat pemandangan masjidil Haram maka anda harus membayar tiga kali lipat," katanya seperti dikutip dari NY Times, pekan lalu.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Ini berita perlu tabayyun dulu , dan setahu saya memang harga sewa kamar di Mekkah ketika haji mahal sekali , tapi ketika musim biasa bukan musim haji sangat murah . Perbandingannya sewa satu flat 11 bulan sama harganya dengan menyewa sebulan waktu haji .
Hal ini menurut saya sulit di hindari dan begitulah watak manusia untuk mendapatkan keuangan . Renungilah firmanNya :
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
supaya mereka menyaksikan berbagai manfa`at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.[2]
Dalam tafsir Ibn Katsir di katakan :
تفسير ابن كثير - (ج 10 / ص 232)
قَالَ اِبْن عَبَّاس " لِيَشْهَدُوا مَنَافِع لَهُمْ " قَالَ مَنَافِع الدُّنْيَا وَالْآخِرَة : أَمَّا مَنَافِع الْآخِرَة فَرِضْوَان اللَّه تَعَالَى وَأَمَّا مَنَافِع الدُّنْيَا فَمَا يُصِيبُونَ مِنْ مَنَافِع الْبُدْن وَالذَّبَائِح وَالتِّجَارَات وَكَذَا قَالَ مُجَاهِد وَغَيْر وَاحِد إِنَّهَا مَنَافِع الدُّنْيَا وَالْآخِرَة لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاح أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبّكُمْ "
Tafsir Ibnu Katsir - (c 10 / hal 232)
Ibnu Abbas berkata, "untuk menyaksikan manfaat bagi mereka," beliau berkata ,manfaat dunia dan akhirat: Manfaat di akhirat keridaan Allah dan manfaat di dunia ini, apa yang yang kamu dapatkan dari manfaat tubuh ,korban dan perdagangan
Mujahid dan lainnya juga mengatakan, Ia merupakan yang manfaat dunia dan akhirat tidak dosa bagi Anda untuk mencari karunia dari Tuhanmu "
Dalam artikel itu di katakan :
Dalam tulisanya, NY Times juga mengkritik pemerintah Arab Saudi yang dinilai mengabaikan akomodasi pertumbuhan penduduk Mekkah dengan membuat bangunan-bangunan yang justru membuat sempit ruang gerak para calon jamaah haji. "Dari pandangan arsitek, dan pejabat pemerintah, motif dari pembangunan kota Mekkah adalah uang. Buah keinginan untuk mengeruk keuntungan dari kota yang sangat disucikan," kritik NY Times.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Menurut ayat al Haj 28 juga sudah diperbolehkan berkerja di musim haji .
Dalam artikel itu di katakan :
Surat kabar itu juga menambahkan ekploitasi secara berlebihan kota Makkah dapat mengancam keberadaan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Mentalitas itu yang dinilai NY Times membagi kota suci Mekkah. "Sepanjang pengamatan dapat terlihat bangunan mewah dan ekslusif mengelilingi masjid suci dan membuat kaum miskin kian terpinggirkan," tulis NY TImes.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Pembangunan di kota manapun dan kapanpun kaum miskin terpinggirkan tapi di sana ganti ruginya tiga kali lipat .
Bacalah disini pula :
FOTO Mega proyek pembangunan masjidil haram dan Mekkah
10 Mei 2011
11 Mei 2011
10 Mei 2011
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan