Jumat, November 04, 2011

Keritik terhadap salat Istikhoroh




Doa istikhoroh biasanya di baca sbb:

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْر خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ
Allohumma innii astakhiiruka bi ilmika wa astaqdiruka  biqudrotika  wa as`aluka min fadhlikal azhim  fainnaka taqdir walaa aqdir  wata`la walaa a`lam, wa`anta  allaamul ghuyuub .  Allohumma inkunta ta`lamu anna haadzal amra khoirun lii fii diinii wama`aasyi wa`aakibati amrii ……………  aajil amrii wa` aajilihii  faqdurhulii  wayassirhulii   tsumma baariklii fiih.   wa inkunta ta`lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wama`aasyi wa`aakibati amrii ……………  aajil amrii wa` aajilihii   fasrifhu annii wasrifnii anhu  waqdur liyal khoira haitsu kaana  tsumma ardhinii ……………………. Lantas hajatnya di sebut.  
Artinya:
Ya Allah  ! Sesungguhnya aku mohon kebaikan kepadaMu  dengan ilmu pengetahuanMu,aku mohon  kemampuan dengan  kemampuanMu. Aku mohon  kanugrahanMu yang Agung,  sesungguhnya Engkau mampu  dan aku tidak mampu.  Engkau Maha Mengetahui,  dan aku tidak mengetahui dan Engkau Maha Mengetahuiperkara gaib. Ya Allah ! Bila  Engkau mengetahui bahwa  urusan ini  lebih baik untukku  menurut agamaku,kehidupanku  dan akibat urusanku didunia dan akhirat,  maka berikanlah aku  kemampuan untuk mencapainya dan permudahkan, lalu berilah berkah kepadaku.  
Bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini akan berdampak jelek kepada agamaku,kehidupanku  dan akibat urusanku  didunia  maupun diakhirat,  maka singkirkanlah dariku dan  bikinlah aku terhindar dari padanya.   Takdirkanlah kebaikan  untukku  dimanapun  lalu relalah kepadaku.

وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ *
Setalah  itu sebutlah tujuannya. [1]
Menurut riwayat Bukhori yang lain  tujuan tersebut di sebut ketika membaca :   
أَنَّ هَذَا الْأَمْر
Sesungguhnya  urusan ini ………………….. ( disebut hajatnya  ).[2]
Doa tsb berasal dari hadis sbb:   
Jabir bin Abdillah ra berkata :
 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ
“ Rasulullah SAW  mengajari kami istikhoroh dalam menghadapi segala sesuatu sebagaimana   mengajari  surat Al Quran.  Beliau bersabda:
إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ
Bila seseorang diantaramu  mempunyai urusan,hendaklah menjalankan  salat sunat dua rakaat,lalu bacalah doa tsb :   
قَالَ أَبو عِيسَى حَدِيثُ جَابِرٍ حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي الْمَوَالِي وَهُوَ شَيْخٌ مَدِينِيٌّ ثِقَةٌ رَوَى عَنْهُ سُفْيَانُ حَدِيثًا
Abu Isa ( Imam Tirmizi ) berkata : Hadis jabir adalah hadis sahih yang nyeleneh. Kami tidak mengetahuinya kecuali dari  hadis Abd rahman bin Abul mawali.  Dia  orang tua Medinah yang terpercaya,  dan hanya  meriwayatkan satu hadis  yang di nukil oleh Sofyan [3]
 وَقَدْ رَوَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْأَئِمَّةِ
Beberapa imam meriwayatkan hadis istikhoroh dari padanya. kata Tirmizi.
Aku berkata: Abd rahman bin Abul mawali   perawi terpercaya terkadang keliru.
Ternyata  hadis istikhoroh tersebut tidak diriwayatkan oleh Imam Muslim.  Secara peraktik, Rasulullah S.A.W. tidak pernah menjalankannya..  
Dari Sa`ad berkata:  Rasulullah S.A.W. bersabda:
 مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ رِضَاهُ بِمَا قَضَى اللَّهُ لَهُ وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ تَرْكُهُ اسْتِخَارَةَ اللَّهِ وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ سَخَطُهُ بِمَا قَضَى اللَّهُ لَهُ
Termasuk kebahagiaan Ibnu adam adalah rida kepada qadha` Allah, dan termasuk celakanya adalah  meninggalkan istikhoroh dan termasuk celakanya lagi benci kepada  qadha`Nya.  [4]
قَالَ أَبو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي حُمَيْدٍ وَيُقَالُ لَهُ أَيْضًا حَمَّادُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ وَهُوَ أَبُو إِبْرَاهِيمَ الْمَدَنِيُّ وَلَيْسَ هُوَ بِالْقَوِيِّ عِنْدَ أَهْلِ الْحَدِيثِ *
Abu Isa berkata: “ Ini hadis nyeleneh, kami hanya mengetahui dari hadis Muhammad bin Abu Humaid,  dia juga di panggil dengan nama Hammad bin abu Humaid – Abu Ibrahim Almadani .  Sanad hadis tsb tidak kuat menurut ahli hadis.  [5]
 Ali bin Abu Bakar Al Haitami,wafat  807 berkata: Imam Thobroni juga meriwayatkan hadis tsb,  ada keterangan:
وفيه محمد بن أبي حميد وقال ابن عدي ضعفه بين على ما يرويه وحديثه مقارب وهو مع ضعفه يكتب حديثه وقد ضعفه أحمد والبخاري وجماعة    مجمع الزوائد ج: 2 ص: 280
Sanadnya terdapat Muhammad bin Abu Humaid. Ibnu Ady berkata: Dia perawi yang jelas lemah,  hadisnya mirip – mirip.  sekalipun  hadisnya boleh di tulis. Imam  Bukhori,  Ahmad dan jamaah ahli hadis menyatakan lemah. [6]
Hadis tsb juga tercantum dalam kitab alkabir  namun ada komentar:   
وفي إسناد الكبير صالح بن موسى الطلحي وهو ضعيف وفي إسناد الأوسط والصغير رجل ضعف في الحديث مجمع الزوائد ج: 2 ص: 280
Dalam sanad hadis dalam al kabir terdapat perawi bernama  Sholeh bin Musa attholhi yang lemah.  Sedang di sanad hadis  Mu`jam al ausat dan Asshoghir terdapat lelaki lemah dalam bidang hadis. [7]
 Dalam kitab Majmauz zawaid   terdapat keterangan:   
   عن أنس بن مالك قال قال رسول الله  صلى الله عليه وسلم  ماَخَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَنَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْصَتَد َرواه الطبراني في الأوسط والصغير من طريق عبدالسلام بن عبدالقدوس وكلاهما ضعيف جدا مجمع الزوائد ج: 8 ص: 96
 Dari Anas bin Malik ra  berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda:   ” Tiada sia – sia orang yang mau istikhoroh,  tidak akan menyesal orang yang mau bermusawarah dan tidak akan fakir orang yang mau sederhana  HR Thobroni  dalam kitab Mu`jam ausat dan shoghir  dari jalur Abd Salam bin Abd Qudus. Keduanya  lemah sekali .  [8]
  Jadi sekarang kita cukup memandang sesuatu dengan kaca mata syariat.  Bila telah diperintahkan oleh Allah,  maka kita harus menjalankan tanpa istikhoroh sebagaimana ayat:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ  هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.[9]
  Bila sesuatu itu dilarang oleh Allah, kita harus menghindari tanpa menunggu hasil istikhoroh, kadang sehari, dua hari, atau seminggu, bahkan beberapa bulan, sebagaimana hadis: Rasulullah SAW  bersabda:
ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ *
Tinggalkan apa yang saya tidak memberi komentar.  Sesungguhnya bangsa  sebelummu binasa karena  banyak bertanya dan menjalankan  bid`ah.  Bila  aku memerintah sesuatu padamu,kerjakanlah semampumu .  Bila aku melarang sesuatu padamu hindarilah  “.[10]
  Istikhoroh membikin seseorang sulit untuk memutuskan karena menanti mimpi atau apa yang terlintas di hati, seolah minta ilham kepada Allah.   Dan Jibril tidak akan  turun kepadanya.  Kerjalah di atas landasan syariat.  Allah berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kamu akan berpisah dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.[11]
 لو   استخار  في كل خاطر لاستخار فيما لا يعبأ به فتضيع عليه اوقاته   فتح الباري ج: 11 ص: 185
Bila seseorang  ber istikhoroh setiap apa yang terlintas di hatinya,  maka sama  saja dengan menjalankan  perkara sia – sia, lalu waktunya lenyap. [12]
 Ada seorang ahli bid`ah bukan ahlis sunnah akan kawin, lalu beristikhoroh, tidak langsung kawin, lalu mendapat hasil istikhoroh yaitu mendapat jodoh wanita, katanya salihah, tapi ahli bid`ah yang syirik. Sampai sekarang, sepasang lelaki dan perempuan itu bergelimang dalam kesyirikan dan kebid`ahan.


[1] Bukhori 1166
[2] HR  Bukhori 7390
[3] Sunan Tirmizi 480
[4] HR Tirmizi 2151

[5] HR Tirmizi 2151
[6]  Majmauz zawaid   280/2
[7]  Majmauz zawaid   280/2
[8] Majmauz zawaid   96/8
[9] An nur 51
[10] Muttafaq alaih  , Muslim 1337
[11]  Alan`am  153
[12]  Fathul bari 185/11
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan