Senin, November 07, 2011

Raja tega masuk surga


 
Kisah dalam hadis di bawah ini banyak di kenal bukan kisah yang tersembunyi di kalangan masarakat baik NU, Muhammadiyah,LDII, Salafy dll. Seolah sudah mengakar bukan masih cabang  di sana  dan saya perlu kaji ulang bukan sekedar baca lalu menerjemahkan atau mendengarkan lalu percaya. Hal itu  karena bertentangan dengan ayat al quran. Hadisnya sbb:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ النَّاجِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ إِنْسانًا ثُمَّ خَرَجَ يَسْأَلُ فَأَتَى رَاهِبًا، فَسَأَلَهُ فَقَالَ لَهُ: هَلْ مِنْ تَوْبَةٍ قَالَ: لاَ فَقَتَلَهُ فَجَعَلَ يَسْأَلُ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: ائْتِ قَرْيَةَ كَذَا وَكَذَا فَأَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فَنَاءَ بِصَدْرِهِ نَحْوَهَا فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ فَأَوْحى اللهُ إِلَى هذِهِ: أَنْ تَقَرَّبِي وَأَوْحى اللهُ إِلَى هذِهِ: أَنْ تَبَاعَدِي وَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَهُمَا فَوُجِدَ إِلَى هذِهِ أَقْرَبَ بِشِبْرٍ، فَغُفِرَ لَهُ
أَخْرَجَهُ اْلبُخَارِي فِي: 60 كِتَابُ اْلأَنْبِيَاءِ: 54 بَابُ حَدَّثَنَا أَبُو اْليَمَانِ


……………Abu Sa’id ra menerangkan:"Nabi saw bersabda:"Di kalangan Bani Israil ada seorang lelaki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian ia pergi dan menemui seorang pendeta. Ia bertanya kepadanya: "Apakah taubatnya dapat diterima?”
Jawab si pendeta:"Tidak.”
Maka lelaki itu membunuh si pendeta, sehingga genap seratus orang.” Kemudian ia bertanya kepada seorang tentang seorang yang dapat menunjukkan ke jalan taubat. Ia dianjurkan untuk pergi ke suatu desa. Di tengah perjalanan, ia menemui ajalnya dan dadanya condong ke arah desa yang di tuju.
Maka malaikat pembawa rahmat dan malaikat pembawa siksa saling bertengkar hendak diletakkan di manakah orang itu?

Maka Allah menyuruh bumi yang baik untuk mendekat dan menyuruh bumi yang buruk menjauh. Kemudian Allah berfirman:"Ukurlah jarak perjalanan orang itu. Kedua malaikat saling mengukur, ternyata jarak perjalanan menuju desa untuk bertaubat lebih dekat sejengkal. Sehingga ia diberi ampun.” (Bukhari, 60, kitabul Anbiyaa’, 54, bab Kami diberitahu oleh Abul Yaman).

Al albani menyatakan: Hadis tsb Muttafaq alaih  lihat di buku karyanya: Misykatul mashobih 2327( 5)

Komentarku ( Mahrus ali ):
HR Muslim 2766.
فتح الباري لابن حجر - (ج 10 / ص 273)
فَنَاءَ بِصَدْرِهِ " إِدْرَاج ، فَإِنَّهُ قَالَ فِي آخِر الْحَدِيث " قَالَ قَتَادَةَ قَالَ الْحَسَن: ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ الْمَوْت نَاءَ بِصَدْرِهِ " .
Dalam kitab Fathul bari di jelaskan: Kalimat:
فَنَاءَ بِصَدْرِهِ "
                     …………..adalah sisipan dari perawi
Sebab perawi berkata  dalam ahir hadis: " Qatadah berkata: " Al Hasan berkata: " Di sebutkan kepada kita bahwa ketika maut menjemput orang itu, dadanya condong ke desa yang di tuju".  

Ibn Hajar berkata: Mu`adz bin Hisyam adalah perawi yang selalu berkata benar kadang keliru.
Dzahabi menyatakan: Ibnu Ma`in berkata: Mu`adz bin Hisyam adalah perawi yang hadisnya  tidak boleh di buat hujjah. Jadi menurut riwayat Muslim hadis tsb cacat.

Sanad hadis tsb menurut riwayat Muslim sbb:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
Bercerita kepada kami  Muhammad bin Al Mutsanna  dan Muhammad bin Bassyar, lafadh hadis menurut riwayat bin Al Mutsanna. Mereka berdua berkata: Bercerita kepada kami  Mu`adz bin Hisyam, lalu  berkata: Bercerita kepada kami ayahku dari Qatadah  dari Abus shiddiq dari Abu Sa`id Al Khudri.

 ………………………….

Menurut riwayat Imam Ahmad ada tambahan sbb:

فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ قَالَ قَتَادَةُ فَقَالَ الْحَسَنُ ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ الْمَوْتُ نَأَى بِصَدْرِهِ

Lalu datang kepada mereka malaikat berbentuk manusia, lalu   dua malaikat itu menjadikan malaikat yang datang ini sebagai hakim, lalu  berkata: " Ukurlah antara dua tempat itu ( antara rumahnya dan tempat yang di tuju ). Kemana  yang lebih dekat, maka raja tega  itu m enjadi miliknya".
Mereka mengukurnya, lalu di jumpai raja tega itu lebih dekat kepada tanah yang di kehendaki, lalu malaikat rahmat mengambilnya.
Qatadah berkata: Al Hasan berkata: "Di sebutkan kepada kita, dia ketika akan mati mengarahkan dadanya ke tanah tujuannya".
HR Ahmad 11171,  Al musanadul jami` 444/14

Komentarku ( Mahrus ali ):

Setahu saya,Abu Dawud, Tirmidzi,Nasa`i tidak meriwayatkan hadis tsb.
Dan jalur riwayat muslim masih cacat. Yang sahih adalah jalur riwayat Bukhari
Ada riwayat lain dengan redaksi sbb:
إِنَّ رَجُلاً مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ نَفْسًا كُلُّهَا يَقْتُلُهَا ظُلْمًا
Sesungguhnya seorang lelaki  dari bangsa sebelummu telah membunuh 99 orang seluruhnya di bunuh dengan sangat zalim. [1]
فَقَاسُوْهُ فَوَجَدُوْهُ أَقْرَبَ إِلَى دَيْرِ التَّوَّابِيْنَ بِأُنْمُلَةٍ ، فَغُفِرَ لَهُ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
Mereka mengukur jaraknya  lalu di jumpai  lelaki raja tega  itu lebih dekat ke biara orang – orang tobat dengan  jarak sejari. Raja tega itu di ampun dan di masukkan ke dalam surga. [2]
وَفِيْهِ عَنِ الْمِقْدَادِ بْنِ مَعْدِ يكَرِبَ: أَقْرَبَ بِذِرَاعٍ
Ada riwayat dari Al Miqdad bin  Ma`di kariba ……………… raja tega itu mati di tanah yang lebih dekat dengan biara orang – orang tobat dengan jarak selengan. …….
.
Jadi redaksi  hadis kacau belau, maknanya juga begitu, apalagi menurut riwayat Imam Ahmad juga ada tambahan redaksinya. Hal itu menunjukkan lemahnya hadis, bukan sahihnya  dan  mana redaksi  yang bisa kita percaya atau kita bohongkan bila keadaannya begitu.

Dalam perawi Muslim terdapat perawi bernama Muhammad bin Al Mutsanna yaitu Bandar. Dia pernah meriwayatkan hadis:
" تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُوْرِ بَرَكَةً "
Bersahurlah, sesungguhnya sahur itu membawa berkah
Ali al madini menyatakan:
هَذَا كِذْبٌ ، حَدَّثَنىِ أَبُو دَاوُدَ مَوْقُوْفًا ، وَ أَنْكَرَهُ أَشَدَّ الْإِنْكَارِ.
Ini kedustaan. Bercerita kepada ku Abu dawud  bahwa hadis itu adalah mauquf ( bukan hadis Nabi  ). Beliau sangat ingkar

Muhammad bin Jafar al mathiri berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ ابْنُ الدَّوْرَقِى ، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ يَحْيَى بْنِ مَعِيْنٍ وَ جَرَى ذِكْرُ بَنْدَار فَرَأَيْتُ يَحْيَى لاَ يَعْبَأُ بِهِ وَ يَسْتَضْعِفُهُ.
Bercerita kepada kami,  Abdullah bin Addauraqi berkata: "Kami di sisi Yahya bin Ma`in, lalu nama  Bandar di sebut. Aku melihat beliau kurang perhatian kepadanya , bahkan melemahkannya.

Setahu saya , ada perawi tunggal  yaitu Qatadah. Seluruh jalur peeriwayatan di beberapa  kitab ternyata dari satu orang itu dan ini hal yang meragukan sekali. Tiada orang lain yang meriwayatkannya dari jalur yang sahih  selain dia.
Dia adalah mudallis – perawi yang suka menyelinapkan perawi lemah agar di kira  riwayatnya sahih.
Ibnu Hajar berkata:

وَهُوَ مَشْهُوْرٌ بِالتَّدْلِيْسِ وَصَفَهُ بِهِ النَّسَائِي وَغَيْرُهُ
Qatadah adalah perawi yang terkenal mudallis, demikian  menurut Imam Nasai dan lainnya. [3]
Imam Dzahabi berkata:

قَتَادَةٌ بْنُ دِعَامَةَ [ ع ] السَّدُوْسِى.
حَافِظٌ ثِقَةٌ ثَبْتٌ، لَكِنَّهُ مُدَلِّسٌ: وَرُمِىَ بِاْلقَدْرِ، قَالَهُ يَحْيَى بْنُ مَعِيْنٍ،
Qatadah bin Diamah assadusi  adalaah perawi yang hafizh, terpercaya dan hapalannya baik, tapi mudallis, tertuduh qadariyah, demikian di katakan oleh  Yahya bin Ma`in. [4]
Syu`bah berkata ;
كَفَيْتُكُمْ تَدْلِيْسَ ثَلاَثَةٍ اْلاَعْمَش وَأَبِي إِسْحَاقَ وقَتَادَةَ

Saya mencukupi kamu atas tiga  orang  yang mudallis  Al A`masya , Abu Ishak  dan Qatadah.[5]

Perawi tunggal ini sumber hadis tsb. Dan tiada perawi lain yang meriwayatkannya.
( مَنْ أَكْثَرَ مِنَ التَّدْلِيْسِ فَلَمْ يَحْتَجّ اْلأَئِمَّةُ مِنْ أَحَادِيْثِهِمْ إِلاَّ بِمَا صَرَّحُوا فِيْهِ بِالسَّمَاعِ وَمِنْهُمْ مَنْ رَدَّ حَدِيْثَهُمْ مُطْلَقاً وَمِنْهُمْ مَنْ قَبِلَهُمَا ) اهـ.
Orang yang banyak menyelinapkan perawi lemah,  hadis – hadis mereka tidak bisa di buat pegangan  kecuali menyatakan  haddatsana .
Di antara ulama  ada orang yang menolak hadis mereka secara total  dan ada pula yang menerimanya. 
\
Hadis tsb bertentangan dengan ayat:
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ  لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ ا‏ ْلآ‏نَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. [6]
Hadis tsb juga bertentangan dengan aayat sbb:
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(5)
kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[7]

Raja tega itu  itu belum  memperbaiki diri, belum menjalankan  salat selama hidup di dunia. Dan ayat tsb menunjukkan pengampunan dosa itu setelah tobat dan memperbaiki diri.
Juga belum beristighfar atas dosa – dosa yang di lakukan  dan belum menjalankan salat. Dalam suatu ayat juga di jelaskan:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(70)
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat tsb juga menjelaskan bertobat juga beriman dan ber amal saleh, baru kejelekannya  akan di ganti dengan kebaikan.

Ibnu Taimiyah menyatakan  sebuah hadis  sbb:
أَمَا عَلِمْت أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ التَّوْبَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Islam itu mengampun dosa yang lalu, begitu juga taubat dan   Hijrah.[8]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dengan redaksi sebagaimana apa yang di katakan oleh Ibnu Taimiyah itu, saya tidak menjumpainya, tapi saya menjumpai sbb:
أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلِهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
Sesungguhnya masuk Islam itu mengampun dosa yang lalu, berhijrah mengampun dosa yang lalu dan berhaji juga begitu. [9]
Ada ayat sbb:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". [10]

Tobat raja tega tsb masih belum bisa di nilai,nasuha atau tidak, karena belum di buktikan, karena itu, jaminan pengampunan masih di pertanyakan dan memang dia belum melakukan  salat. Jadi sama fungsinya  dengan orang yang masih belum menjalankan salat  sebagaimana  ayat:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ(42)قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab:"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, [11]

Hadis tentang raja tega bisa masuk surga dan  belum melakukan sesuatu, sedang dia telah membunuh 100 orang membikin banyak orang meremehkan dosa membunuh orang. Pada  hal Allah berfirman:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.[12]
Juga ada hadis sbb:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
 Hindarilah tujuh perkara  yang merusak.Mereka  berkata: Wahai Rasulullah !  apakah itu?  Rasul bersabda:" Syirik kepada Allah, sihir, membunuh orang tanpa hak, makan riba. makan harta yatim, lari di hari peperangan, menuduh wanita – wanita muhshon  mukminah yang baik. [13]
Hadis raja tega itu tidak mendidik atau membikin manusia bertambah baik, tapi malah ada orang yang membunuh puluhan orang masih tidak bertobat, dan mengatakan  tobat dan masuk surga itu mudah, lihat saja hadis  raja tega itu. Saya  juga belum ketemu orang yang pernah membunuh seratus orang, saya pikir, apakah saat itu tidak ada pemerintahan yang menghukumnya . Seingat saya, pemerintahan banu israil saat itu selalu dipimpin oleh para nabi, sehingga orang – orang sangat ketat dalam masalah pembunuhan. Bila ada  orang yang membunuh akan di bunuh sendiri.

وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ(45)
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.[14]
Dalam suatu hadis juga di jelaskan:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ *
 Kaum banu Israil selalu dipimpin oleh para Nabi. Setiap seorang nabi meninggal dunia di ganti oleh nabi lainnya. Dan tiada Nabi setelah aku, hanya ada beberapa khalifah, bahkan banyak.  Para sahabat bertanya:"  Apakah yang  engkau perintahkan kepada kami?".Rasulullah  saw  bersabda:”  Tepatilah  baiat satu khalifah, lalu khalifah kedua dan seterusnya. Berikan hak mereka, sesungguhnya Allah akan mempertanggung  jawabkan atas  urusan  mereka.[15]




[1] Addiyat 287/1
[2] Addiyat 287/1
[3] Thabaqatul mudallisini  43/1
[4] Mizanul i`tidal 385/3
[5] Thabaqatul mudallisin  59/1
[6] Annisa`  17- 18
[7] Nur 5
[8]   Lihat  Majmuk fatawa karya  Ibnu Taimiyah /10/318.

[9] HR Muslim 121 Sahih.

[10] Attahrim 8
[11] Almudassir 43-42
[12] Annisa` 93
[13] Muttafaq alaih

[14] Maidah 45
[15] HR  Bukhori / Kisah paraNabi  /3455 . Muslim / Kepemimpinan / 1842 . Ibnu Majah  / Jihad /2871 .

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan