Selasa, November 15, 2011

Rasulullah SAW. melihat cahaya Allah?.




  Issu  tentang Rasulullah SAW.  melihat cahaya Allah bukan kegelapan setan adalah kuno sekali bukan barang baru dan telah membudaya, bukan aneh lagi  di kalangan kaum santri maupun kalangan masarakat Islam. Dan kita tidak bisa membenarkan  tanpa pengkajian dulu, juga tidak menyalahkan dengan  gegabah. sebab  ada hadis riwayat Muslim tentang hal itu.


261 - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ
Bercerita kepada kami Abu bakar bin Abu Syaibah, lalu  berkata: Bercerita kepada kami Waki` dari Yazid bin Ibrahim  dari Qatadah  dari Abdullah bin Syafiq  dari Abu Dzar berkata: Aku bertanya  kepada  Rasulullah SAW., apakah  kamu pernah melihat Tuhanmu?.
Rasulullah SAW.  menjawab: Saya hanya  melihat  cahaya.  HR  Muslim
HR Thoyalisi 474, Ahmad 21429, Muslim  178 Tirmidzi dan beliau bilang hasan. Ibnu Hibban  58.  Jamiul  ahadis  22/285
Hadis tsb  di buku mana saja dan kapan saja di riwayatkan dari perawi tunggal  yaitu  Qatadah  dari Abdullah bin  Syafiq,[1]
Qatadah  telah kami jelaskan  di muka  dia adalah mudallis – suka menyelinapkan perawi lemah. Dan tiada  perawi lain  yang meriwayatkan  yang bisa di buat dukungan atau menambah kemantapan.
Imam  Al Bazzar berkata:
وَهَذَا الْحَدِيثُ لاَ نَعْلَمُ رَوَاهُ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَقِيقٍ إِلاَّ قَتَادَةُ وَلاَ نَعْلَمُ رَوَاهُ عَنْ قَتَادَةَ إِلاَّ هِشَامُ وَيَزِيدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ.
Tiada  orang yang  meriwayatkan hadis tsb dari  Abdullah bin Syaqiq  kecuali  Qatadah  dan  kami  tidak tahu orang yang meriwayatkan  dari Qatadah kecuali  Hisyam  dan Yazid bin Ibrahim. [2]
Setahu  saya  perawi bernama  Yazid bin  Ibrahim bila meriwayatkan  dari Qatadah  di nilai lemah  oleh kalangan ulama dan Abdullah bin Syaqiq  adalah perawi terpercaya  yang syi`ah.  Jadi  hadis tsb sekalipun  di riwayatkan oleh Muslim  tapi Imam  Bukhari, Abu dawud, Nasai  tidak meriwayatkannya . Jadi lemah karena  sanadnya  yang masih cacat.  Dan tidak di kenal di kalangan sahabat atau tabiin.

Untuk cahaya  di atas cahaya maka telah  di jelaskan  dalam al quran  sbb:
اللَّهُ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

اَنْتَ شَمْسٌ اَنْتَ بَدْرٌ  *  اَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ.

      "Engkau matahari, engkau bulan purnama * Engkaulah cahaya di atas cahaya".

اَنْتَ الَّذِيْ اَشْرَقْتَ فِىاُفُقِ الْعُلاَ * فَمَحَوْتَ بِاْلاَنْوَارِكُلَّ ضَلاَلِ

         "Engkaulah yang menyinari di ufuk yang tinggi * Engkau hapuskan setiap kegelapan dengan cahaya-cahayamu".

            Ungkapan dalam bait di atas iaitu: "Engkaulah cahaya di atas cahaya" menggambarkan bahwa Nur Muhammad sallallahu 'alaihi wa-sallam setara atau sekufu (sama) dengan Nur Allah.  Sedangkan ia bertentangan dengan firman Allah:

اَللهُ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلاَرْضِ.

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada yang) di langit dan bumi". An-Nur, 24:35.



[1] Al musnadul jami` 135 /16
[2] Musnad al bazzar 5/ 307
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan