SURABAYA | SURYA Online - Memanfaatkan moment peringatan hari AIDS 1 Desember, Arva School of Fashion menggelar pameran dan penjualan sosial di Rotunda, V-Walk lantai III Ciputra World Surabaya (CWS) mulai Selasa (29/11/2011).
Di hari pertama, tiga orang model dewasa dan satu anak-anak tampil di area pameran dengan mengenakan busana model gaun malam berwarna merah menyala. Sementara barang-barang yang dipamerkan, mayoritas juga berwarna merah. Barang-barang itu merupakan sumbangan dari desainer mode Surabaya yang alumnus Arva dan hasil praktek fashion para siswa Arva.Diantaranya boneka teddy bear yang didandani dengan berbagai model pakaian,sepatu, dan tas dengan berbagai desain fashionable, busana, dan pernak-pernik lainnya yang berwarna merah.
Keempat model itu juga tampil mengenakan barang-barang yang dipamerkan dan dijual. Diantaranya, corset dress karya Ivan Julius dan karya Alben Ayub Andal. Busana karya Alben itu telah dibeli seharga Rp 2 juta. “Kalau di luar acara ini, harganya bisa di atas Rp 3 juta. Tapi karena ini adalah kegiatan amal, harganya sudah diurunkan tanpa memberi keuntungan kepada penyelanggara,” jelas Aryani Widagdo, direktur sekaligus founder Arva.
Sedangkan seorang model anak, mengenakan gaun karya Marcellia yang dijual dengan harga Rp 1 juta. Untuk pernak-pernik, seperti sepatu avant garde karya Rhyo Surya, dan aksesoris seperti tas, dan boneka,dijual dengan harga mulai Rp 250.000 hingga Rp 1 juta.
Selain pameran dan penjualan produk untuk amal, dalam acara yang berlangsung hingga Minggu (4/11/2011) itu, juga diisi dengan berbagai lomba dan talk show. Lomba-lomabnya meliputi membuat tas dengan tema “Red, Bag of Hope”, lomba membuat baju boneka beruang dengan tema “Dress Up Your Bear”, dan lomba fashion Photography dengan tema “Shoot The Red”.
Esti Susanti, Direktur dari Yayasan Hotline Surabaya, yang hadir dalam acara itu mengaku berterima kasih atas apa yang digelar Arva. “Kami melihat saat ini penyebaran HIV/AIDS sudah meluas di berbagai usia, terutama yang masih dalam usia produktif,” ujar Esti.
Sumber: http://www.surya.co.id/2011/11/29/peduli-aids-dengan-tampil-merah
Judul asli: Peduli AIDS Dengan Tampil Merah
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pakaian setia pada setan, durhaka kepada Allah malah mahal harganya, sedang pakaian yang setia pada Allah dan durhaka kepada setan malah kurang laku. Sungguh desainer tsb bodoh tentang ajaran Islam, setia kepada setan dan durhaka kepada Allah. Kembalilah kepada pakaian yang di ajarkan oleh Allah sbb:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal orang baik, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.[1] Ibnu Abbas memerintah agar jilbab tersebut juga untuk menutup wajah dan hanya mata satu yang tampak
Artikel Terkait
negara juga sudah harus menyediakan pakaian dinas presiden sebesar Rp.893 juta. Kalau setiap minggu, Presiden bisa membeli pakaian dinas sebesar Rp. 18.615.854 (Rp.18 juta) untuk satu pakaian setiap satu minggu sekali atau setiap harus berangkat ke Luar negeri
BalasHapusBIla benar begitu, maka sungguh israf sekali kepala negara semacam itu. Dia bukan kekasih Allah tapi kekasih Iblis.
BalasHapus