Rabu, November 23, 2011

Tarian Cakalele budaya leluhur yang jelek

Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan salawaku sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Cakelele merupakan tarian tradisional khas Maluku.
Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sementara, penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup

Salawaku-Tameng. Foto: halmaherautara.com

Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. (2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
Judul asli : Tari Cakalele
Komentarku ( Mahrus ali ):
  Tari Cakalele adalah budaya leluhur, bukan kultur era sekarang atau mendatang. Ia budaya leluhur yang  baik menurut kaca mata nasionalis yang kafir  dan jelek menurut pandangan orang yang komit terhadap ajaran Quran.  Ia disenangi oleh setan – setan manusia  dan di benci oleh orang mukmin sejati, bukan munafik yang asli. Lihat saja, lelaki dan perempuan menari dimuka umum yang ditonton kalangan lelaki dan perempuan. Ingatlah ayat Luqman 21 sbb:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?[1]




[1] Luqman 21

Artikel Terkait

4 komentar:

  1. jangan teralu fanatik mbah kyai entar anda bisa kebakaran jenggot deh, bukankah alloh mengajarkan untu saling mencintai.... bukanya saling membenci, lalu dimana letak kemukminan anda selaku kaum muslimin. saya juga orang muslim lho, tapi cara pandang tdk sprti itu.

    BalasHapus
  2. Apakah kamu punya dalil dlm mengkritisi tadi?

    BalasHapus
  3. tekane tekenan sahadat, obore sholawat nabi, agemane agama suci, dununge sabar lan ikhlas, nglakoni ing kodrate. mahon dijelaskan apa maknanya pak kyiai?

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan