Rabu, Oktober 16, 2013

Memotong korban di hari Tasyrik tiada dalilnya tapi ngawur





Jakarta:Perayaan Idul Adha 1430 H yang bertepatan dengan libur akhir pekan membuat beberapa panitia pelaksana kurban memilih melakukan penyembelihan hewan di hari-hari tasyrik. Abdul Mansyur, pengurus Masjid Ak-Makmur, Petogogan, Jakarta Selatan mengatakan, pihaknya memilih melakukan pemotongan kurban sebanyak 3 ekor sapi dan 30 ekor kambing pada esok hari.

"Kami menghindari kerepotan pada saat penyembelihan bila harus terjeda waktu Jumatan," ucapnya kepada Republika, Jumat (27/11). Sementara panitia kurban di Rumah Belajar KITA, Cibubur, Jakarta Timur memilih mengadakan penyembelihan pada Ahad (29/11). Suparlan, salah seorang panitia mengungkapkan, pemilihan Ahad sebagai waktu pelaksanaan kurban di tempatnya karena kebanyakan panitia merangkap bertugas di kepanitiaan kurban wilayah rumah masing-masing saat 10 Dzulhijah. "Selain itu, pertimbangannya juga karena di hari Jumatnya, penduduk sekitar sudah banyak menerima daging dari tempat lain. Jadi kalau di tempat kami waktunya digeser, bisa membuat warga merasakan rezeki selama hari tasyrik juga," katanya.

Walau demikian, beberapa tempat tetap melakukan penyembelihan di hari Idul Adha. Tempat-tempat tersebut di antaranya Kantor Pemkot Jaktim, Masjid At-Taubah Pulogadung. Menurut Rodin Daulat, staf Sudin Komunikasi, Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kominfomas) Pemkot Jaktim, pihaknya membagikan 600 paket daging kurban hasil penyembelihan 13 ekor sapi dan 3 ekor kambing. Paket daging dibagikan kepada masyarakat sekitar, pegawai Pemkot golongan I, staf kebersihan, dan pegawai bantuan lainnya di lingkungan Pemkot Jaktim. c15/irf
Sumber: Rebuplika.
Komentarku ( Mahrus ali )::
Penyembelihan di hari – hari tasyriq, saya masih belum menjumpai hadis sahih yang cukup melegakan  hati.  Orang – orang melakukannya  karena  berpegangan  kepada hadis lemah  sbb:
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ عَرَفَاتٍ مَوْقِفٌ وَارْفَعُوا عَنْ بَطْنِ عُرَنَةَ وَكُلُّ مُزْدَلِفَةَ مَوْقِفٌ وَارْفَعُوا عَنْ مُحَسِّرٍ وَكُلُّ فِجَاجِ مِنًى مَنْحَرٌ وَكُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ
  Jubair bin Muth`im berkata  dari Nabi SAW  bersabda: Setiap tanah Arofah adalah tempat wukuf  dan jangan berwukuf di Bathnu Uronah. Setiap tanah Muzdalifah adalah tempat menginap  dan jangan  bertempat  di Muhassir. Setiap tanah Mina adalah tempat penyembelihan  dan setiap hari Tasyriq adalah  waktu pemotongan. [1] Lemah
 Sanadnya: Abu Mughirah berkata: Bercerita kepada kami  Sa`id bin Abd Aziz, lalu berkata: Bercerita kepada kami: Sulaiman bin Musa dari Jubair bin Muth`im.
Hadis tsb lemah karena ada perawi bernama  Sulaiman bin Musa. Ibnu hajar berkata:
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ: صَدُوْقٌ فَقِيْهٌ فِى حَدِيْثِهِ بَعْضُ لِيْنٍ ، وَ خُوْلِطَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِقَلِيْلٍ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِـي: أَحَدُ اْلأَئِمَّةِ ، قَالَ النَّسَائِى: لَيْسَ بِاْلقَوِىِّ ، وَ قَالَ اْلبُخَارِى: عِنْدَهُ مَنَاكِيْرُ
Martabat Sulaiman bin Musa menurut Ibnu Hajar: Dia perawi yang suka berkata benar, alim, tapi hadisnya  ada kelemahan, lalu hafalannya kabur sebelum kematian dalam waktu yang relatif pendek
Menurut dzahabi: Dia salah satu imam. Imam Nasai berkata: Tidak kuat, Imam Bukhori berkata: Dia punya beberapa hadis yang mungkar. [2]
Saya katakan:    Sulaiman bin Musa tidak mempunyai guru bernama Jubair bin Muth`im, ya`ni tidak berjumpa dengannya, jadi sanadnya terputus.
 Dia juga meriwayatkan  hadis – hadis yang hanya  dia sendiri yang meriwayatkannya, tiada perawi lainnya. Kata  al haitami [3]
قَالَ ابْنُ كَثِيرٍ: هَكَذَا رَوَاهُ أَحْمَدُ ، وَهُوَ مُنْقَطِعٌ ، فَإِنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ مُوسَى اْلأَشْدَقَ لَمْ يُدْرِكْ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ
Ibnu Katsir  berkata:  Hadis tsb ( tentang  penyembelihan kuban di hari – hari Tasyriq ) diriwayatkan oleh Imam Ahmad, tapi terputus karena Sulaiman bin Musa Al asydaq tidak berjumpa dengan Jubair bin Muth`im. [4]
قَالَ الْبَيْهَقِيُّ: وَسُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى لَمْ يُدْرِكْ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ ؛
Imam al baihaqi menyatakan: Sulaiman bin Musa  tidakberjumpa dengan Jubair bin Muth`im
Ibnu Hajar berkata:
وَإِنَّمَا ذَكَرْنَا هَذَا الْحَدِيثَ لِأَنَّا لاَ نَحْفَظُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِي كُلِّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ ، إلَّا فِي هَذَا الْحَدِيثِ ، فَكَذَلِكَ ذَكَرْنَاهُ ، وَبَيَّنَّا الْعِلَّةَ فِيهِ انْتَهَى.

Kami menyebut hadis tsb, karena kami tidak menjumpai hadis sahih:  Di seluruh hari – hari Tasyriq ada penyembelihan kurban “. …………. Kecuali  hadis itu. Dengan demikian, kami menyebutnya dan kami jelaskan pula illatnya [5]  Bahkan dalam riwayat Thobroni yang lain dalam kitab MU`jamnya tidak terdapat kalimat:
Di seluruh hari – hari Tasyriq ada penyembelihan kurban “[6]  Ada juga riwayat Nasai tapi di lemahkan oleh Ibnu hajar karena  ada perawi Muawiyah bin Yahya [7]
وَهَذِهِ الزِّيَادَةُ لَيْسَتْ بِمَحْفُوظَةٍ ، وَالْمَحْفُوظُ: { مِنًى كُلُّهَا مَنْحَرٌ }
Tambahan  ( penyembelihan pada hari – hari tasyriq ) tidak terpelihara. Yang terpelihara adalah seluruh Mina adalah tempat penyembelihan [8] Sanad hadis terputus [9] Hadis itu juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad 16309 Ada juga perawi bernama  Sa`id bin Abd Aziz yang seb elum matinya hafalannya kabur
وَصَّلَهُ الدَّارَقُطْنِى وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ.
Sanad hadis tsb di sambungkan oleh Daroquthni, dan perawi – perawinya terpercaya. Kata Al albani.
Saya katakan: Memang sanadnya bersambung di Sunan Daroquthni, tapi Imam Daroquthni sendiri tidak menyatakan  sahih, dan perawinya hanya di tambah dengan Nafi` bin Jubair setelah Sulaiman bin Musa. Jadi perawinya tetap sama  dan kedudukannya tidak berobah. [10]

زَادَ سُلَيْمَانُ بْنُ مُوْسَى - وَ ذَبْحٍ " يَقُوْلُ: " أَيَّامُ ذَبْحٍ " ،
Sulaiman bin Musa menambah  dalam hadis: ………………. Dan penyembelihan ……….  Dia berkata: ……………  hari – hari penyembelihan kurban.
Saya katakan: Jadi, tambahan kalimat “ hari tasyriq sebagai hari  penyembelihan kurban” adalah tambahan perawi Sulaiman bin Musa yang mungkar hadisnya menurut Imam Bukhori itu.  Tiada perawi lain yang menambahkan  selain beliau. Dan saya ikut aslinya saja dimana hari tasyriq bukan hari pemotongan kurban.
Syekh Muhammad Nashiruddin Al albani berkata:
101 - وَوَقْتُ الذَّبْحِ أَرْبَعَةُ أَيَّامِ اْلعِيْدِ يَوْمَ النَّحْرِ وَهُوَ يَوْمَ الْحَجِّ اْلأَكْبَرِ وَثَلاَثَةِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ
Waktu penyembelihan adalah empat hari -  hari raya – hari penyembelihan yaitu hari raya Idul adha – harihajjul akbar dan tiga hari tasyriq. [11]
Saya katakan:  Syekh  Muhammad Nashiruddin al al bani berkata seperti itu berdasarkan hadis tsb dan beliau berkata:
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَهُوَقَوِيٌّ عِنْدِي بِمَجْمُوْعِ طُرُقِهِ وَلِذَلِكَ خَرَّجْتُهُ فِي ( الصَّحِيْحَةِ ) ( 2476 )
Hadis ( Seluruh hari tasyrik adalah pemotongan kurban ) riwayat Imam Ahmad, di sahihkan oleh Ibnu Hibban. Ia kuat menurutku dilihat dari seluruh jalur – jalur periwayatannya. Karena itu saya cantumkan di kitab Assahihah  2476.
Saya katakan: Syekh Muhammad Nashiruddin Al albani sendiri pernah menyatakan bahwa  pernyataan sahih Ibnu Hibban kepada suatu hadis adalah kurang cermat karena beliau terlalu mudah mengatakan sahih terhadap hadis. Menurut saya, hadis tsb tidak kuat karena seluruh periwayatannya menggunakan jalur – jalur yang lemah dan dari Sulaiman bin Musa, apalagi Amar bin Dinar yang lemah itu. Al albani menyatakan sahih tapi Ibnu Hajar dan lainnya mengatakan lemah.
Di tempat lain, Syekh Muhammad Nashiruddin Al albani berkata: Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ . ( حَسَنٌ )
Setiap hari – hari tasyriq adalah waktu pemotongan kurban, hadis hasan.[12]
Saya katakan:
Di hasankan atau di sahihkan tetap  dari sanad yang sama lemahnya.
Untuk korban sapi menyalahi tungtunan.klik disini : 



Mau nanya hubungi kami:
088803080803.( Smartfren) 081935056529 ( XL )

Dengarkan pengajian - pengajianku

Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.





[1] HR Ahmad 16309 , Raudhotul  Muhadditsin 2025 , Al musnadul jami` 3108 , Attalkhisul habir 5/364. Nasbur royah fii takhriji ahaditsil hidayah  421/11 Majmauz zawaid 25/4
[2] Mausuatu ruwatil ahadis 2616.
[3] Majmauz zawaid  251/3
[4] Tafsir Ibnu Katsir
[5] Nasbur royah fii takhriji ahaditsil hidayah  164/5
[6] Nasbur royah fii takhriji ahaditsil hidayah  421/11
[7] Nasbur royah fii takhriji ahaditsil hidayah  421/11
[8] Raudhotul  muhadditsin  250/5
[9] Fathul bari  20/8
[10] Sunan Daroquthni 57/11
[11] Manasik haji dan umrah 35/1
[12] Assilsilatus sahihah , 356/3
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan