Politik memang identik menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan,
tipu sana sini, sikut kanan kiri, menggunting dalam lipatan,
mengkhianati kawan seperjuangan, memenjarakan besan bahkan mengorbankan
keluarga atau anak sendiri, semua ‘halal’ dalam politik.
Maka tak heran, agama yang seharusnya merupakan hal yang sakral bagi umat manusia juga di jadikan bahan guyonan dan bualan politik, oleh segelintir orang.
Kalau setuju parpol bisa kita bagi 2, yaitu partai sekuler (bukan berbasis agama) dan partai agama. Partai sekuler umumnya menggunakan jargon2 nasionalis, dan sebaliknya partai agama menggunakan jargon dan simbol agama.
Hal yang menarik sejak pemilu 2004, kita makin sulit membedakan mana parpol Agama (Islam) dan mana parpol sekuler. Ini karena parpol sekular telah merubah jargon menjadi partai religius nasionalis NAMUN dengan tetap cita rasa sekuler (aktivisnya suka mabok, selingkuh, narkoba, judi, main perempuan, korupsi, suap menyuap, dll) hingga akhirnya mereka memenangkan pemilu mengalahkan parpol Islam.
Kalau parpol Islam/agama menggunakan jargon dan simbol agama maka itu wajar, BAGAIMANA dengan parpol sekuler?? Bukankah ini namanya pencitraan, penjiplakan, pemalsuan,??
Dalam hal ini saya memberikan beberapa catatan ‘kemunafikan’ partai partai SEKULER yang sudah meniru jejak bunglon, antara lain:
1. Menunggangi AGAMA untuk politik artinya agama cuma tunggangan, simbol agama cuma TOPENG,padahal biasanya anti terhadap nilai agama.
2. Ada partai sekuler yang anti Islam, anti UU zakat, anti UU pornografi, Anti UU Jaminan Produk Halal, kadernya suka jadi BACKING tempat mabok, maksiat dan judi, menjelang pemilu tiba-tiba jadi Islami.
3. Tiba-tiba Cagub partai sekuler PAKE KERUDUNG, pake KOPIAH, anti Jilbab, padahal sebelumnya DEMO ANTI diwajibkannya JILBAB pada daerah tertentu.
4. TIBA-tiba mendadak ISLAMI, pergi HAJI, Umroh, menyumbang masjid padahal biasanya anti masjid, TIBA - tiba pakai simbol Islam untuk membohongi kaum muslimin.
5. Tanpa rasa malu, SUDAH KALAH di pilkada gubernur KERUDUNGNYA dicopot, KOPIAH dibuang, balik lagi anti Islam. Ini namanya politisasi agama, ini namanya menjual agama.
6. ADA capres dari partai sekuler ini tiba-TIBA fasih ceramah dan jadi selingan acara TV mendiskreditkan partai Islam (PKS). Ada juga bacawapres lain yang mendadak berpenampilan Islami sambil mengucapkan selamat Idul Fitri…. Agama jadi bualan.
7. Ada juga CAGUB, ALEG (misalnya: Efendi Simbolon dan Ruhut sitompul) yang pandai ngucapin Assalamu alaikum, Alhamdulillah, masyaAllah, Innalillah, dsb, PADAHAL bukan Islam. Saya kira ini penistaan..?
8. Untuk mendekati umat Islam, PDIP membentuk Baitul Muslimin Indonesia, Demokrat membentuk Majelis Dzikir SBY. GERINDRA membentuk GEMIRA - Gerakan Muslim Indonesia Raya, LAZIRA (Lembaga Amil Zakat Indonesia Raya), MAZIA (Majelis Zikir Indonesia Raya), Golkar juga sejak lama membentuk Majelis Dakwah Islamiah (MDI) & Satkar Ulama.
YANG jadi masalah adalah kenapa Parpol Islam selalu dikatakan MENJUAL agama padahal yang mereka selalu pakai Jilbab, setiap hari sholat, senantiasa TAKBIR, naik haji adalah kewajiban mereka. Yang mereka lakukan hanya Islamisasi politik (meisalnya mengusulkan pembuatan UU zakat, UU pornografi, dan UU Jaminan Produk Halal) dengan merujuk pada ideologi mereka, Islam rahmatan lil alamin.
Kini sudah tahu kan siapa yang menjual agama untuk politik dan siapa menggunakan politik untuk agama??
Kini sudah tahukan siapa ‘penjual’ agama sesungguhnya??
INGATLAH WAHAI UMAT ISLAM dan agama lainnya, agamamu jadi KOMODITAS POLITIK…. oleh para MUNAFIKIN… !
(kanjeng/Kompasiana)
Maka tak heran, agama yang seharusnya merupakan hal yang sakral bagi umat manusia juga di jadikan bahan guyonan dan bualan politik, oleh segelintir orang.
Kalau setuju parpol bisa kita bagi 2, yaitu partai sekuler (bukan berbasis agama) dan partai agama. Partai sekuler umumnya menggunakan jargon2 nasionalis, dan sebaliknya partai agama menggunakan jargon dan simbol agama.
Hal yang menarik sejak pemilu 2004, kita makin sulit membedakan mana parpol Agama (Islam) dan mana parpol sekuler. Ini karena parpol sekular telah merubah jargon menjadi partai religius nasionalis NAMUN dengan tetap cita rasa sekuler (aktivisnya suka mabok, selingkuh, narkoba, judi, main perempuan, korupsi, suap menyuap, dll) hingga akhirnya mereka memenangkan pemilu mengalahkan parpol Islam.
Kalau parpol Islam/agama menggunakan jargon dan simbol agama maka itu wajar, BAGAIMANA dengan parpol sekuler?? Bukankah ini namanya pencitraan, penjiplakan, pemalsuan,??
Dalam hal ini saya memberikan beberapa catatan ‘kemunafikan’ partai partai SEKULER yang sudah meniru jejak bunglon, antara lain:
1. Menunggangi AGAMA untuk politik artinya agama cuma tunggangan, simbol agama cuma TOPENG,padahal biasanya anti terhadap nilai agama.
2. Ada partai sekuler yang anti Islam, anti UU zakat, anti UU pornografi, Anti UU Jaminan Produk Halal, kadernya suka jadi BACKING tempat mabok, maksiat dan judi, menjelang pemilu tiba-tiba jadi Islami.
3. Tiba-tiba Cagub partai sekuler PAKE KERUDUNG, pake KOPIAH, anti Jilbab, padahal sebelumnya DEMO ANTI diwajibkannya JILBAB pada daerah tertentu.
4. TIBA-tiba mendadak ISLAMI, pergi HAJI, Umroh, menyumbang masjid padahal biasanya anti masjid, TIBA - tiba pakai simbol Islam untuk membohongi kaum muslimin.
5. Tanpa rasa malu, SUDAH KALAH di pilkada gubernur KERUDUNGNYA dicopot, KOPIAH dibuang, balik lagi anti Islam. Ini namanya politisasi agama, ini namanya menjual agama.
6. ADA capres dari partai sekuler ini tiba-TIBA fasih ceramah dan jadi selingan acara TV mendiskreditkan partai Islam (PKS). Ada juga bacawapres lain yang mendadak berpenampilan Islami sambil mengucapkan selamat Idul Fitri…. Agama jadi bualan.
7. Ada juga CAGUB, ALEG (misalnya: Efendi Simbolon dan Ruhut sitompul) yang pandai ngucapin Assalamu alaikum, Alhamdulillah, masyaAllah, Innalillah, dsb, PADAHAL bukan Islam. Saya kira ini penistaan..?
8. Untuk mendekati umat Islam, PDIP membentuk Baitul Muslimin Indonesia, Demokrat membentuk Majelis Dzikir SBY. GERINDRA membentuk GEMIRA - Gerakan Muslim Indonesia Raya, LAZIRA (Lembaga Amil Zakat Indonesia Raya), MAZIA (Majelis Zikir Indonesia Raya), Golkar juga sejak lama membentuk Majelis Dakwah Islamiah (MDI) & Satkar Ulama.
YANG jadi masalah adalah kenapa Parpol Islam selalu dikatakan MENJUAL agama padahal yang mereka selalu pakai Jilbab, setiap hari sholat, senantiasa TAKBIR, naik haji adalah kewajiban mereka. Yang mereka lakukan hanya Islamisasi politik (meisalnya mengusulkan pembuatan UU zakat, UU pornografi, dan UU Jaminan Produk Halal) dengan merujuk pada ideologi mereka, Islam rahmatan lil alamin.
Kini sudah tahu kan siapa yang menjual agama untuk politik dan siapa menggunakan politik untuk agama??
Kini sudah tahukan siapa ‘penjual’ agama sesungguhnya??
INGATLAH WAHAI UMAT ISLAM dan agama lainnya, agamamu jadi KOMODITAS POLITIK…. oleh para MUNAFIKIN… !
(kanjeng/Kompasiana)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan