Jumat, Desember 02, 2011

Haul bukan ajaran Islam tapi kufur


TUBAN I SURYA Online - Sekitar 35 ribu orang, memenuhi alun-alun Kota Tuban Jawa Timur, Kamis (1/12/2011) untuk mengikuti pengajian akbar dalam rangka Haul kr 46 Maulana Makdum Ibrahim atau lebih terkenal dengan Sunan Bonang.
Puluhan ribu orang ini, datang dari segala penjuru kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seperti Bojonegoro, Lamongan, Blora, Lasem, Rembang termasuk dari Tuban sendiri. Selain mengendarai sepeda motor, pengunjung juga datang dengan menumpang mobil pribadi, mobil pikap, bis dan truk.
Dalam waktu singkat, alun-alun Tuban berubah menjadi lautan manusia. Ratusan PKL juga berjubel di dalam maun seputaran alun,-alun mengitari lokasi pengajian yang dipusatkan di depan Masjid Agung Tuban di sebelah barat alun-alun.
“Kami dari Blora, Jawa Tengah. Datang ke Tuban memang untuk mengikuti pengajian akbar,” Ujar Gopar yang datang berombongan bersama puluhan tetangganya menggunakan mobil pikap.

Judul asli : Haul Sunan Bonang Dipenuhi 35 Ribu Jamaah

Di situs lain terdapat berita sbb:
TUBAN. kotatuban.com – Sebagai agenda tahunan, haul Sunan Bonang selalu memikat perhatian sebagian besar warga Kabupaten Tuban dan sejumlah warga dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Kamis (16/12/2010) puluhan ribu warga telah memadati kawasan makam Syeikh Maulana Makdum Ibrahim (nama asli Sunan Bonang-Red) untuk mengikuti pengajian akbar yang dipusatkan di Masjid Agung Tuban.
Sejak pagi, warga mulai berbondong-bondong datang ke Kota Tuban untuk mengikuti pengajian ini. Sebelum pengajian, sebagian dari mereka memilih berziarah terlebih dulu di makam sang Sunan.
Tak ayal, ribuan orang terlihat berjubel di kompleks makam yang berada di Keluargan Kebonsari, Kecamatan Kota tersbeut sejak Kamis siang. Bahkan, sejumlah jalan juga terlihat padat dengan parkiran mobil-mobil pengangkut para peziarah. Mulai dari Bus, mobil pribadi hingga mobil pickup dan truk.
Menjelang malam, suasan sekitar alun-alun juga mulai padat. Para peziarah terlihat mulai bercampur baur dengan pedagang kaki lima dan asongan yang telah datang ke Bumi Ronggolawe, sejak tiga hari lalu.
Sejumlah peziarah menyatakan bahwa mereka mengikuti acara haul Sunan Bonang untuk mencari berkah dari sang wali. Selain itu beragam pengalaman setelah ziarah di makam salah satu Wali Songo di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota, Tuban ini, cita-citanya terkabul.
“Setiap tahun kami sekeluarga selalu datang saat acara haul Sunan Bonang. Bahkan, biasanya kami datang rombongan dengan puluhan tetangga,” ujar Jarwo, peziarah asal Pati, Jawa Tengah.
Selain berzaiarah, sebagian warga juga mengaku datang ke acara haul ini untuk sekedar jalan-jalan. Maklum, agenda tahunan ini selalu dipadati ribuan pengunjung dan banyak sekali PKL menjajakan barang daganganya di seputaran alun-alun.
“Pengajianya kan malam hari. Tapi, kita sengaja datang awal supaya bisa jalan-jalan. Soalnya, setiap haul Sunan Bonang selalu banyak pengunjungnya,” ujar Sari, warga Kecamatan Semanding.
Sementara itu, padatnya peziarah di seputar kompleks makam Sunan Bonang di seputar alun-alun kota Tuban mengakbakan arus kendaraan dari Semarang menuju Surabaya macet.
Satuan Lalu Lintas dari Polres Tuban terlihat mengamankan jalan sejak pagi hingga malam. Bahkan kapolres Tuban AKBP Nyoman Lastika turun langsung memimpin pengamanan haul Sunan Bonang kali ini. (ik)

TUBAN. kotatuban.com-Membludaknya pengunjung haul Abdul Jabbar di bukit Nglirip, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan juga diringi membanjirnya para peminta. Bahkan, peminta spesialis haul ini merupakan lengseran dari haul Sunan Bonang Tuban beberapa waktu lalu.
“Kami sudah tiga hari ini di makam Mbah Jabar setelah dari Sunan Bonang,” terang Mardiyah pengemis wanita yang mengaku asal Jawa Tengah di lokasi haul Mbah Jabbar, Kamis (23/12).
Selain wanita dan laki-laki paro baya diantara kalangan pengemis itu juga terdapat anak-anak. Mereka ini merupakan rombongan yang meminta sedekah pengunjung saat ada peringatan haul waliyullah, seperti di haul Sunan Bonang maupun haul Mbah Jabbar.
Menurut Mardiyah, hampir tiap tahun dia dan sejumlah peminta lainnya melakukan operasi saat haul Mbah Jabbar dan haul wali lainnya. “Kalau kerja saat haul hasilnya lumayan mas, haul ini lebaran bagi kami,” terang Mardiyah sambil menerima uang Rp 500 dari salah satu pengunjung di Mbah Jabbar.
“Pak, mas, Bu, sedekahnya, sedekah itu kata Pak Kiai dapat menjauhkan bilahi” kalimat bernada merayu itu selalu dikumandangkan para peminta yang memadati jalan tangga utama menuju komplek makam Mbah Jabbar. Tak ayal sejumlah pengunjung yang melintas jalan utama itu merogoh koceknya dan memberikan sedekah kepada para peminta yang bertampang melas itu.
Menurut M. Yahya salah satu panitia haul, sebetulnya pihaknya sudah melarang agar peminta itu tidak beroperasi di jalan utama menuju makam. Namun, karena kondisi dan pertimbangan kemanusiaan akhirnya panitia membiarkan peminta itu melakukan operasi di jalan utama tersebut. “Yang penting jangan sampai mengganggu pengunjung yang akan lewat saja,” ungkap Yahya.
Mereka (peminta-Red) sudah berada di sekitar makam Mbah Jabbar sejak tiga hari lalu. Karena memang tiga hari lalu sudah banyak pengunjung yang berdatangan di makam untuk berziarah. Bahkan, para pedagang kaki lima yang ada di pinggir jalan juga sudah mulai datang tiga hari lalu.
Mereka ini semula berdagang saat haul Sunan Bonang, Jumat (17/12) lalu. “Mungkin dari pada pulang lebih baik langsung ke sini mas,” tandas Yahya sambil ditambahkan pedagang kaki laima itu rata-rata datang dari luar Kabupaten Tuban.
Akibat banyaknya pengunjung dan pedagang kaki lima yang ada di pinggir jalan membuat arus lalulintas di sekitar lokasi macet. Kemacetan ini hampir terjadi terus menerus saat acara haul digelar, karena memang lokasi makam berada di pinggir jalan raya Tuban-Singgahan. “Soal macet memang tiap tahun terjadi mas, karena memang kondisinya, kan tidak ada alternatif lain, ya sabar saja,” tutur Yahya. (ros)
Komentarku ( mahrus ali ) :
  Haul atau hari ulang tahun bukan ajaran Islam, tapi mengadopsi dari ajaran kufur yaitu barat dan ajaran Kristen ketika merayakan milad Isa dan Hindu Budha ketika merayakan hari wafat tokoh – tokohnya. Ini termasuk kesesatan dengan landasan hadis:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ *
Barang siapa yang menjalankan sesuatu yang tidak cocok dengan urusan kami maka tertolak .  

Ia bertentangan dengan ayat :

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.[1]
Jadi sariat selain sariat Nabi   adalah hawa nafsu . Dan ajaran Islam ini telah sempurna  sebagaimana ayat :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا

“Hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian dan telah Aku sempurnakan kepada kalian nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian.” (Al-Ma`idah: 3)
Haul yang begitu ramai akan menimbulkan banyak kemungkaran terutama campur baur lelaki dan perempuan. Dan kesyirikan para pencari berkah sebagaimana di katakana:
Sejumlah peziarah menyatakan bahwa mereka mengikuti acara haul Sunan Bonang untuk mencari berkah dari sang wali. Selain itu beragam pengalaman setelah ziarah di makam salah satu Wali Songo di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota, Tuban ini, cita-citanya terkabul
Sang wali sudah meninggal dan tidak bisa berdoa atau berbuat sesuatu, Allah telah menyatakan:
إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui 

  Sunan Bonang tidak bisa memberi bahaya atau manfaat kepada dirinya ketika sudah berada di bawah pusara apalagi kepada ribuan orang  mulai dulu hingga kini. Ingatlah firmanNya:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [2]


[1] Al Jatsiyah 18
[2] Yunus 107
Artikel Terkait

5 komentar:

  1. sebuah potret kerusakan aqidah umat yang merata dan dilegalisasi oleh pihak penguasa. kebodohan memang telah merata pada mayoritas umat islam dan ini diakibatkan karena pemimpin yang jahil tanpa ilmu agama yang haq menjadi panutan maka sesatlah ia dan menyesatkan yang lain. naudzubillah min dzalik.

    BalasHapus
  2. Kemudian bagaimanakah nasib umat Islam yang sudah telanjur disesatkan itu, Pak?

    BalasHapus
  3. Tinggalkan kebid`ahan, kesyirikan dan pelajarilah al quran dengan sungguh, buang segala pendapat yang bertentangan dengannya.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan