Selasa, Desember 13, 2011

Bupati Lamongan hidupkan budaya kufur

LAMONGAN | SURYA Online - Kegiatan tradisional Petik Laut yang digelar masyarakat Pantura di Kabupaten Lamongan Jawa Timur, memang tidak ada larung sesaji. Sudah sejak lama acara petik laut yang sangat kental dengan budaya Islami, dikemas dengan tasyakuran yang diisi kegiatan sosial dan hiburan tradisional.
Seperti petik laut yang diselenggarakan Rukun Nelayan Desa Kranji/Paciran yang diramaikan dengan kesenian campur sari. Acara petik laut itu dibuka Bupati Lamongan Fadeli di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Kranji, dihadiri Plt Sekkab Yuhronur Efendi dan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Aris Setiadi, serta perwakilan perusahaan migas yang saat itu menyerahkan bantuan seragam dan tas sekolah kepada 150 anak yatim nelayan serta bantuan infratsruktur untuk 15 desa nelayan senilai Rp 50 juta.
Bupati Fadeli menyampaikan pemerintah daerah akan tetap meneruskan program untuk nelayan, yang terbukti membawa manfaat. Seperti bantuan rumpon dasar yang terbukti efektif memberi kepastian nelayan untuk mencari ikan. Karena rumpon ini bisa menjadi rumah bagi berbagi jenis ikan.
Tahun lalu, total produksi ikan Lamongan, baik dari perikanan tangkap maupun budidaya mencapai 99.543,95 ton. Sedangkan dari sektor perikanan tangkap laut saja menyumbang produksi hingga 61.431,53 ton.

Judul asli: Petik Laut tanpa Larung Sesaji

Tradisi Petik Laut Lamongan Tanpa Larung Sesaji

17 Peb 2011 19:17:54| Budaya & Pariwisata | Dibaca 380 kali | Penulis : Didik Kusbiantoro
Tradisi Petik Laut Lamongan Tanpa Larung Sesaji
Lamongan - Tradisi petik laut yang dilakukan nelayan di wilayah pantai utara Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, tahun ini berbeda dibanding sebelumnya karena tanpa prosesi larung sesaji ke tengah laut.

Kegiatan petik laut yang dibuka Bupati Lamongan Fadeli, Kamis, juga tidak lagi digelar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kecamatan Brondong, tetapi di kampung nelayan Desa Warulor, Kecamatan Paciran.

Acara yang digelar juga lebih bernuansa Islami dengan tumpengan dan doa bersama serta dilanjutkan menggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

Selain itu, petik laut itu juga dimeriahkan arak-arakan puluhan perahu nelayan ke laut, namun tanpa melarung sesaji.

"Tidak ada lagi larung sesaji yang dekat dengan kesyirikan. Kegiatan hanya diisi tumpengan dan hiburan kepada masyarakat sebagai tanda syukur atas limpahan rejeki selama ini," kata Ketua Rukun Nelayan Desa Warulor, Kecamatan Paciran, Abdul Hakim.

Bupati Lamongan Fadeli mengemukakan serangkaian kegiatan petik laut untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

"Kekayaan dan sumber daya alam di Lamongan begitu melimpah, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan kerja keras dan bijak," katanya.

Ia menjelaskan produksi ikan tangkap nelayan Lamongan relatif tinggi dengan rata-rata mencapai 65 ribu ton per tahun. Produksi itu merupakan yang tertinggi di Jatim.

"Saya berharap kuantitas dan kualitas produksi ikan tangkap itu bisa lebih ditingkatkan, termasuk prosedur pengawetan. Kalau kualitas ikan bagus, sudah pasti kesejahteraan nelayan ikut terangkat," ujarnya.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Petik laut bukan budaya Islam tapi budaya kafir, tidak perlu di adakan, bukan di lestarikan untuk menjadi tradisi berkelanjutan turun temurun, namun harus di hentikan total, jangan di hentikan setengah – setengah. Kemungkaran harus di hentikan total bukan di lestarikan atau di hentikan sebagian dan di lanjutkan bagian lainnya. Kembalilah kepada ayat:
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.[1]


[1] Al haj  40 –41
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Jazakallah khair utk infonya, btw memang susah utk menghancurkan kebid'ahan krn sudah tertera di QS Al Jasiyah juz 25 Ayat 33 yg telah dijabarkan bahwa Allah tlh mengunci pendengaran dan hati kaum sesat (bid'ah).

    BalasHapus
  2. Posisi saya hanya menyampaikan apa yang saya ketahui

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan