Kamis, Agustus 11, 2011

Malam 17 Ramadhan bukan malan turunnya al quran



NU Makassar Peringati Nuzulul Qur'an  



Makassar, NU Online
Warga Nahdliyin Makassar memadati acara Istimaul Qur’an yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Makassar bertempat di Mesjid Al-Adewiyah Makassar mulai pukul 23:00 hingga menjelang sahur Sabtu (29/9) malam.
Acara yang dilaksanakan dalam rangka menyongsong peringatan akbar Nuzulul Qur’an ini juga dihadiri oleh para pengurus 14 MWC dalam lingkup NU Kota Makassar.
Abdul Kadir Ahmad, Ketua Tanfidziyah NU Makassar kepada NU Online mengatakan, acara ini bertujuan untuk memberikan semangat keruhanian dalam tubuh Nahdliyyin yang sangat haus akan nilai-nilai spiritual serta lantunan merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh para dai muda NU Makassar yang tahfidz Qur’an .
Sekretaris Tanfidziyah NU Kota Makassar Ustad Misbahuddin menambahkan, bahwa kegiatan Istimaul Qur’an merupakan program kerja yang telah disiapkan oleh PCNU selama bulan Ramadhan, dimana ini merupakan kali ketiga dilaksanakan.
"Alhamdulillah antusiasme dari warga nahdliyin Kota Makassar cukup besar, hal ini ditandai dengan kehadiran jamaah dari berbagai MWC dan Ranting-ranting NU Makassar," ujarnya.
Menurut Misbahuddin yang juga adalah Kepala Sekolah MAN 2 Makassar, rencananya pada 5 Oktober 2007 akan diselenggarakan Pentas Seni Akbar Ramadhan 2007 yang dilaksanakan oleh PCNU Makassar bertempat di Anjungan Pantai Losari Makassar.(saz)[1]



Komentarku ( Mahrus ali ) :
………
Bila  al Quran itu di turunkan di malam lailatul qadr , sudah tentu  tidak malam tujuh belas , lalu siapakah yang menyatakan  malam  17 Ramadhan sebagai malam lailatul qadr Allah berfirman :
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr 97: 1-5)
Ada surat dari Muhammad bin Ibrahim  kepada pimpinan departemen luar negri Saudi arabia yang mulia .
Assalamu alaikum wr wb .
Fatwa Syaikh Muhammad bin Ibrahim  Alus syaikh 79/1
Untuk menjawab suratmu  nomer 34-1-41143 -3 t
Tgl 3/4/1396 disertai dengan foto kopi surat kedutaan Pakistan  di Jeddah  - nomer –H-66-S .  Tgl  14 Juli 1966 yang memuat bahwa pemerintah Pakistan ingin mengadakan peringatan  Nuzulul quran  tahun  1400 H
Seluruh ormas di Pakistan berselisih pendapat  untuk menentukan tanggal turunnya al quran . Pemerintah Pakistan memerintah kepada kedutaan Pakistan di Saudi arabia  untuk berhubungan dengan pemerintah Saudi arabia  untuk mendapatkan  jawaban yang pas tentang tanggal al quran di turunkan .
Dalam surat itu terdapat dua masalah :
1.                    Waktu al quran di turunkan .
2.                    Apakah boleh mengadakan peringatan seperti ini .

 Untuk  turunnya  al quran sudah populer sekali bagi para ulama   di kitab – kitab tafsir , hadis  dan sejarah . Bahkan Allah menyebutkan dalam kitab suciNya  :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ  وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.[2]
  Tidak di ragukan lagi bahwa Nabi kita Muhammad SAW  di utus  dan al quran di turunkan kepadanya  merupakan nikmat teragung bagi umat ini . Bahkan  paling hebat dan paling besar nya nikmat secara mutlak . Karena  itu , kita wajib bersukur sebagai imbalannya . Syukur di  sini  dengan mengikuti sariatnya , perilakunya   dan  para  khulafa ur rasyidin  ……… ra .

Pembahasan yang kedua , apakah di perkenankan memperingati nuzulul quran ?
Ia di peringati tiap tahun . Hal ini sekalipun ada  niat baik , namun tidak ada sariatnya . Nabi   , khulafa ur rasyidin , seluruh sahabat tabu`in , imam Madzhab empat  seperti Imam Malik , Abu Hanifah , Imam Ahmad bin Hanbal  dan Imam Syafi`I   atau lainnya dari kalangan para ulama yang bisa di teladani baik yang terdahulu atau kemudian, tetap tidak memperkenankan peringatan seperti itu , karena  tiada landasannya menurut agama   dan tidak termasuk amaliyah kaum muslimin .
Kami telah menyatakan bahwa  pemerintah Pakistan semoga Allah memberikan  petolongan dan di muliakan dengan syariatnya , lalu di beri kemampuan untuk memeraktekkan  sunah Rasulullah   selalu  berkeinginan untuk kebaikan . Kita  juga  telah menyakinkan  bila hal itu telah di larang , maka pemerintah pakistan akan  mencari  jalan lain yang di sariatkan . Dan Allahlah yang akan memberikan taufik
Wassalam

Mufti Saudia . [3]


Tidak layak bagi LDII Provensi Banten , Habib Munzir Al Musawwa , KOARMABAR memperingati Nuzulul Qur’an 1429 H , karena jelas tiada  dalilnya  dan termasuk menyebarkan bukan mengubur kebid`ahan yang di senangi kaum munafik dan tidak menyebarkan sunah Rasul yang di benci kaum munafikin .Pada hal mereka adalah tokoh panutan umat bukan tokoh keburukan  . Mereka akan mendapat dosa bukan pahala  bila kebid`ahan tersebut bukan sunah Rasul bertambah berkembang tanpa henti tapi terus mengalir  di kalangan masarakat maupun seluruh negri  . Apalagi masarakat itu tambah berani bahkan  yang asalnya ragu merasa benar karena  para  tokoh panutannya bukan anggota biasa sudah menjalankan  atau menganjurkan dan tidak melarang . Ber arti mereka adalah pemimpin yang mengajak kepada kesesatan , saya hawatir mereka termasuk ayat  .
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke Neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.Dan Kami beri la`nat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah
Dalam suatu  hadis di jelaskan :
         مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Barang siapa melakukan suatu perbuatan baik  dalam  Islam akan mendapat pahalanya dan pahala  orang yang menjalankannya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka . Barang siapa yang melakukan  perbuatan jelek  akan mendapat dosanya dan  dosa orang yang melakukannya  tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun . [4]
Orang – orang awam  ikut kebid`ahan itu bahkan benci kepada sunah rasulnya  dan mereka menjalankan kebid`ahan  secara  tidak mengerti manakah yang benar dan yang salah  di antara pihak yang mengadakan perayaan seperti itu dengan pihak yang  anti kepadanya . Mereka  akan di salahkan dan tidak akan di benarkan mengapa  mereka berkumpul dengan ahli bid`ah bukan anti kepada  ahli bid`ah, malah cocok dengan mereka  dan anti kepada  orang – orang yang  suka ittiba`
Tanggal al quran , Injil , taurat di turunkan  tiada  orang awam, ulama , proffesor , sarjana atau santri yang mampu menunjukkannya dengan dalil , ada tapi dengan ngawur atau mengarang. Kita hanya mengetahui bahwa al Quran bukan Injil  di turunkan pada bulan Ramadhan sebagaimana ayat :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Al quran menurut ayat al quran bukan menurut pendapat ulama, profesor , sarjana atau anggota BIN di turunkan pada malam lailatul qadr , sudah tentu tidak akan terjadi pada  malam tujuh belas  Ramadhan .  Bila  ada  orang mengatakan bahwa  al quran di turunkan  pada tgl tujuh belas , maka jelas bertentangan dengan ayat al quran sekalipun  cocok dengan kehendak mayoritas orang – orang yang sama tidak berpegangan kepada dalil  tapi kepada UU Thaghut dan pendapat ulama yang keliru bukan pendapat ulama yang benar . Dan dia termasuk berbuat kedustaan yang menyesatkan bukan kebenaran yang meluruskan  pada diri sendiri dan umat , lalu umat di suruh mengidolakan dan tidak memberi peringatan keras kepada si pendusta  itu . Dia malah bangga bukan merasa terhina dengannya . Ini sama  dengan orang yang tidak waras  atau tidak berpikir sehat sekalipun bertubuh kekar, bersetates sosial tinggi.
Allah berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.[5]
Di ayat lain , Allah memerintahkan  sbb :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ(3)فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ(4)أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ(5)رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,[6]
Ayat – ayat  dalam ad dukhan ini juga menerangkan kondisi dan apa yang terjadi dalam malam lailatul qadr . Dan  manusia  jelas hanya menerima berita  apa yang  terjadi di dalamnya dari al quran yang mesti benarnya , bukan dari UU Jahiliyah , pendapat sarjana, ulama  dan proffesor yang mungkin menyesatkan , juga mungkin meluruskan .Manusia tidak mengerti dan tidak melihat berita  qurani tadi bukan warta korani seperti koran – koran yang di jadikan bacaan harian meninggalkan baca quran   . Karena itu , manusia ada yang menolak pernyataan Allah ini dan ada  kalangan mereka yang menerimanya .Layak sekali  bukan buruk sekali   , Allah menyiksa kepada  orang yang mendustakan kepadaNya  sebagaimana  seorang presiden yang di anggap berdusta , pada hal dia  tidak pernah berdusta dan perbuatannya  selalu  bijak .
Tidak tepat bila  lailatul qadr  terjadi pada  tanggal tujuh belas ramadhan . Itu sekedar pendapat manusia dan tiada  tuntunannya . Dalam  suatu hadis di katakan :
عَنْ ‏ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  ، أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ، فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ

Dari Ibnu Umar ra menuturkan: “Ada sejumlah orang dari sahabat Nabi saw yang diperlihatkan malam Qadar di dalam mimpi mereka, yaitu pada malam ke tujuh di akhir bulan Ramadhan. Sabda beliau saw: “Aku melihat mimpi kalian bertepatan pada malam ke tujuh di akhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin mendapatkan malam Qadar, maka carilah pada malam ke tujuh terakhir di bulan Ramadhan.” (Bukhari, 32, Kitab Fadlu Lailatul Qadr, 2, bab mencari malam Qadar pada malam tujuh terakhir di bulan Ramadhan).
Allu`lu` wal marjan 343/1  Al albani berkata : Muttafaq alaih
Lihat di kitab karyanya : Misyaktul  mashobih  2084

عَنْ ‏أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   الْعَشْرَ الأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرَينَ، فَخَطَبَا، وَقَالَ: إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا أَوْ نُسِّيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي الْوِتْرِ، وَإِنِّي رَأَيْتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ، فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  ، فَلْيَرْجِعْ فَرَجَعْنَا وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءٍ قَزَعَةَ؛ فَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ، وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ، وَأَقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ، حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ


Dari Abu Said menuturkan: “Kami pernah beri’tikaf pada sepuluh hari  pertengahan di bulan Ramadhan. Pada pagi hari kedua puluh, beliau saw berpidato kepada kami: “Aku diperlihatkan bahwa malam Qadar terjadi, tetapi aku lupa atau aku dilupakan . Karena itu, carilah pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dan aku melihat seolah-olah aku bersujud di atas air dan tanah. Barangsiapa yang beri’tikaf bersama Rasulullah saw, maka kembalilah.”
Kami kembali bei’tikaf dan tidak melihat sepotong awanpun di langit. Tiba-tiba datanglah awan dan turunlah hujan sampai air menetes dari atap masjid yang terbuat dari pelepah pohon kurma. Ketika shalat diiqamatkan, maka aku lihat Rasulullah saw bersujud di atas air dan tanah sampai aku lihat di dahi beliau saw terdapat bekas tanah.” (Bukhari, 32, Kitab Fadlu Lailatul Qadr, 2, bab mencari Lailatul Qadar pada malam tujuh terakhir di bulan Ramadhan).

Allu`lu` wal marjan 343/1  al albani berkata :  Sahih
Lihat di kitab karyanya : Sahih wa dho`if  sunan Abu Dawud 382/3

 Jadi malam  lailatul qadr yang di katakan turunnya  al Quran adalah sepuluh atau  tujuh hari terahir  dari bulan Ramadhan  , dan  pilihlah di malam yang ganjil .


[1] NU Makassar Peringati
[2] Al baqarah 185
[3] Fatawa  wa rosail syaik Muhammad bin Ibrahim Alus syaikh.  80/1
[4] Muslim 1017
[5] Surat al qadr .
[6] Dukhan 3-6
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Assalamu alaikum war., wab.

    Ma'af saya memberanikan diri untuk sekedar koreksi akan terjemahan dari kalimat... "Faman syahida minkummusy syahra falyasumhu'.........
    ............................... QS.2/185
    Tertulis ; ...... "barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,".........................................
    Dalam hal ini "syahida" diterjemahkan dengan "hadir". Padahal istilah "syahida" juga terdapat pada QS.3/18, QS.3/86, QS.4/15, QS.6/19, QS6/130, QS.6/150, QS.7/37, QS.12/26, QS.12/81, QS.21/61, QS.24/2, QS.24/8, QS.24/24, QS.27/32, QS.41/20, QS.43/19, QS.43/86, QS.46/10, QS.59/11, dan QS.2. Semuanya berarti 'membuktikan' tidak ada satupun yang diartikan 'hadir'. Bagaimana pula cara menerjemahkan syahadat bila syahida diartikan hadir, hingga akan berupa "Aku hadir bahwa tiada Tuhan selain ALLAH dan Aku hadir bahwa Muhammad Rasul ALLAH". Tentunya menjadi aneh. Jadi syahida hendaknya diartikan dengan "MEMBUKTIKAN", yaitu pengakuan ilmiah bahwa Tuhan hanya ALLAH dan Muhammad Rosul-NYA, sekalipun tidak pernah melihatnya.
    Sehingga terjemahan di atas menjadi ; .........
    ..... Barang siapa diantara kamu membuktikan (dengan ilmunya) bulan (ramadhan) itu, hendaknya mempuasakannya. .....................

    Nashru minallahu wafathun qoriib
    Wassalamu alaikum war., wab.

    BalasHapus
  2. Arti yang anda gunakan itu punya kelemahan . Bila kamu menyaksikan bulan Ramadhan waktu berpergian , maka anda harus berpuasa . Pada hal di ayat lain di jelaskan waktu berpergian di perbolehkan untuk berbuka. terus mana dalil bagi orang yang mukim di dirumah atau desanya harus berpuasa.UNtuk lebih jelasnya nanti saya tayangkan di blog . Tunggulah

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan