JAKARTA (voa-islam.com) - Debat capres dan cawapres malam ini
berlangsung sangat arogan, mengusung tema pangan, energi dan lingkungan. Hingga
sesi ke 5 terasa sekali hawa menyudutkan antar kedua pasangan,dan yang paling
arogan malam ini adalah Jokowi-JK.
Acara ini tak lagi seperti debat, tapi lebih tepat disebut ajang
menyudutkan lawan. Hatta Rajasa sedikit lebih baik dibandingkan Jokowi-JK yang
terlihat sangat berapi-api terutama sekali JK. Keduanya juga melontarkan
berbagai pertanyaan maupun pernyataan yang bertendensi menyudutkan
Prabowo-Hatta.
Khusus debat pamungkas malam ini menyoroti sikap JK yang sepertinya
dari setiap debat lebih suka mencari-cari kelemahan lawan, sehingga nilai debat
itu sendiri menjadi tercoreng. JK telah kehilangan sikap kenegarawanannya.
Nampak sangat diliputi nafsu, dendam dan benci, bahkan cenderung sok suci.
Mulai menyindir masalah mafia yang ditimpakan kepada kubu
Prabowo-Hatta, dengan lantang dan secara halus menyindir kubu Prabowo-Hatta
diisi oleh para mafia dan koruptor.
Tapi sepertinya JK lupa diri dan tak berkaca pada kubunya sendiri juga
banyak koruptor, mungkin JK juga lupa darimana dia berasal, bahwa dirinya
berasal dari Golkar yang menjadi gudang koruptor. Dia menyinggung korupsi
al-Qur'an, tapi lupa yang melakukan korupsi orang Golkar.
Maka, layak JK bercermin biar bisa berkaca sekaligus melihat kejelekan
dari kubunya sendiri dulu baru kemudian melihat ke kubu orang lain. JK lupa,
bagimana ketika Mega berkuasa, berapa banyak orang PDIP yang menjadi koruptor.
Bahkan, Mega menjual asset negara, termasuk menjual gas tangguh kepada Cina
yang merugikan negara ratusan triliun rupiah.
Memang, debat akhir malam ini melihat bahwa JK sangat emosional. Apa
yang dapat dirasakan dengan pemandangan debat malam ini adalah ada rasa kurang
pantas dengan apa yang ditampilkan JK. Nadanya bergetar dan kesan
menyerang yang sangat kentara dan terlihat penuh nafsu ini memberikan kesan
bahwa JK bukan negarawan yang tenang dan simpatik.
Justru apa yang dilakukan JK membuat JK terkesan sebagai pihak
yang kurang pantas menjadi pemimpin Indonesia di masa yang akan datang.
Dan menimbulkan kesan antipasti pada pemilih. Ambisinya yang begitu penuh
dengan nafsu, menghilangkan kesantunan dan kenegarawanannya.
Debat malam ini, di tutup dengan pernyataan sikap kenegarawanan dari
Prabowo, yang mengatakan dengan tegas, betapapun akan menghormati pilihan
rakyat, apapun keputusan rakyat.
Prabowo menyatakan, bila diberi kepercayaan rakyat akan bekerja keras
memakmurkan dan mensejahterakan rakyat, serta menjadi negara yang berdaulat
secara ekonomi dan politik. (jj/dbs/voa-islam.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan