INILAHCOM, Jakarta - Mayoritas lembaga survei menyebut
elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta unggul di atas pasangan Jokowi-JK.
Tercatat, lebih dari sepuluh lembaga survei mengungkap tren kenaikan
elektabilitas Prabowo-Hatta jelang pelaksanaan Pilpres.
Rilis survei terbaru dikeluarkan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Minggu 6 Juli 2014. Hasilnya, pasangan Prabowo-Hatta mendapat respon publik sebesar 47,93 persen dan Jokowi-JK 43,05 persen.
Sebelumnya, pada 1 Juli Institut Survei Indonesia (ISI) juga menggelar survei. Hasilnya, elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta mencapai 52,55% dan Jokowi-JK 47,45%. Hasil ini diperkuat oleh survei Pusat Data Bersatu (PDB) di mana elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 40,6%, dan Jokowi-JK 32,2%
Kemudian, pada 2 Juli 2014, Indonesia Network Elections Survey (INES) melakukan survey yang sama di mana Prabowo-Hatta mendapat 54,3%, sedang Jokowi-JK 37,6%.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila Yudha Firmansyah mengatakan, pasangan Prabowo-Hatta kemungkinan besar akan memenangkan Pilpres. Sebab menurutnya, semua lembaga survei itu hampir mustahil berbohong.
“Saya kira bakal menang. Masa’ iya semuanya bohong. Lebih dari sepuluh lembaga survei lho. Kalau bohong di mana letak kebohongannya, jangan apriori,” katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Namun begitu, ia mengaku heran kenapa lembaga survei yang selama ini sering tampil di momen pemilu atau pilkada tidak merilis hasil survei. Padahal, ujarnya, ketika Jokowi baru diumumkan sebagai calon presiden oleh PDIP, lembaga itu sering tampil.
“Apa karena faktor kenaikan Prabowo-Hatta? Apa karena Jokowi-JK sudah disalip? Dulu getol banget tuh rilis survei, saat elektabilitas Jokowi 30-40 persen dan Prabowo masih 15-19 persen,” terangnya.
Ia menyatakan, sejatinya yang perlu dicurigai adalah lembaga survei yang tidak merilis hasil surveinya. Sebab, kata Yudha, ada kemungkinan lembaga itu menyimpan informasi yang benar untuk diketahui publik.
“Kalau menang ya katakan menang, meningkat atau menurun. Kalau yang merilis survei kan bisa dikejar tuh, dibongkar metodologinya, dikritik. Nah yang diam ini yang bahaya,” pungkasnya. [mdr]
Rilis survei terbaru dikeluarkan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Minggu 6 Juli 2014. Hasilnya, pasangan Prabowo-Hatta mendapat respon publik sebesar 47,93 persen dan Jokowi-JK 43,05 persen.
Sebelumnya, pada 1 Juli Institut Survei Indonesia (ISI) juga menggelar survei. Hasilnya, elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta mencapai 52,55% dan Jokowi-JK 47,45%. Hasil ini diperkuat oleh survei Pusat Data Bersatu (PDB) di mana elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 40,6%, dan Jokowi-JK 32,2%
Kemudian, pada 2 Juli 2014, Indonesia Network Elections Survey (INES) melakukan survey yang sama di mana Prabowo-Hatta mendapat 54,3%, sedang Jokowi-JK 37,6%.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila Yudha Firmansyah mengatakan, pasangan Prabowo-Hatta kemungkinan besar akan memenangkan Pilpres. Sebab menurutnya, semua lembaga survei itu hampir mustahil berbohong.
“Saya kira bakal menang. Masa’ iya semuanya bohong. Lebih dari sepuluh lembaga survei lho. Kalau bohong di mana letak kebohongannya, jangan apriori,” katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Namun begitu, ia mengaku heran kenapa lembaga survei yang selama ini sering tampil di momen pemilu atau pilkada tidak merilis hasil survei. Padahal, ujarnya, ketika Jokowi baru diumumkan sebagai calon presiden oleh PDIP, lembaga itu sering tampil.
“Apa karena faktor kenaikan Prabowo-Hatta? Apa karena Jokowi-JK sudah disalip? Dulu getol banget tuh rilis survei, saat elektabilitas Jokowi 30-40 persen dan Prabowo masih 15-19 persen,” terangnya.
Ia menyatakan, sejatinya yang perlu dicurigai adalah lembaga survei yang tidak merilis hasil surveinya. Sebab, kata Yudha, ada kemungkinan lembaga itu menyimpan informasi yang benar untuk diketahui publik.
“Kalau menang ya katakan menang, meningkat atau menurun. Kalau yang merilis survei kan bisa dikejar tuh, dibongkar metodologinya, dikritik. Nah yang diam ini yang bahaya,” pungkasnya. [mdr]
Artikel Terkait
Prabowo
- BLACKLIST Singapura Pada Jend. Suryo Prabowo Atas "Pesanan" Indonesia?
- Keputusan MK kebiasaan buruk praktik hukum negri ini.
- Sri Bintang Pamungkas : Prabowo Boleh Kalah, Tapi Jokowi Tidak Boleh Menang
- Prabowo-Hatta Akan Terus Memperjuangkan Keadilan Bagi Rakyat Indonesia
- Keputusan MK Bukan Kebenaran Mutlak dan Bersifat Keadilan Substantif
- Yusril: MK tak Akan Mampu Periksa Gugatan Pilpres Secara Mendalam
- Kopassus Indonesia: Jurnalis Asing Dikempesin Sampai Skak Mat!
- Pemenang Pilpres Belum Ada, AS Dukung Prabowo?
- Kemenangan Prabowo-Hatta Terbuka Lebar
- Pilpres 2014 Hasilkan Presiden-Wapres Palsu
- MK Jakarta Diuji Seperti MK Thailand, Beranikah?
- Yusril dan Saiful Mujani Terlibat Twitwar
- Sebut DPT Oplosan, Saksi Ahli Prabowo Tawarkan Audit Forensik
- Yusril: Prabowo Mungkin Benar, Cuma
- DPT Oplosan jadi Senjata Baru Prabowo-Hatta
- Tim Prabowo-Hatta: Yang Buka Kotak Suara Bukan KPU
- Indikasi Kecurangan Pilpres 2014 Semakin Jelas
- Gerindra Desak Polri Tangkap Husni Kamil Manik
- 45 Ribu Pemilih di Tangsel 'Nyoblos' Tanpa KTP
- Semakin Terbukti Dicurangi Elektabilitas Prabowo-Hatta Kian Naik
- Prabowo-Hatta Berpeluang Menang di MK
- Bawaslu: Tidak Etis KPU Buka Kotak Suara tanpa Perintah MK
- Pembongkaran Kotak Suara Bukti Kecurangan Pilpres?
- Australia Alami Prabowo-Phobia
- Hasil Pilpres 2014 Terindikasi Banyak Kecurangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan