JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam pembicaraan singkat dengan Faizal Assegaf, Ketua Progress 98
Sabtu malam (5/7), ia menyatakan "Prabowo Subianto itu kalo menang pemilu
Presiden bisa menyeret kasus korupsi Jokowi pada skandal Busway Tranjakarta ke
penjara" ujarnya.
Ia
menilai cukup 'dorong' kasus terkuaknya transkrip rekaman suara antara The Godmother
Megawati dengan Jaksa Agung Basrief Arief sudah cukup untuk memenjarakan
Jokowi.
Bahkan
ada laporan dan kejanggalan dari balik kasus transkrip Mega_Basrief ini,
narasumber VOA Islam memaparkan, "Trimedya yang sebelumnya melaporkan
kasus pencemaran nama baik Megawati dalam kasus transkrip Megawati dengan Jaksa
Agung Basrief Arief tiba mencabut gugatannya. Pasalnya Polri hendak memerika HP
milik Megawati. Tiba-tiba saja Trimedya mencabut gugatannya."
Ia
juga menyatakan, sejatinya Prabowo bukan ingin kalahkan Jokowi yang ia ciptakan
dan ia siapkan selama 10 tahun terakhir ini, Faizal mengungkap bahwa Prabowo
ini ingin mengalahkan konglomerat hitam, barisan jenderal merah pelanggar HAM,
membongkar pelaku adu domba TNI dan KPK, memberantas aliran sesat dan koruptor
yang berkolaborasi dengan media-media seperti Kompas, Tempo, Tribunnews.
Jadi menurutnya pilih Prabowo Subianto setidaknya dapat 10 keuntungan,
karena ia tak ingin kalahkan Jokowi, tapi ia ingin kalahkan dalangnya Jokowi.
1.
Prabowo presiden
2.
Jokowi kembali jadi Gubernur DKI
3.
Ahok yang non muslim tak lagi memimpin warga Jakarta
4.
Jusuf Kalla kembali urus masjid
5.
Membongkar mafia dan konglomerat hitam BLBI
6.
Mengalahkan para jenderal merah para pelanggar HAM
7.
Menutup aliran sesat seperti syiah, JIL,dll memimpin negara Indonesia
8.
Membangun nasionalisme dan ekonomi pro rakyat
9.
Membungkan jaringan CSIS, katholik serta jaringan protestan James Riady
10.
Menjegal black campaign media-media Kompas, Tempo, beritasatu, MetroTV dan
Tribunnews.
Skandal ini kenapa tak juga didukung Megawati? Dalam sikapnya ini,
Faizal Assegaf menulis materi gugatan sebagai berikut.
PROGRES 98 MENGGUGAT:
MENGAPA MEGAWATI TIDAK MENDUKUNG KPK dan KEJAGUNG untuk MEMERIKSA JOKOWI soal KASUS KORUPSI TRANSJAKARTA...?
Jutaan rakyat di negeri ini sangat gusar dan mempertanyakan sikap bungkamnya Ketua Umum PDIP Megawati tentang fakta kejahatan korupsi Jokowi dalam kasus TransJakarta.
Pertanyaan itu mesti dijawab secara jujur dan terbuka oleh Megawati dan para loyalisnya, agar rasa keadilan rakyat tidak dipermainkan secara sewenang-wenangan.
Terkait dengan kejahatan korupsi Jokowi dalam kasus TransJakarta, dalam dua pekan ini menjadi sorotan serius publik di dalam dan luar negeri. Kasus tersebut bahkan telah membuka mata rakyat bahwa Jokowi yang diklaim bersih dan jujur, ternyata adalah seorang pembohong dan berwatak korup. Itu fakta !
Lebih memprihatinkan, lemahnya sikap lembaga penegak hukum untuk memeriksa dan menyeret Jokowi ke jalur hukum, telah menimbulkan tanda tanya besar dan menuai kecaman dari berbagai kalangan. Jokowi dianggap sangat kebal hukum lantaran mendapat perlindungan berupa intervensi kepentingan politik PDIP.
Bayangkan lembaga-lembaga strategis negara (Kejaksaan dan KPK), secara mencolok menjadi mandul dan tak berdaya menghadapi perilaku mafia peradilan yang berkedok partai oposisi (PDIP). Jelas hal tidak boleh dibiarkan begitu saja. Rakyat harus bangkit dan bersatu untuk melawan.
Melalui kesempatan ini, Progres 98 mendesak Ketum PDIP Megawati untuk dapat menunjukan sikap kejujuran dengan menegaskan sebagai berikut:
"Saya Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDIP dengan ini mempersilahkan Kejaksaan Agung dan KPK untuk memeriksa Jokowi dalam kasus korupsi TransJakarta sebelum tanggal 9 Juli 2014..."
Bila Megawati enggan untuk menyampaikan pernyataan tersebut di atas secara terbuka, maka seluruh rakyat di negeri ini layak percaya bahwa Jokowi adalah Capres Boneka yang kebal hukum dan hadir untuk menipu rakyat banyak.
salam Faizal Assegaf
Ketua Progres 98
NB: berkenan disebarkan sebagai upaya gerakan perlawanan terhadap kejahatan mafia peradilan berkedok oposisi.
MENGAPA MEGAWATI TIDAK MENDUKUNG KPK dan KEJAGUNG untuk MEMERIKSA JOKOWI soal KASUS KORUPSI TRANSJAKARTA...?
Jutaan rakyat di negeri ini sangat gusar dan mempertanyakan sikap bungkamnya Ketua Umum PDIP Megawati tentang fakta kejahatan korupsi Jokowi dalam kasus TransJakarta.
Pertanyaan itu mesti dijawab secara jujur dan terbuka oleh Megawati dan para loyalisnya, agar rasa keadilan rakyat tidak dipermainkan secara sewenang-wenangan.
Terkait dengan kejahatan korupsi Jokowi dalam kasus TransJakarta, dalam dua pekan ini menjadi sorotan serius publik di dalam dan luar negeri. Kasus tersebut bahkan telah membuka mata rakyat bahwa Jokowi yang diklaim bersih dan jujur, ternyata adalah seorang pembohong dan berwatak korup. Itu fakta !
Lebih memprihatinkan, lemahnya sikap lembaga penegak hukum untuk memeriksa dan menyeret Jokowi ke jalur hukum, telah menimbulkan tanda tanya besar dan menuai kecaman dari berbagai kalangan. Jokowi dianggap sangat kebal hukum lantaran mendapat perlindungan berupa intervensi kepentingan politik PDIP.
Bayangkan lembaga-lembaga strategis negara (Kejaksaan dan KPK), secara mencolok menjadi mandul dan tak berdaya menghadapi perilaku mafia peradilan yang berkedok partai oposisi (PDIP). Jelas hal tidak boleh dibiarkan begitu saja. Rakyat harus bangkit dan bersatu untuk melawan.
Melalui kesempatan ini, Progres 98 mendesak Ketum PDIP Megawati untuk dapat menunjukan sikap kejujuran dengan menegaskan sebagai berikut:
"Saya Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDIP dengan ini mempersilahkan Kejaksaan Agung dan KPK untuk memeriksa Jokowi dalam kasus korupsi TransJakarta sebelum tanggal 9 Juli 2014..."
Bila Megawati enggan untuk menyampaikan pernyataan tersebut di atas secara terbuka, maka seluruh rakyat di negeri ini layak percaya bahwa Jokowi adalah Capres Boneka yang kebal hukum dan hadir untuk menipu rakyat banyak.
salam Faizal Assegaf
Ketua Progres 98
NB: berkenan disebarkan sebagai upaya gerakan perlawanan terhadap kejahatan mafia peradilan berkedok oposisi.
---------------------------------
Watak Politik Transaksional Megawati Permalukan Puan
Maharani dan Senior PDIP
Strategi menipu publik ala Jokowi dengan aneka pencitraan, terbongkar
sudah. Sejumlah media massa
yang sebelumnya gencar mempromosikan mantan Walikota Solo itu dengan berbagai
rekayasa opini, kini justru berbalik membongkar kebusukannya.
Satu per satu; mulai dari kasus korupsi, pemalsuan identitas hingga
penyelewengan anggaran APBD miliaran rupiah untuk operasional blusukan politik
Jokowi dibeberkan ke ruang publik. Perlahan topeng pencitran CAPRES BONEKA
produk konglomerat hitam itu terungkap dan menggugurkan rasa simpatik jutaan
rakyat di negeri ini.
Sebelumnya banyak orang dibuat tersihir dan kagum dengan rekayasa
penampilan Jokowi yang diklaim bersih, jujur dan merakyat. Namun semua itu
lantaran dibangun atas dasar kebohongan dan penipuan, hasilnya barang busuk
tersebut tercium juga.
Tentang siapa sesungguhnya Jokowi, jutaan rakyat yang cerdas dan masih
memiliki nurani telah mengenalnya sebagai CAPRES BONEKA yang dihadirkan melalui
politik traksaksional. Para pihak dan dalang
di balik Jokowi adalah Megawati, Tjahjo Kumolo, misionaris CSIS, jaringan
Kompas, Sofjan Wanandi serta kelompok konglomerasi hitam.
Para
pihak dan dalang di balik Jokowi adalah Megawati, Tjahjo Kumolo, misionaris
CSIS, jaringan Kompas, Sofjan Wanandi serta kelompok konglomerasi hitam.
Celakanya, POLITIK TRANSAKSIONAL dari aliran uang haram, kini telah
menimbulkan pertentangan serius di tubuh PDIP. Pasalnya, bagi-bagi mahar politik
bernilai triliuan rupiah itu telah memposisikan Megawati sebagai sosok politisi
yang kian kehilangan nurani dan harga diri. Lebih jauh, sikap tak elok itu
telah mempermalukan Puan Maharani (putri Megawati) dan para senior PDIP serta massa pendukungnya.
Wajar kemudian Puan Maharani sang putri Ketum PDIP dan para senior PDIP
sejak awal Pilpres dengan secara terang-terangan menunjukan sikap pasif untuk
mengusung dan memenangkan Jokowi. Mereka sadar bahwa "pelacuran
politik" Megawati telah memperjual-belikan mandat partai kepada Jokowi
merupakan tindakan pengkhianatan kepada rakyat.
Kekisruhan di internal PDIP tersebut selaras dengan sikap publik yang
bertanya-tanya: Kemana sejumlah elite senior PDIP, mengapa mereka tidak tampil
dan bersatu mendukung ambisi Megawati yang mengusung Jokowi...?
Sikap pasif Puan Maharani dan para senior PDIP menyebabkan konsolidasi
dan gerakan partai moncong putih itu berjalan di tempat, kacau balau. Bahkan
kondisi tersebut berdampak serius di mana sebagian besar massa PDIP kecewa dan hengkang, berbalik
mendukung Capres Prabowo Subianto.
Walhasil, Jokowi - Jusuf Kalla yang menyadari tidak mendapatkan
dukungan yang maksimal dan solid dari PDIP, kemudian berupaya melakukan politik
dengan menghalalkan segala cara. Yakni, memanfaatkan sejumlah media terkait
untuk memunculkan ragam isu dan opini dari manipulasi pernyataan dukungan
sejumlah tokoh publik yang dilatari modus transaksi di balik layar.
Tak heran bermunculan politisi dan intelektual instan yang telah
dibayar oleh Timses Jokowi bersuara melakukan kampanye hitam guna mendongkrak
elektabiltas Jokowi - JK. Tapi segalanya adalah rekayasa dan kebohongan, upaya
busuk tersebut justru membuat publik semakin tidak percaya kepada Jokowi - JK.
Fakta menunjukan dengan jelas, semakin mendekat pada hari pencoblosan,
popularitas dan elektabiltas Jokowi - JK makin merosot tajam. Rakyat tampak
makin cerdas dan menegaskan sikap bersatu untuk melawan kebohongan politik
Jokowi - JK. Kita semua menyadari bahwa, negeri ini membutuhkan perubahan
dengan upaya memperjuangkan lahirnya pemimpin yang orisinil yakni Prabowo
Subianto untuk menyongsong hari depan kehidupan bangsa yang lebih baik dan
bermartabat.
Demikian tulis Faizal Assegaf, Ketua Progres 98.
[wahid/voa-islam.com]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan