JAKARTA
(voa-islam.com) - Mengapa 250 juta rakyat Indonesia harus ditentukan nasibnya
oleh lembaga Quick Count? Seakan Quick Count sebagai 'tuhan' yang menentukan
nasib bangsa Indonesia,
siapa yang dipilih dan didukung oleh Quick Count, maka rakyat harus percaya dan
menerimannya, tanpa reserve.
Quick Count sudah menjadi penentu hasil pilihan rakyat. Bukan lagi
rakyat yang menentukan siapa yang berhak dipilih sebagai presiden. Dengan
narasi Quick Count, yang selalu diopinikan sebagai sebuah lembaga yang memiliki
'trust' dan kredibel (jujur), rakyat wajib mengakui setiap hasil dari Quick
Count. Rakyat dan bangsa Indonesia
tidak berhak menanyakan tentang hasil Quick Count yang sudah di rilis
(dipublikasikan) kepada media.
Sekarang terjadi kolaborasi atau lebih tepatnya konspirasi
(persekongkolan jahat) antara Quick Count, intelektual (?), dan PDIP, khususnya
Tim Sukses Jokowi. Dengan hanya mempunyai agenda satu : 'JOKOWI PRESIDEN INDONESIA'.
Jadi siapapun harus sadar ada konspirasi dan persekongkolan yang direkayasa
secara sistematis, memenangkan dan memberi legitimasi Jokowi menjadi presiden!
Puluhan lembaga Quick Count pura-pura melakukan survei, dan diantara
lembaga Quick Count itu, sudah ada kerjasama dan membuat 'plot' tentang hasil
Quick Count, yang hasilnya Jokowi menang. Hanya antara satu lembaga Quick Count
lainnya, itu be da-beda tipis. Seakan mereka benar-benar bekerja dengan
profesioanal, sebagai sebuah lembaga survei.
Quick Count inilah yang menjadi dasar
dari Megawati yang mengumumkan secara sefihak hasil pemilihan presiden, dan
dengan 'KLAIM' Jokowi menang. Seperti membuat sebuah pemaksaan, bahkan ada yang
mengatakan 'KUDETA' hanya berbekal hasil Quick Count yang memang bagian
dari Tim Sukses Jokowi. Inilah yang akhirnya akan mempunyai dampak luas
bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Sampai pada tingkat konflik horisontal
yang luas, mungkin kearah perang saudara. Karena, bila pengumuman KPU tidak
sesuai dengan hasil Quick Count, maka kemudian dituduh dan di 'judge' melakukan
kecurangan. Jadi lembaga apapun, termasuk KPU tidak dipercaya, kecuali hasil
Quick Count.
Bahkan, sekarang pemilik Lippo Group
Pendeta James Riyadi, salah satu pendukung dari Jokowi, sudah mendatangkan
mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, dan pasti akan turun
tangan melobi semua fihak, agar menerima Jokowi sebagai presiden!
Bill Clinton
datang ke Jakarta, mulai tanggal 16-23 Juli, dan
bersamaan dengan menjelang pengumuman KPU tentang hasil pemilihan presiden Indonesia.
Ingat. Keputusan Mega tentang menjadikan Jokowi sebagai capres, di dahului
pertemuan di Singapura, yang dihadiri Dubes
Amerika, Israel,
Singapura, dan sejumlah tokoh lainnya.
Di Jakarta, berlangsung pula, pertemuan di
hotel milik konglomerat Cina, Jacob Soetojo, pertemuan menjelang pencapresan
Jokowi itu, dihadiri Mega, Sabam Sirait (salah pendiri PDIP), Dubes Amerika
Serikat, Dubes Vatikan, Dubes Inggris, dan sejumlah nengara sahabat. Inilah
kronologis pencapresan Jokowi, dan Jokowi harus menjadi presiden.
Karena hanya Jokowi yang dipandang layak
menerima tanggung jawab, menjaga kepentingan Barat di Indonesia. Hanya Jokowi
yang mendapatkan mandat dari Barat, meneruskan kelangsungan kepentingan Barat
di Indonesia. Jokowi tidak akan pernah berpihak kepada rakyat. Sama
seperti Mega yang sudah menghabiskan asset Indonesia, dan dijual kepada fihak
asing.
Sebuah gerakan yang sangat sistematis
yang dilakukan berbagai kekuatan lokal dan internasional, yang menyatu bertujuan
mendudukan si 'boneka' Jokowi menjadi presiden Indonesia. Di dahului dengan
kampanya massif, Jokowi sebagai tokoh yang jujur, sederha, dan merakyat.
Manipulasi itu dilanjutkan sampai ke
tingkat penghitungan suara hasil pemilu oleh Quick Count, dan algojonya adalah
Megawati. Sebuah kejahatan yang sempurna, dan hanya rakyat yang akan
menjadi korbannya. Wallahu'alam.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan