سير أعلام النبلاء [ مشكول + موافق للمطبوع ] - (ج 33 / ص 65)قُلْتُ:وَالدُّعَاءُ مُسْتَجَاب عِنْد قُبُوْر الأَنْبِيَاء وَالأَوْلِيَاء، وَفِي سَائِر البِقَاع، لَكِن سَبَبُ الإِجَابَة حُضُورُ الدَّاعِي، وَخُشُوعُهُ وَابتِهَاله، وَبلاَ رَيْبٍ فِي البقعَةِ المُبَارَكَة، وَفِي المَسْجَدِ، وَفِي السَّحَر، وَنَحْوِ ذَلِكَ، يَتَحَصَّلُ ذَلِكَ للدَاعِي كَثِيْراً، وَكُلُّ مُضطر فَدُعَاؤُه مُجَابٌ.
Saya berkata: Berdoa di makam para nabi dan wali adalah mustajab,begitu pula tempat-tempat yang lain. Namun penyebab terkabulnya adalah kekhusyukan orang yang berdoa. Tidak diragukan lagi di tempat-tempat yang berkah, di masjid, saat sahur dan sebagainya. Hal itu akan banyak terkabul bagi orang yang berdoa. Dan setiap orang yang dalam kondisi darurat maka doanya akan terkabul
(Siyar Alam an-Nubala', 17/77). hal 88 dalam buku menjawab tuduhan sebagai penyembah kuburan. Karya Muhammad Ma`ruf Khozin
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahanku ( Mahrus ali ):
Saya berkata: Berdoa di makam para nabi dan wali adalah mustajab,begitu pula tempat-tempat yang lain Namun sebab doa di kabulkan adalah karena kahadiran hati seorang yang berdoa ,husyu` dan merendah kepada Allah Tidak diragukan lagi di tempat-tempat yang berkah, di masjid, saat sahur dan sebagainya.
Kehadiran hati seorang yang berdoa ,husyu` dan merendah kepada Allah sering tercapai bagi orang yang berdoa ditempat dan waktu tsb
Dan setiap orang yang dalam kondisi darurat maka doanya akan terkabul (Siyar Alam an-Nubala', 17/77).
Kalimat yang terjemahannya keliru :
لَكِن سَبَبُ الإِجَابَة حُضُورُ الدَّاعِي، وَخُشُوعُهُ وَابتِهَاله
Namun penyebab terkabulnya adalah kekhusyukan orang yang berdoa
Terjemahanku ( Mahrus ali ) :
Namun sebab doa di kabulkan adalah karena kahadiran hati seorang yang berdoa ,husyu` dan merendah kepada Allah
يَتَحَصَّلُ ذَلِكَ للدَاعِي كَثِيْراً،
Hal itu akan banyak terkabul bagi orang yang berdoa.
Terjemahanku ( Mahrus ali ) :
kahadiran hati seorang yang berdoa ,husyu` dan merendah kepada Allah sering tercapai bagi orang yang berdoa ditempat dan waktu tsb
Komentarku ( Mahrus ali ):
Berdoa dikuburan para nabi atau wali di anggap mustajab perlu dalil dan saya tidak menjumpainya. Begitu juga Imam Dzahabi dlm tulisan tsb tidak menyampaikan satupun dalil. Dan ini yang membikin perkataan itu tidak berbobot, bahkan sangat ringan , laksana kapas yang mudah terbawa oleh angin sepoi – poi. Perkataan yang benar itu harus kokoh sekalipun di terjang badai laut atau angin puting bliung. Ingatlah firmanNya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim: 24-26)
Ibnu Qayim punya tafsiran yang unik untuk ayat tsb sbb:
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Tahun ibarat pohon. Bulan ibarat cabangnya. Hari ibarat rantingnya. Jam ibarat daunnya. Nafas ibarat buahnya. Barangsiapa yang hela nafasnya untuk ketaatan pada Allah, maka hasil dari pohonnya adalah buah yang baik. Barangsiapa yang hela nafasnya untuk maksiat, maka buahnya adalah hanzholah (buah yang pahit). Setiap orang akan memetik buah dari hasil usahanya pada hari kiamat nanti. Ketika dipetik barulah akan ia rasakan manakah buah (hasil) yang manis dan manakah yang pahit.
Ketahuilah bahwa ikhlas dan tauhid akan menumbuhkan tanaman dalam hati, memunculkan cabang dalam amalan dan menghasilkan buah kehidupan yang baik di dunia dan kenikmatan yang abadi di akhirat. Sebagaimana pula buah di surga tidak mungkin seseorang terhalang untuk memperolehnya, begitu pula dengan buah dari ikhlas dan tauhid di dunia.
Sedangkan syirik, perbuatan dusta dan riya’ akan menumbuhkan tanaman dalam hati dan menghasilkan buah di dunia berupa rasa takut, khawatir, sedih, sempitnya hati dan kelamnya hati. Sedangkan di akhirat ia akan merasakan makanan yang tidak menyenangkan dan adzab yang pedih.
Inilah dua pohon yang dimisalkan Allah dalam surat Ibrahim.” –Demikian faedah berharga dari Ibnul Qayyim-
Surat Ibrahim yang dimaksudkan oleh Ibnul Qayyim adalah pada ayat berikut:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim: 24-26)
Semoga Allah memberikan kita buah terbaik dari hasil amalan kita yang selalu ikhlas dan mentauhidkan-Nya.
Faedah ilmu dari kitab Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 158, Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, 1425 H.
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
Pangukan-Sleman, 18 Shofar 1431 H
Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfren)
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1Waru Sidoarjo Jatim
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan