TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pria perambut gondrong itu bernama Eyang Suryobuwono.
Suryobuwono baru saja melakukan semacam ritual di Mahkamah Konstitusi (MK),
saat itu, pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, akan
mendaftarkan gugatan hasil penetapan pemenang Pemilu presiden.
Ditemui usai 'ritual' tersebut,
Suryobuwono tidak membantah apa yang baru saja dilakukannya. Dengan lugas, dia
menyampaikan benar dia sedang melakukan sesuatu pekerjaan di MK. Pengakuannya
bahkan membuat bulu kuduk merinding.
"Untuk perdamaian bangsa ku ini.
Prabowo sebagai pemenang yang betul, benar. Jangan ada pembodohan terhadap
masyarakat. Sudah cukup, bangsa Indonesia
cerdas. Sekarang bangsa goib sedang bangun. Ada lima syekh di sini.
Sembilan wali, seluruh raja Brawijaya ada di sini. Ikut saya," kata
Suryubuwono di MK, Jakarta,
Jumat (25/7/2014).
Suryo melakukannya tidak main-main.
Dia melakukannya bersama perempuan yang dia sebut 'bunda' tepat sejajar di
sembilan pilar konstitusi.
Sembilan pilar konstitusi itu juga
sempat dipukul-dipukul dengan tongkat pendek. Tongkat tersebut, menurut
keterangannya, adalah kepunyaan Prabu Siliwangi. Sama dengan kepunyaan mendiang
mantan presiden Soeharto.
Dalam ritualnya, Suryo juga membawa
barang-barang sebagai pertanda restu para gaib kepada Prabowo menjadi presiden.
Ada Kujang yakni, senjata khas Jawa
Barat, kijang kencana, wayang semar, ndog jagat, urat sekar bumi, dan
benda-benda gaib lainnya.
Dengan segala pernak-pernik yang
melekat padanya, Suryobuwono pun membawa pesan singkat dan tegas kepada MK.
Menurut dia, Prabowo telah dicurangi sehingga kalah dalam. Pilpres.
Prabowo telah mendapat restu untuk
menjadi presiden. Prabowo bukanlah orang yang mencari kekayaan, dia hanya lah
korban, bahkan korban santet.
"(Ke MK) Memperjuangkan Mas
Prabowo dan membuka mata hati seluruh hakim MK. Bukti nyata harus dibuka.
Konsekuensinya (kalau tidak dikabulkan) resiko sendiri. Karena para gaib sudah
ada di sini. Pilar sembilan sudah tak pukuli. Ini tongkat dari Prabu
Siliwangi," kata dia sembari memamerkan pusaka langka tersebut.
Jadi, apakah eyang dukun?
"Saya nggak dukun, saya nggak
pake kembang. Orang biasa," jawab pria berjenggot panjang itu.
Dalam ritual tersebut, Suryo dibantu
seorang perempuan yang disebutnya 'bunda'. Bunda melakukan ritual lebih lama.
Dia mengenakan baju putih dan penutup kepala. Sesekali mulutnya komat-kamit.
Mereka melakukannya cukup lama.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bacaalah artikel ini:
PERCAYA pada dukun menggejala di kalangan umat Islam. Hal itu
diperparah dengan banyaknya “iklan mistis” di berbagai media massa. Banyak yang menawarkan ilmu kekebalan,
jimat pengasih alias “pelet”, batu bertuah, jimat agar disayang atasan, dan
sebagainya. Semua ilmu itu sumbernya dari bisikan jin untuk menyesatkan manusia
dengan menempuh jalan pintas.
Rasulullah Saw telah tegas
menyatakan, omongan paranormal atau dukun (kahin) itu jauh lebih
banyak bohongnya daripada benarnya.
Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai
Rasul, tak jarang terkaan para dukun (paranormal) itu benar!”. Rasul
menjawab, “Informasi itu dari Allah yang berhasil dicuri bangsa jin.
Kemudian dibisikkan pada telinga walinya (dukun) ibarat patukan ayam betina,
dan mereka pun menambahnya dengan seratus lebih kebohongan” (H.R.
Bukhari).
Jelaslah, kebenaran dari terkaan
dukun tak lain informasi hasil curian bangsa jin. Tetapi, itu tidak berarti
menjadi patokan pembenar atas praktek perdukunan. Praktik tersebut sama saja
dengan mengabdi kepada bangsa jin, sehingga mengabaikan doktrin wahyu yang
harus diakui kebenarannya.
Percaya kepada dukun jelas dilarang
Islam. Rasulullah Saw mengingatkan,
“Barangsiapa yang mendatangi
dukun atau peramal, kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah
kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad” (H.R. Arba’ah).
“Barangsiapa yang percaya kepada
dukun, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari” (H.R. Muslim).
MARILAH kita luruskan akidah kita. Dalam surat Al-Fatihah, yang kita baca setiap kali
shalat, kita menyatakan a.l. iyyaka na’budu wa iyyaka nas ta’in. Hanya
kepada-Mu (Ya Allah) kami mengabdi dan kepada-Mu kami meminta pertolongan.
Itulah tauhid. Kita tidak menuhankan apa pun selainnya, apalagi menuhankan jin
dan dukun!
Bagaimana kalau berobat? Jelas,
dokter sebagai perantara datangnya pertolongan Allah. Dokter bekerja atas dasar
ilmu (ilmiah, rasional). Sedangkan dukun mengobati penyakit bukan berdasarkan
ilmu-rasional, melainkan terkaan atau dugaan saja. Banyak di antaranya yang
menjadi “budak jin” alias pengabdi setan. Na’udzubillah! Padahal
manusia adalah makhluk termulia, berakal, dan martabatnya di atas jin.
Mempercayai sebuah benda punya tuah
atau kekuatan, misalnya isim atau jimat, dilarang Islam karena hal itu bisa
termasuk syirik (menyekutukan Allah SWT). Rasulullah Saw pernah memerintahkan
seorang pedagang agar membuang cincinnya, ketika si pedagang mengatakan
dagangannya laku karena tuah cincin itu.
Semoga Allah SWT memberi kita
kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi segala masalah yang ada, tanpa
terjerumus kepada frustrasi dan mengambil jalan pintas. Amin! Wallahu a’lam.
(Abu Faiz/ddhongkong.org).* [1]
Artikel Terkait
Jin yang dibenci sekaligus disayang. Yang tidak bantu atau mengganggu dianggap sebagai Jin kafir. Tidak demikian dengan Jin yang dianggap beriman. Bahkan ada yang dipercaya selalu mengikuti orang beriman. Jin qarin sebutannya. Biasanya hubungan dengan bangsa jin selalu diambil manfaatnya, dan dirahasiakan. Malu, itu saja alasannya. Yah, membahas Jin, seperti melihat warna abu abu. Baik atau buruk dilihat dari kepentingan atau manfaat, bukan dari yang hak.
BalasHapus