JAKARTA (voa-islam.com) - Beberapa hari lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara
terbuka menyampaikan adanya pihak-pihak yang hendak menciptakan kerusahan pasca
pemilihan presiden.
Pernyataan SBY tersebut sehari setelah terjadinya insiden penyerangan
Gedung TV One oleh massa
bayaran yang dikerahkan Sekjend PDIP Tjahjo Kumolo. Kedua perstiwa ini, spontan
menuai reaksi serius publik tentang kecemasan atas perkembangan situasi politik
nasional yang kian memanas.
Jelas presiden SBY tidak sekedar berbicara sebatas himbauan, namun
lebih jauh presiden menegaskan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi dan
mengajak rakyat untuk mengambil posisi siaga guna mendukung TNI/Polri.
Perlu diketahui bahwa, berhembusnya rencana anarkis pasca pilpres telah
beredar luas di kalangan masyarakat. Isu bermotiv provokasi itu pertama kali
disuarakan secara terang-terangan oleh misionaris Katolik Franz Magnis Suseno.
Yakni: Bila Jokowi tidak terpilih menjadi presiden maka Indonesia akan
dibuat rusuh..."
Franz Magnis Suseno adalah figur publik yang dibesarkan oleh berbagai
pemberitaan jaringan media Kompas. Misionaris katolik tersebut disebut-sebut
sebagai salah satu penghubung agenda politik internasional Kompas dan Vatikan
Roma.
Franz Magnis Suseno adalah figur publik yang dibesarkan oleh berbagai
pemberitaan jaringan media Kompas. Misionaris katolik tersebut disebut-sebut
sebagai salah satu penghubung agenda politik internasional Kompas dan Vatikan
Roma. Lebih jauh, Franz Magnis Suseno disenyalir menjadi arsitek oponi politik
Kompas untuk menistakan Prabowo Subianto dengan aneka fitnah berlatar isu HAM.
Selain Franz Magnis Suseno, peran keterlibatan Tjahja Kumolo dan Sofjan
Wanandi merupakan aktor intelektual atau tegasnya merupkan dalang di balik
persiapan rencana kerusahan pasca Pilpres dimaksud. Ketiga tokoh ini terus
menghembuskan serangkaian opini dan isu untuk membenturkan elemen bangsa.
Lebih memprihatinkan, manuver jahat itu membuat Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri berang dan menghimbau kadernya agar tidak terpancing dengan
hasutan yang bertujuan melakukan kerusahan.
Tapi, himbauan Megawati seolah tak digubris. Bahkan dengan
terang-terangan jaringan kompas melalui sosial media menggulir isu akan adanya
gerakan people power. Sebuah gerakan massa
rakyat pendukung Jokowi untuk turun ke jalan melawan kemenangan Capres Prabowo
Subianto.
Provokasi jaringan Kompas, Franz Magnis Suseno, Tjahja Kumolo dan
Sofjan Wanandi jelas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tindakan tak terpuji itu
jelas-jelas merupakan gerakan makar, inkonstitusional dan berujuan
menghancurkan masa depan bangsa.
Kasus penyerangan gedung TV One di Jogja dan di Jakarta, serta perkembangan krusial tentang
adanya gerakan anti pemilu di Papua, tidak lepas merupakan bentuk pemenasan
politik anarkis jelang dan pasca Pilpres 9 Juli.
Menyikapi provokasi yang tidak bertanggungjawab tersebut, kami dari
Progres 98 mendesak Ketua Umum PDIP Megawati untuk segera bertindak konkret
guna menyerahkan ketiga aktor intelektual: Franz Magnis Suseno, Tjahja Kumolo
dan Sofjan Wanandi kepada aparat keamanan berwenang untuk diperiksa.
Dan kepada para pendukung perubahan, segera melakukan konsolidasi
melalui media sosial untuk memboikot seluruh link berita kompas online. Hal ini
merupakan sikap tegas anak bangsa yang anti kepada kompas, media utama
pendukung Jokowi yang telah terlibat menyebarkan hasutan dan provokasi untuk
tujuan mengacaukan stabilitas politik nasional.
Demikian rilisnya kepada VOA ISLAM, Faizal Assegaf, Ketua Progres 98.
[wahid/voa-islam.com]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan