Lontaran Cap Wahabi demi Orang Kafir Barat dan Syi’ah
Kafirin dan syi’ah punya kepentingan
dalam menghadapi Islam. Serangan fisik dilakukan di berbagai belahan
dunia dengan mengerahkan tentara, senjata, dan sarana yang tidak sedikit
nilai nominalnya.
Di samping itu dilancarkan pula serangan
non fisik di antaranya melalui agen-agennya atau orang-orang yang dapat
disewa untuk menyerang Isam dengan aneka cara. Salah satu cara adalah
memberi cap buruk atau stigma yang akan menjatuhkan nama baik pihak yang
dianggapnya sebagai musuh.
Cap buruk itu ketika digencarkan dengan
sasaran pihak tertentu, maka dimaksudkan untuk jadi musuh bersama.
Setelah itu, diharapkan pihak perekayasa akan mengunduh keuntungan.
Keuntungan pun diharapkan bukan hanya dipanen oleh perekayasa, tapi juga
antek-anteknya dan bahkan pemboncengnya.
(Dalam hal ini, cap buruk berupa stigma
Wahabi, ketika dilancarkan maka yang mengeruk keuntungan adalah Barat
dan pemboncengnya yakni Syi’ah, sedang anteknya adalah yang dapat mereka
sewa pentolan-pentolannya; kalau muqallidnya mah, belum tentu
kecipratan, hee hee… kapusan alias ketipu belaka. Jadi di dunia sudah
ketipu, sedang di akherat harus bertanggung jawab pula. Betapa
ruginya!).
Ketika cap buruk dilontarkan kepada
Ummat Islam yang istiqamah dengan Islam, maka keistiqamahannya yang
sebenarnya terpuji itu telah diganti warna dengan warna negative,
misalnya sangar dan semacamnya. Maka simpati pun hilang dari mereka. Cap
buruk Wahabi misalnya, jelas dimaksudkan untuk semacam itu.
Di situlah pembunuhan karakter secara
besar-besaran, yang akan membalikkan sosok-sosok di kelompok yang telah
dibunuhi karakternya itu dari sifat baik, shaleh dan sebagainya, menjadi
cap-cap negative dan agar dihindari masyarakat.
Musuh-musuh Islam sangat lihai dan licik
dalam hal ini. Di Indonesia, zaman jaya-jayanya PKI (Partai Komunis
Indonesia) yang fahamnya ateis alias kufur, dengan lontaran-lontarannya
telah mengakibatkan Ummat Islam terpojok. Bahkan sampai Ummat Islam
–yang istiqamah memperjuangkan Islam– dijuluki kepala batu, dan bukan sekadar lontaran, tetapi jadi lagu wajib yang diajarkan untuk dinyanyikan di seluruh sekolah di Indonesia: Nasakom Bersatu, singkirkan kepala batu!
PKI yang jelas-jelas anti Islam telah
merangkul sesama yang kurang senang terhadap orang Islam –yang konsekuen
dengan Islamnya–, hingga yang Islami itu diberi cap buruk: Singkirkan kepala batu! Dan kejahatan PKI itu tidak akan sukses kecuali kalau ada unsur orang Islam di dalamnya.
Kenyataannya memang PKI terhimpun dalam
apa yang disebut Nasakom (Nasional – pengikut Soekarno–, Agama –NU–, dan
Komunis –PKI). Sadar atau tidak, orang-orang yang tergabung dalam
Nasakom itu telah menguntungkan PKI, sekaligus memojokkan Ummat Islam
yang istiqamah memperjuangkan Islam.
Untuk kepentingan musuh Islam semacam
itu pula, cap buruk Wahabi belakangan ini digemakan kembali setelah
setengah abad di Indonesia sudah tidak dilontarkan. Namun belakangan
kembali digencarkan.
Kenapa?
Karena Amerika yang tadinya punya dua
musuh: Komunis (Uni soviet) dan Islam, tinggal satu musuh yakni Islam.
Karena Komunis dengan kekuatan raksasa dunia yaitu Uni Soviet bubar pada
bulan Desember 1991. Sehingga musuh Amerika tinggal satu: Islam.
Untuk memusuhi Islam, dengan aneka cara,
yang secara fisik adalah memerangi dan menerjunkan tentara ke
negeri-negeri Islam. Alhamdulillah, tentara Amerika banyak yang mati,
dan banyak pula yang gila, depresi, dan aneka sakit jiwa lainnya.
Kerugian Amerika pun sangat besar, baik secara materi maupun non materi.
Demikian pula kebencian Ummat Islam sedunia pun semakin nyata.
Cara non fisik, di antaranya
menyekolahkan dosen-dosen perguruan tinggi Islam ke Amerika dan
negeri-negeri kafir, agar diajari Islam yang sudah ala kafirin untuk
nantinya diajarkan ke perguruan tinggi Islam asal mereka. Maka tidak
mengherankan, begitu Uni Soviet runtuh, betapa gencarnya pengiriman
dosen-dosen IAIN (perguruan tinggi Islam) se-Indonesia untuk belajar
Islam (?) ke Barat, negeri-negeri kafir. Di
Indonesia, demi pengiriman dosen-dosen IAIN se-Indonesia itu,
sampai-sampai seorang menteri agamanya diangkat dua periode, 10 tahun
(Masa jabatan 19 Maret 1983 – 17 Maret 1993).
Yaitu seorang yang berkeinginan mengganti hukum waris Islam yang
dianggapnya tidak adil. Dialah Munawir Sjadzali, jadi Menteri Agama
zaman Presiden Soeharto.
Barat gencar mendidik dosen-dosen perguruan tinggi Islam itu tidak mungkin untuk memajukan Islam. Karena Allah Ta’ala telah berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ} [آل عمران: 118]
118. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di
luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu
ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS ALI ‘IMRAN/ 3: 118).
Hasil dari pendidikan Islam di
negeri-negeri kafir Barat itu yang mencuat ke permuakaan dan diketahui
umum pun sangat jauh dari Islam. Misalnya, Nurcholish Madjid alumni Chicago Amerika, melontarkan bahwa Iblis akan masuk surga dan surganya tertinggi karena tauhidnya murni, tidak mau sujud kepada Adam. Lontaran itu sangat menentang Islam, karena Iblis jelas-jelas abaa wastakbaro… sebagaimana telah Allah firmankan :
{وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ } [البقرة: 34]
34. dan (ingatlah) ketika Kami
berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlahkamu kepada Adam,” Maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS AL-BAQARAH : 34).
{وَأَنَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابَ النَّارِ} [الأنفال: 14]
Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka. (AL-ANFAL : 14).
{وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا } [الإسراء: 8]
dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang kafir (QS AL-ISRAA’/ 17: 8).
Alumni-alumni Barat yang lain pun banyak yang pendapatnya merusak Islam atau membela yang merusak Islam. Seperti
Harun Nasution lulusan Mc Gill University di Canada, dia tidak
memasukkan taqdir dalam rukun Iman, dan menganggap agama monoteisme itu
Yahudi, Kristen, Islam, dan Hindu. Sedang Bunda Teresia yang bukan Islam
pun akan masuk surga, menurut Harun Nasution. (lihat Harun Nasution dan Nurcholish Madjidhttp://nahimunkar.com/harun-nasution-dan-nurcholish-madjid/ )
Harun
Nasution lah yang mengubah kurikulum IAIN se-Indonesia, dari Ahlus
Sunnah ke (aliran sesat) Mu’tazilah, yang dia sebut rasionalis.
Yang tampaknya malu-malu, seperti Azyumardi Azra alumni Columbia Amerika membela Ahmadiyah
dan miring-miring terhadap fatwa MUI yang menyatakan sesatnya Ahmadiyah
dan haramnya faham liberal, pluralisme agama, dan sekulerisme. Masih pula Azra membela perayaan valetin’s day.
Dengan kenyataan-kenyataan seperti itu dan aneka rangkaiannya, maka alhamdulillah, telah ada yang mengingatkan, yaitu Hartono Ahmad Jaiz dengan bukunya berjudul ADA PEMURTADAN DI IAIN, Jakarta 2005, maksudnya perguruan tinggi Islam di Indonesia pada umumnya.
Di samping membawa pendapat-pendapat
yang merusak Islam, ada juga yang alumni Barat seperti Syafii Maarif
yang tega pula melontarkan stigma dengan ucapan »preman berjubah »
dialamatkan kepada pihak tertentu dalam Islam.
Stigma atau cap buruk yang di zaman
lampau disponsori PKI, ternyata belakangan dikais-kais pula oleh
antek-antek Barat anti Islam. Bahkan dilontarkan oleh orang yang
bertitel tinggi, Profesor Doktor. Itu tentu saja menunjukkan pentingnya
menurut mereka, senjata berupa cap buruk atau stigma itu.
Di kala yang jadi bos anti Islam itu kafirin lain (tadinya PKI, kini kafirin Barat) maka pihak yang tadinya telah hafal pelajaran dari PKI waktu gabung dalam Nasakom itu, belakangan bangkit pula. Tinggal memindah saklar, tadinya gandeng renteng dengan kafirin PKI, kini ke kafirin Barat dan syi’ah aliran super sesat yang memusuhi Islam.
Senjata stigmanya masih sama. Di Zaman Belanda dan awal-awal merdeka,
senjatanya itu adalah lontaran cap buruk dengan menempelkan laqab:
Wahabi. Di masa PKI, dengan lontaran: Kepala Batu. Di saat kafirin Barat
memusuhi Islam setelah Komunis Uni Soviet runtuh, kembali mengambil
senjata lama zaman Belanda yakni cap buruk: Wahabi.
Kasihan, hidup satu kali saja kok
mengantek kepada kepentingan kafirin, baik Timur maupun Barat, kini plus
aliran super sesat, Syi’ah. Apakah mereka tidak ingat ayat ini?
{وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا} [الأحزاب: 58]
58. dan orang-orang yang menyakiti
orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata. (QS AL-AHZAB/ 33: 58).
(nahimunkar.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan