- Lafal “cenderung syiah” itu beda dengan menuduh syiah
- Ada yang lebih galak terhadap Kaum Muslimin dibanding kepada Syiah
Dikhabarkan, ikhwah SDL (Sunnah Defence
League) mendapat teror habis-habisan dari pihak syiah dan tekanan dari
oknum (?) aparat. Teror tersebut berakhir dengan diblokirnya fan page
Facebook SDL di: www.facebook.com/sunnahdefenceleague.
Itu setelah SDL bersama sejumlah ormas Islam Sunni/Ahlusunnah
mengadakan aksi upaya pembubaran Perayaan Asyura Syiah di Balai Samudera
Kelapa Gading Jakarta, Kamis (14/11/2013). Karena acara Asyura Syiah
itu dinilai membangkitkan dendam terhadap Ahlus Sunnah.
Acara-acara Syiah agar dibubarkan,
karena Syiah berkeyakinan pentingnya mencaci sahabat Nabi. Keyakinan
dan dipraktekkan Syiah dalam acara-acaranya itu jelas menodai agama dan
melanggar UU No 1 PNPS/69 KUHAP Pasal 165A tentang Penodaan Agama.
Sehingga acara Asyura yang sedianya dilangsungkan di Surabaya Rabu 13
November 2013 telah dibatalkan dan tidak diberi izin oleh Polres
Surabaya. (Langgar UU Penodaan Agama, Perayaan Asyuro Ditolak Polres
Surabayahttp://www.nahimunkar.com/langgar-uu-penodaan-agama-perayaan-asyuro-ditolak-polres-surabaya/ ).
Ramainya penentangan terhadap acara
Syiah Asyura dan rangkaiannya tampaknya cukup menghangat. Ditambah lagi
dengan adanya terror dari syiah dan pemblokiran situs-situs atau blog
atau fan page facebook yang anti syiah. Gangguan di dunia maya itu
kemungkinan dari kelompok pro syiah. Masih pula ditambah dengan adanya
sikap membiarkan acara-acara Syiah yang berisi penghujatan terhadap
sahabat Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam. Hingga muncul tulisan: Dipertanyakan, Kenapa Tak Dibakar Mimbar Caci Maki Sahabat Nabi SAW di Perayaan Idul Ghadir Syiah http://www.nahimunkar.com/dipertanyakan-kenapa-tak-dibakar-mimbar-caci-maki-sahabat-nabi-saw-di-perayaan-idul-ghadir-syiah/.
Suasana itu tampak semakin menghangat
ketika muncul tantangan mubahalah dari seorang habib terhadap yang ia
anggap menuduhnya syiah. Habib Rizieq Syihab menantang kepada siapapun
yang menuduh dirinya sebagai Syi’ah untuk bermubahalah (sumpah agar
laknat Allah turun kepada orang yang berdusta, -red-). Hal itu
disampaikannya dalam acara tabligh akbar bertajuk “Menggalang ukhuwah
Islamiyah dalam rangka menghadapi era globalisasi sesuai syari’ah” yang
diselenggarakan di komplek Gedung Syari’ah dan Masjid Mujahidin,
Banyuanyar, Solo, Ahad (10/11/2013). (http://www.nahimunkar.com/habib-rizieq-instruksikan-lagi-bakar-mimbar-yang-untuk-cacimaki-sahabat-nabi/
). Tantangan itu dalam pidato yang diantaranya tampak “membela” Ustadz
Muzakir di Solo yang belakangan ini sering disebut-sebut sebagai orang
yang nadanya membela syiah.
Berkaitan dengan masih hangatnya kasus
syiah hingga blog-blog anti syiah pun diretas, khabarnya blog Umar Abduh
termasuk kena gangguan. Seorang aktivis yang dekat dengan Umar Abduh
(mantan anggota LPPI –Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
mengabarkan, beberapa waktu lalu blog umarabduh juga terganggu. Tidak
dijelaskan, pihak mana yang mengganggunya.
Lafal “cenderung syiah” itu beda dengan menuduh syiah
Di dunia maya, blog umarabduh dituduh oleh para penulis komentar di facebook sebagai pihak yang menuduh seorang habib. Ketika habib itu menantang mubahalah siapa saja yang menuduhnya syiah,
serta merta ada tudingan di dunia maya terhadap Umar Abduh. Apakah
memang Umar Abduh menuduh tokoh itu sebagai syiah atau tidak, sang tokoh
sendiri tidak menyebutnya.
Sementara itu ada tudingan di dunia maya
pula terhadap Hartono Ahmad Jaiz dianggap menuduh sang habib. Padahal
habib itu sendiri tidak menyebutnya (tidak menyebut nama Hartono). Maka
Hartono Ahmad Jaiz kemudian menulis artikel sebagai jawaban tudingan
yang dilontarkan para penulis komentar di dunia maya tersebut. Artikel
itu berjudul TANTANAGN MUBAHALAH HABIB RIZIEQ dimuat di nahimunkar.com http://www.nahimunkar.com/tantangan-mubahalah-habib-rizieq-syihab/.
Intinya, tantangan mubahalah itu terserah saja kepada Pak Habib untuk
mengajak/ menantang siapa saja, namun kalau persoalannya menyangkut
Hartono Ahmad Jaiz dengan adanya tulisan di nahimunkar.com, maka agar
ditentukan mana poin-poin yang dipersoalkan lalu dikemukakan hujjah dan
dibicarakan. Bila saling ngotot dan sudah buntu jalannya, maka baru
mubahalah dengan ditentukan poin yang dimasalahkan. Jadi mubahalah itu
kalau sudah buntu dan tetap saling ngotot.
Perlu diketahui, tulisan
di nahimunkar.com itu hanya menyebut cenderung syiah, dengan mengutip
beberapa ungkapan sang habib hasil wawancara media dan hal lainnya;
bukan menuduh sang habib sebagai syiah. Yang dikutip
nahimunkar.com itu sudah beredar sekian lama dan bukan hanya satu media,
serta belum pernah ada ralat ataupun pencabutan pendapat sang habib
yang telah beredar itu.
Perlu dicermati, lafal “cenderung syiah” itu beda jauh dengan syiah.
Sebagai contoh, beberapa tahun lalu di Jakarta ada satu seminar antara
Islam dan Nasrani. Dr Sanihu dan Hartono Ahmad Jaiz (Islam) berhadapan
dengan Dr Sinaga dan Pendeta Andreas (Nasrani). Dr Sinaga kurang
lebihnya mengaku dirinya dalam hal Ketuhanan cenderung seperti Ketuhanan
dalam Islam. Jadi saya juga Islam, ungkapnya. Lalu Hartono Ahmad Jaiz
menjawab, Islam secara bahasa : ya. Tapi secara istilah : tidak/bukan.
Kemudian ditimpali Dr Sanihu, bahwa Dr Sinaga seperti itu artinya orang
Nasrani perlu jadi liberal untuk jadi Islam. Sebaliknya, kalau orang
Islam kok liberal, maka justru akan cenderung/ dekat dengan Nasrani.
(Rekaman seminar itu pernah beredar luas, hingga ketika Hartono Ahmad
Jaiz berceramah di Masjid Agung Purbalingga Jawa Tengah beberapa tahun
lalu, ada kakek-kakek yang menemui dan menyebut terkesan akan jawaban
terhadap Dr Sinaga yang Nasrani. Kakek ini mengaku telah menonton di
video).
Pantas dicermati, di dalam pergaulan
kalangan tokoh, ada seorang pendeta bernama Pdt. Victor Immanuel Tanja,
MTh, PhD. Dia semasa hidupnya pernah mengaku bahwa dirinya di kalangan
jemaat gereja dijuluki sebagai MUI-nya kaum Kristen Protestan,
karena kedekatannya dengan Islam, baik pergaulan maupun pemikiran. Itu
diakui sendiri oleh Sang Pendeta itu kepada penulis laporan ini ketika
ada konferensi antar agama di Bali dulu. Sebagaimana
dari kalangan Islam ada juga tokoh yang mereka sebut Pendetanya orang
Islam, karena dekatnya dengan kaum walan tardho (Yahudi dan Nasrani), baik secara kiprahnya maupun pemikirannya, hingga walau tidak mencopot Islamnya namun tokoh itu diberi gelar Laskar Kristus
dari pihak Nasrani. Hingga setelah tokoh itu meninggal, ternyata
diadakan upacara tahlilan (upacara bid’ah peringatan orang meninggal) di
gereja Jombang Jawa Timur. (Doakan Gus Dur, Umat Berbagai Agama Gelar Yasinan & Tahlilan di Gereja http://www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/12/31/12598/doakan-gus-dur-umat-berbagai-agama-gelar-yasinan-tahlilan-di-gereja/)
Menjalani lakon seperti itu di antaranya
diperankan dengan lebih galak terhadap kaum Muslimin yang dianggap
musuhnya dibanding kepada orang syiah atau bahkan orang kafir sekalipun,
karena telah menjadi temannya. Di saat kaum Muslimin sedang
gencar-gencarnya berlawanan dengan Syiah, orang yang entah menirukan
mendiang itu atau tidak, kurang lebihnya juga sama. Lantas mau dibilang
apa?
(nahimunkar.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan