مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Barangsiapa yang
mengenal dirinya maka ia telah mengenal tuhannya
Hadis ini maudlu’,
al-Asrar al-Marfu’ah, 506. Tanzih asy-Syari’ah, 2:402; Tadzkirat
al-Maudlu’at,11
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ
فَاقَةً أَبَداً
Barangsiapa yang
membaca surat al-Waqi’ah setiap malam, ia tidak akan tertimpa kefakiran
selama-lamanya
Hadis dla’if. Al-‘Ilal
al-Mutanahiyah, 1:151; Tanzih asy-Syari’ah, 1:301; al-Fawaid al-Majmu’ah, 972;
مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، لَمْ
يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً (وفي لفظ) مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ، فَلاَ صَلاَةَ لَهُ
Barangsiapa yang
shalatnya tidak bisa mencegahnya dari perbuatan fakhsya’ dan munkar maka ia
tidak akan mendapatkan tambahan dari Allah melainkan kejauh (dari Allah). Dalam
riwayat lain dinyatakan, barangsiapa ang shalatnya tidak bisa mencegahnya dari
perbuatan fakhsya’ dan mungkar maka tidak ada salat baginya (belum melaksanakan
salat)
Adz-Dzahabi berkata
Ibnu Junaid adalah pendusta dan pembohong. Al-Hafidz al-Iraqi berkata; Sanad
hadis ini lemah. Al-Albani mengatakan; Hadis ini bathil, tidak dapat diterima
dari segi sanadnya dan juga dari matannya. Mizan al-I’idal (3:293), Takhrij
al-Ihya’ (1:143), as-Silsilah adl-Dla’ifah (2,985)
مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ، فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ، فَلاَ يَلُوْمَنَّ
إِلاَّ نَفْسَهُ
Barangsiapa tidur
setelah shalat ashar maka akalnya akan terampas, maka janganlah mencaci kecuali
kepada dirinya sendiri
Hadis ini disebutkan
oleh Ibnu al-Jauzi di dalam maudlu’at, 3:69, as-Suyuthi menyebutkan di dalam
al-La’ali’ al-Mashnu’ah, adz-Dzahabi menyebutkan di dalam Tartib al-Maudlu’at,
839.
مَنْ وَلَدَ لَهُ مَوْلُوْدٌ فَأَذِنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ
فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرُّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
Barangsiapa yang
mendapatkan seorang anak, kemudian ia adzankan di telinga kanan dan iqamah di
telinga kiri, maka kelak anak itu tidak akan diganggu oleh jin
Hadis Maudlu’.
Al-Mizan, adz-Dzahabi, 4:397; Majma’ az-Zawa’id, al-Haitsami. Takhrij al-Ihya’,
2:61.
النَّاسُ كُلُّهُمْ مَوْتَى إِلاَّ الْعَالِمُوْنَ، وَالْعَالِمُوْنَ
كُلُّهُمْ هَلَكَى إِلاَّ الْعَامِلُوْنَ، وَالْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ غَرَقَى
إِلاَّ الْمُخْلِصُوْنَ، وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلَى خَطْرٍ عَظِيْمٍ
Manusia semuanya adalah
mayat, kecuali orang yang berilmu, dan orang-orang yang berilmu semuanya binasa
kecuali orang yang beramal, orang-orang yang beramal semuanya tenggelam kecuali
orang yang ikhlas. Dan orang yang ikhlas berada di atas kedudukan yang agung
Ash-Shaghani berkata,
ini adalah hadis yang diada-adakan lagi pula tidak sesuai dengan aturan
kebahasaan. Yang benar secara bahasa adalah dengan menggunakan kata
al-‘Alimina, al-‘Amilina dan Mukhlishin. Al-Maudlu’at, 200; Asy-Syaukani
menyebutkan di dalam al-Fawa’id al-Majmu’ah, 771; al-Futni menyebutkan dalam
Tadzkirat al-Maudlu’at, 200.
النَّاسُ نِيَامٌ فَإِذَا مَاتُوْا انْتَبَهُوا
Manusia itu ibarat
tidur (bermimpi), apabila mereka telah mati maka mereka sadar
Hadis ini tidak ada
sumbernya, al-Asrar al-Marfu’ah, 555; al-Fawa’id al-Majmu’ah, 766; Tadzkiratu
al-Maudlu’at, 200
النَّظْرُ فِي الْمُصْحَفِ عِبَادَةٌ، وَنَظْرُ الْوَلَدِ إِلَى
الْوَالِدَيْنِ عِبَادَةٌ، وَالنَّظْرُ إِلَى عَلِي بْنِ أَبِي طَالِبٍ عِبَادَةٌ
Memandang mushaf adalah
ibadah, pandangan anak kepada orang tuanya adalah ibadah, dan memandang Ali bin
Abi Thalib adalah ibadah
Hadis ini palsu.
Adl-Dla’ifah, 356.
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ مَنْ تَرَكَهَا خَوْفاً مِنَ
اللهِ آتَاهُ اللهُ إِيْمَاناً يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
Pandangan (kepada
wanita yang bukan mahram) itu adalah salah satu anak panah iblis, barangsiapa
yang meninggakan pandangan karena takut kepada Allah maka Alah akan
mendatangkan kepadanya iman yang ia rasakan manisnya di dalam hatinya
Hadis ini dla’if
sekali. At-Tarhib wa at-Targhib, al-Mundziri, 4:106; Majma’ az-Zawa’id,
al-Haitsami, 8:63; Talkhish al-Mustadrak, adz-Dzahabi, 4;314.
وَجَدَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رِيْحاً فَقَالَ لِيَقُمْ صَاحِبَ هَذَا
الرِّيْحِ فَلْيَتَوَضَّأْ فَاسْتَحْيَا الرَّجُلُ أَنْ يَقُوْمَ فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَقُمْ
صَاحِبَ هَذَا الرِّيْحَ فَلْيَتَوَضَّأْ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِ مِنَ
الْحَقِّ، فَقَالَ الْعَبَّاسُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَفَلاَ نَقُوْمُ كُلُّنَا
نَتَوَضَّأُ؟ فَقَالَ قُوْمُوْا كُلُّكُمْ فَتَوَضَّؤُوْا
Suatu hari Rasulullah
mendapatkan bau kentut, kemudian bersabda; Yang kentut hendaklah berdiri untuk
berwudlu. Tetapi yang kentut itu malu untuk berdiri, lalu Rasululllah saw
bersabda lagi; Yang kentut berdiri untuk wudlu, sesungguhnya Allah tidak malu
dlah kebenaran. Al-Abbas berkata; Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita semua
berdiri dan berwudlu? Rasulullah saw bersabda; Siakan semua berdiri dan
berwudlu.
Hadis Bathil,
adl-Dla’ifah, 1132
وَقَعَ فِي نَفْسِ مُوْسَى هَلْ يَنَامُ اللهُ تَعَالَى ذِكْرُهُ؟
فَأَرْسَلَ اللهُ إِلَيْهِ مَلَكاً فَأَرَقَّهُ ثَلاَثاً، ثُمَّ أَعْطَاهُ
قَارُوْرَتَيْنِ فِي كُلِّ يَدٍ قَارُوْرَةٌ وَ أَمَرَهُ أَنْ يَحْتَفِظَ بِهَا،
قَالَ فعجل النَّوْمُ وَتَكَادُ يَدَاهُ تَلْتَقِيَانِ ثُمَّ يَسْتَيْقِظُ
فَيَحْبِسُ إِحْدَاهُمَا عَنِ اْلأُخْرَى ثُمَّ نَامَ نَوْمَةً فَاصْطَفَقَتْ
يَدَاهُ وَانْكَسَرَتِ الْقَارُوْرَتَانِ قَالَ ضَرَبَ اللهُ لَهُ مَثَلاً أَنَّ
اللهَ لَوْ كَانَ يَناَمُ لَمْ تَسْتَمْسِكِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ
Muncul di benak Nabi
Musa as.; Apakah Allah swt tertidur? Lalu Allah mengirim seorang malaikat
kepadanya lalu membuatnya tidak tidur selama tiga hari kemudian memberikan dua
buah botol kepadanya, di setiap tangan ada satu botol dan diperintahkan
kepadanya untuk mengawasinya. Kemudian ia tertidur sehingga kedua tangannya
hampir berbenturan, lalu ia terbangun dan menjauhkan kembali jarak kedua
tangannya. Kamudian ia tertidur kambali sehingga kedua botol itu pecah. Beliau
bersabda; Allah memberikan perumpamaan kepadanya, bahwa kalau Allah tertidur
pastiah langit dan bumi tidak akan terkendali
Hadis ini dla’if.
Al-‘Ilal al-Mutanahiyah, Ibnu al-Jauzi; adl-Dla’ifah, 1034.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ ، شَهْرٌ فِيْهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً،
وَقِيَامَ لَيْلَةٍ تَطَوُّعاً..الخ
Wahai manusia, suatu
bulan yang agung telah menaungi kalian, bulan yang mengandung malam yang lebih
baik dari seriu bulan, Allah menjadikan puasa pada bulan itu sebagai kewajiban,
dan qiyam (berdiri untuk shalat) pada malam harinya sebagai tathawwu’ (sunnah)
Hadis dla’if, al-‘Ilal,
Ibnu Abi Hatim, 1:249; adl-Dla’ifah, 871
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan