Apa sih sejarah dan makna dari Hari
Ibu, dan kenapa tanggal 22 desember ditetapkan sebagai hari ibu? Mari kita cari
tahu. Hari Ibu adalah hari peringatan/ perayaan terhadap peran seorang ibu
dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anaknya, maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya
dilakukan dengan membebas tugaskan ibu dari tugas rumah tangga yang sehari-hari
dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan
rumah tangga lainnya.
Hari Ibu diperingati dengan berbagai
alasan. Di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mothers Day
dirayakan pada bulan Maret. Hal itu berhubungan dengan kepercayaan mereka
memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah atau
mitologi Yunani Kuno. Di negara seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada,
Belanda, Malaysia, dan Hongkong, Hari Ibu diperingati pada hari Minggu kedua
bulan Mei. Karena hari itu pada 1870 seorang ibu aktivis sosial, Julia Ward
Howe, mencanangkan pentingnya perempuan bersatu menghentikan Perang Saudara di
Amerika yang belum berserikat.
Sejarah hari ibu telah dikenal pasti sebagai perayaan
musim bunga orang-orang Greece, sebagai penghormatan terhadap Rhea, ibu kepada
tuhan mereka.
Masyarakat Inggris pada tahun 1600
merayakan hari yang mereka namakan sebagai “Mothering Sunday”. sebagian
orang-orang Kristen akan berhenti memakan makanan tertentu karena alasan dogma agama. Mereka beralasan amalan tersebut
diciptakan karena sebagai penghormatan mereka terhadap Mother Mary. Mother Mary
adalah Maryam, ibu kepada Nabi Isa Alaihissalam atau Jesus yang mereka anggap
sebagai tuhan.
Saat hari itu juga, mayoritas rakyat
inggris yang fakir dan miskin, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka
sanggup bekerja jauh meninggalkan keluarganya karena percaya bahwa Jesus akan
memberikan kekayaan dan kesenangan dalam waktu itu. Menjelang hari Ahad keempat,
mereka diliburkan oleh majikannya, dan pulang ke kampung untuk bertemu dengan
ibu. Setiap ibu akan dihadiahkan dengan Mothering Cake atau kue hari ibu untuk
merayakan hari tersebut.
Kemudian amalan dan tradisi ini
menular ke seluruh dunia dan hingga kini disambut sebagai penghormatan kepada
Mother Church. Mother Church dianggap sebagai kuasa spiritual yang agung yang
memberi manusia kehidupan dan memelihara mereka dari keterpurukan. Sejak dari
itu, perayaan Mothering Sunday telah bercampur aduk dengan upacara keagamaan
gerejaan. dan mejadi ritual agama
penghormatan mereka terhadap ibu sama taraf dengan penghormatan mereka terhadap
gereja.
Di Amerika Serikat, Hari Ibu disambut seawal
1872 hasil ilham Julia Ward Howe. seorang aktivis sosial dan telah menulis
puisi ” The Battle Hymn of The Republic” (TBHoTR). TBHoTR telah dijadikan lagu
patriotik yang cukup populer di kalangan warga Amerika pada saat itu. Ungkapan
“Hallelujah” dalam bait-bait lagu tersebut memberikan sentuhan kepada Kaum
Yahudi dan Zionis untuk menguasai
politik dunia.
Pada tahun 1907 Anna Jarvis dari Philadelphia
telah memulai kampanye untuk melancarkan Hari Ibu. Ia pun telah berhasil
mempengaruhi Mother’s Church di Grafton, Sehingga west Virginia merayakan dan
meramaikan Hari Ibu pada hari ulang tahun kedua kematian ibunya, yaitu pada
hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Semenjak saat itu, Hari Ibu dirayakan setiap
tahun di Philadelphia.
Anna Jarvis dan pendukungnya telah
menulis surat kepada menteri, pengusaha dan ahli-ahli politik agar Hari Ibu
disambut secara meluas di seluruh wilayah. Usaha mereka telah berhasil
sepenuhnya pada tahun 1911 dan hari tersebut disambut baik oleh hampir seluruh
wilayah Amerika. Pada tahun 1914, Presiden Woodrow Wilson, secara resmi Hari Ibu
sebagai Hari cuti umum dan harus rayakan pada setiap hari Ahad kedua dalam
bulan Mei. Biarpun sebahagian besar negara-negara di dunia menyambutnya pada
hari yang berlainan, tetapi negara seperti Denmark, Finland, Itali, Turki,
Australia, dan Belgium masih merayakannya pada setiap hari Ahad kedua dalam
bulan Mei.
Bagaimana dalam Islam ?
Islam, tanpa mengenal hari tertentu,
mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita tidak
pernah menyadari, begitu banyak yang telah dilakukan seorang Ibu. Ibu
mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika
melahirkan, mengesampingkan waktu istirahatnya untuk menyusui, juga merawat
ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan banyak lagi hal lainnya yang mustahil
dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya.
“Seandainya kita diberi kemampuan
membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada seorang pun yang dapat melunasi jasa
Ibu seumur hidup kita”, Sabda Rosululloh.
Untuk itu, Islam begitu
mengistimewakan seorang Ibu, seperti yang banyak kita temui di dalam al-Quran,
hadis, dan kisah-kisah teladan.
Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (QS al-Isrã’ [17]: 23-24).
Bila hal itu dijelaskan, maka
perayaan hari ibu tidak diperbolehkan. Tidak boleh mengadakan simbol-simbol
perayaan seperti kegembiraan, kebahagiaan, penyerahan hadiah dan lain
sebagainya. Seorang muslim wajib memuliakan agamanya dan bangga dengannya dan
hendaknya membatasi diri dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya dalam agama yang lurus yang telah diridloi Allah Ta’ala untuk
hamba-Nya, tidak ditambah maupun dikurangi.
Seorang muslim seharusnya tidak
ikut-ikutan, Tetapi haruslah membentuk kepribadiannya sesuai dengan ketentuan
syari’at Allah Azza wa Jalla, sehingga menjadi ikutan, bukan sekedar menjadi
pengikut, menjadi contoh bukan yang mencontoh. Karena syari’at Allah
–alhamdulillah- adalah sempurna dilihat dari sisi manapun, sebagiaman firman
Allah:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah
Ku-ridloi Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah: 3).
Haknya seorang ibu lebih besar
daripada sekedar disambut sehari dalam setahun. Bahkan seorang ibu mempunyai
hak yang harus dilakukan oleh anak-anaknya, yaitu memelihara dan
memperhatikannya serta menta’atinya dalam hal-hal yang tidak maksiat kepada
Allah Azza wa Jalla disetiap waktu dan tempat. (-DYP-)
Sumber: eramuslim
Komentarku ( Mahrus ali):
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Hal itu berhubungan dengan
kepercayaan mereka memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam
sejarah atau mitologi Yunani Kuno.
Kemudian amalan dan tradisi ini
menular ke seluruh dunia dan hingga kini disambut sebagai penghormatan kepada
Mother Church. Mother Church dianggap sebagai kuasa spiritual yang agung yang
memberi manusia kehidupan dan memelihara mereka dari keterpurukan
Komentarku ( Mahrus ali):
Jelas sekali bukan samar lagi, bahwa
peringatan hari Ibu untuk memperingati dewa dan tokoh figur non muslim, bukan
tokoh muslim. Memperingati tokoh muslim saja tidak diperkenankan bukan di
anjurkan apalagi tokoh non muslim. Segala macam peringatan dan perayaan yang
tiada tuntunannya harus di hentikan, bukan dilestarikan> Kita beragama
mengikuti tuntunan dan membuang kebid`ahan, ikuti saja ayat sbb:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ
الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di
atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat
itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Dikatakan dalam artikel tsb sbb:
Seandainya kita diberi kemampuan
membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada seorang pun yang dapat melunasi jasa
Ibu seumur hidup kita”, Sabda Rosululloh.
Komentarku ( Mahrus ali):
Saya belum tahu hadis itu mulai
lahir sampai sekarang.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan