Kelompok minoritas
Syiah memenangkan pemilihan parlemen Kuwait dengan merebut 17 dari 50 kursi,
sedangkan kelompok mayoritas Sunni hanya meraih empat kursi.
Hasil pemilu yang
digelar Ahad (2/12) merupakan kemenangan terbesar Syiah dalam sejarah di Kuwait.
Penganut Syiah
hanya 30 persen dari total penduduk pribumi Kuwait yang berjumlah 1,2 juta
orang. Dalam pemilu parlemen Februari lalu, Syiah hanya meraih tujuh kursi,
sedangkan kelompok Syuni merebut 23 kursi. Hasil pemilihan Februari dibatalkan
oleh keputusan pengadilan.
Kemenangan
kelompok Syiah ini agaknya tak lepas dari aksi boikot pemilu yang dilakukan
kelompok oposisi sebagai protes terhadap amendemen undang-undang pemilu. Kaum
Syiah menolak imbauan untuk memboikot pemilu, dan tetap mendatangi bilik-bilik
suara, sehingga memenangkan pemilihan.
Dalam parlemen
baru tersebut terdapat tiga perempuan (sebelumnya empat) dan 30 muka baru. Ini
mencerminkan boikot total dari para mantan anggota parlemen yang merupakan
anggota oposisi terkemuka.
“Berdasarkan statistik
yang dihimpun oposisi, jumlah pemilih yang menggunakan hak suara hanya 26,7
persen,” kata mantan anggota parlemen Khaled as-Sultan sesaat setelah
tempat-tempat pemungutan suara ditutup. Meskipun demikian, kementerian
informasi melaporkan kehadiran para pemilih mencapai 38,8 persen. Tidak ada
data resmi disiarkan Komisi Pemilihan Nasional.
Pemimpin oposisi
kawakan Ahmad as-Saadoun mengatakan “pemilu tidak konstitusional”, sedangkan
Komite Rakyat
untuk Memboikot Pemilu mengatakan parlemen baru itu “tidak mewakili mayoritas
rakyat Kuwait
dan tidak memiliki legitimasi politik dan tidak mendapat dukungan rakyat”.
Komite itu juga
mengatakan semua undang-undang yang dikeluarkan parlemen itu dianggap tidak
sah.
Kelompok-kelompok
oposisi Islam, nasionalis dan liberal berikrar akan terus melakukan
protes-protes di jalan sampai parlemen dibubarkan.
Sesuai
undang-undang Kuwait,
kabinet harus mengundurkan diri dan pemerintah baru dibentuk sebelum parlemen
baru menyelengarakan sidang pelantikannya dalam dua pekan.
Penulis: Dwi Setyo
Sumber:Antara/ AFP
beritasatu.com,
Minggu, 02 Desember 2012 | 14:27
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan