( وَسُئِلَ ) فَسَّحَ الله
ُ فِي مُدَّتِهِ هَلْ يَسْمَعُ الْمَيِّتُ كَلاَمَ النَّاسِ ؟ ( فَأَجَابَ )
بِقَوْلِهِ نَعَمْ لِحَدِيثِ أَحْمَدَ وَجَمَاعَةٍ { إنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ
مَنْ يُغَسِّلُهُ وَيَحْمِلُهُ وَيُدْلِيهِ فِي قَبْرِهِ } وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي
الدُّنْيَا عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ { الرُّوحُ بِيَدِ
مَلَكٍ يَمْشِي بِهِ مَعَ الْجِنَازَةِ يَقُولُ لَهُ أَتَسْمَعُ مَا يُقَالُ لَك
فَإِذَا بَلَغَ حُفْرَتَهُ دَفَنَهُ مَعَهُ }.
Ibnu Hajar di
tanya – semoga Allah memperluas masanya,
apakah mayat mendengar perkataan
orang ?
Beliau menjawab:
Ya karena hadis riwayat Imam Ahmad:
إِنَّ
الْمَيِّتَ يَعْرِفُ مَنْ يَحْمِلُهُ وَمَنْ يُغَسِّلُهُ وَمَنْ يُدْلِيْهِ فِي
قَبْرِهِ
Sesungguhnya
mayat mengetahui orang yang membawanya, memandikannya
dan menurunkannya ke liang kubur. [1]
Ibnu Abid dun`ya
meriwayatkan hadis dari Abd Rahman bin Abu Laila berkata: Roh di tangan malaikat, dia berjalan
membawanya bersama Jenazah, lalu
berkata kepada nya: Apakah kamu dengar
apa yang di katakan untukmu ?
Bila telah
sampai ke liang kuburnya, maka di pendam
bersamanya.
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Setahu saya, hadis tentang mayat mengetahui orang yang
membawanya ………., hanya imam Ahmad yang meriwayatkannya dari kalangan penyusun
kutubut tis`ah. Ia lemah karena ada perawi yang tidak di kenal identitasnya yaitu Said bin Amar bin Sulaim berkata: Aku
mendengar lelaki di antara kami.
Siapakah nama
lelaki itu, bila tahu sebutkan saja.
Karena tidak di tuturkan namanya maka perawi sendiri tidak mengetahui namanya, apalagi kita. Dan hal ini termasuk tanda
kelemahan hadis atau hadis itu tidak valid.
Apalagi perawi sesudahnya bernama Abd Malik menyebutkan nama lelaki itu
adalah Muawiyah. ini masih kabur, Muawiyah anak siapa ? atau
anak Muawiyah yang mana ? Jadi karena hapalannya kurang pas, maka
hadis itupun juga di nilai lemah.
Yang sahih
adalah sbb:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيَّ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا وُضِعَتِ
الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ
صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ
لِأَهْلِهَا يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ
شَيْءٍ إِلاَّ اْلإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَ اْلإِنْسَانُ لَصَعِقَ
Nabi SAW bersabda: Bila
jenazah di letakkan lalu di bawa kaum
lelaki di atas leher mereka.. Bila dia
orang baik, akan berkata: Cepat ajukan
aku. Bila tidak saleh akan berkata
kepada keluarganya: Sungguh celaka aku, kemana kamu
bawa. Segala sesuatu akan mendengar suaranya kecuali manusia. Seandainya mendengarnya akan pingsan.[2]
Untuk perkataan Abd Rahman bin Abu Laila
Roh di tangan
malaikat, dia berjalan membawanya bersama Jenazah, lalu berkata kepada nya: Apakah kamu dengar apa yang di katakan untukmu ?
……………… maka itu
sekedar perkatan orang bukan nabi atau Rasulullah
SAW juga bukan sahabat. Dia tabiin yang
bisa di percaya. Jadi kedudukan kalimat tsb adalah bukan hadis.
وَمِنْ
جَيِّدِ كَلاَمِهِ الَّذِي سَمِعَهُ مِنْهُ مُحَمَّدٌ بْنُ يَحْيََى الصَّوْلِي: ِللهِ
أَقْوَامٌ هُمْ مَفَاتِيْحُ الْخَيْرِ، وَأَقْوَامٌ هُمْ مَفَاتِيْحُ الشَّرِّ، فَمَنْ
أَرَادَ اللهُ بِهِ خَيْرًا قَصَدَهُ أَهْلُ الْخَيْرِ وَجَعَلَهُ اْلوَسِيْلَةَ إِلَيْنَا
فَنَقْضِيَ حَاجَتَهُ وَهُوَ الشَّرِيْكُ فِي الثَّوَابِ وْاْلاَجْرِ وَالشُّكْرِ
وَمَنْ أَرَادَ اللهُ بِهِ شَرًّا عَدَلِ بِهِ إِلَى غَيْرِنَا وَهُوَ الشَّرِيْكُ
فِي الْوِزْرِ وَاْلاِثْمِ وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى كُلِّ حَالٍ.
Di antara perkataan Khalifah
Arradhi yang baik yang pernah di dengar oleh Muhammad bin Yahya Asshouli sbb;
Allah punya beberapa kaum yang menjadi kunci kebaikan dan beberapa kaum yang menjadi kunci
kejahatan. Barang siapa yang di kehendaki kebaikan oleh Allah, maka dia akan di
ziarahi oleh orang – orang baik dan di jadikan sebagai pelantara kepada kami,
lalu kami akan memberikan kebutuhannya.
Dia juga mendapat pahala, syukur bersama kita. Barang siapa dikehendaki
kejahatan oleh Allah, maka dia kan
berpindah kepada orang lain, bukan
kita dan dia termasuk sekutu dalam mendapat dosa. Dan Allah Tuhan yang di
mintai pertolongan di setiap keadaan.[3]
Jadi maksudnya adalah tawassul
kepada khalifah Arradhi lalu khalifah akan mengabulkan permintaan seseorang. Bukan tawassul dengan mayat untuk berdoa kepada Allah. Untuk yang terahir ini, saya tidak menjumpai dalam kitab al Bidayah
sebagaimana di katakan oleh Tim Penulis
LBM NU cabang Jember. Wallahu a`lam.
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3
jangan di panahnya.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan